13

1.6K 87 0
                                    

#Perawat_Cantik_Untuk_Pria_Gangguan_Jiwa
#PART13

***

2 Minggu berlalu, sudah banyak yang berubah. Terutama untuk kesehatan Rian, pria itu sudah jarang marah, ataupun menyakiti dirinya sendiri lagi. Hanya terkadang, Afifah sulit untuk mengajaknya berkomunikasi. Bahkan, tak jarang pria itu bertingkah layaknya seorang lelaki yang berkejiwaan normal. Tapi disaat Afifah ingin mengetahui sesuatu yang lebih darinya, pria itu akan menanggapinya dengan kemarahan dan tidak mau berbicara sepatah katapun pada Afifah.

Berbeda dengan pria yang sedang terjebak kebimbangannya, ia diharuskan menyakiti wanita yang membuat rasa rindu pada seseorang yang telah meninggalkannya terobati. Mahesa

Pria berwajah tampan itu mendongakkan wajahnya ke atas, memandang kerlap kerlip di langit kelam. Ada segurat kesedihan di wajahnya, entah itu karena bimbang, atau karena rasa rindu.

"Kenapa kau pergi dariku? Ku pikir kau akan bersamaku selamanya, membelaku, menghiburku. Tapi apa, kau tinggalkan aku seorang diri di sini. Bisakah kau datang, semenit ... saja, kumohon. Aku ingin memelukmu." Setetes bulir bening jatuh dengan sendirinya. Biarkan semua orang tau bahwasanya seorang pria kuat, juga bisa meneteskan air mata. Lemah? Tidak, hanya saja air mata menandai sebuah rasa sakit yang mendalam.

Drrt ... Drrt ... Drrt ....

Dering ponsel menandaka satu panggilan masuk ke handphone Mahesa. Diraihnya benda pipih berlogo Iphone itu, lalu mengarahkannya ke telinga.

"Hallo. Ada apa Om?"

"...."

"Kapan?"

"...."

"Iya," putus Mahesa. Pria itu kembali menyimpan kembali handphone-nya ke dalam saku.

"Ini awal yang baik," gumamnya dengan tersenyum smirk.

...

Di tempat lain, Afifah dibuat bingung dengan kelakuan Rian. Pria gangguan jiwa ini menolak di berikan obat, malah menutupi tubuhnya dengan selimut tebal.

"Aku tidak ma minum obat itu. Rasanya pahit, aku tidak suka." Rian melempar bantal di sebelahnya ke arah Afifah. Perasaan pria itu kembali berkecamuk, rasanya ia ingin mengeluarkan semua kekesalan dalam hatinya. Tapi ia tak tahu hal apa yang harus jadi alasan amarahnya.

"Tuan ... minumlah obatmu, kumohon ... bagai mana kau bisa sembuh jikam minum obat saja kau tidak mau." terdengar helaan nafas dari gadis itu. Perasaannya mulai jenuh membujuk pria itu. Disodorkannya gelas berisikan air putih, berharap pria itu mau meminum obatnya.

Prang! Suara gelas pecah karena ditepis dengan Rian secara kasar. Di tatapnya Afifah dengan tatapan menghunus.

"Aku sehat, aku tidak sakit. Apa kau berfikir aku segila itu, Huh?! Keluar kau dari kamarku! Pergi!" teriak Rian. "Pergi, jika tak ingin aku lukai." suara pria itu melemah. Memalingkan wajahnya, tidak berani menatap mata Afifah yang berembun karena ulahnya.

I'm Yours BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang