#Perawat_Cantik_Untuk_Pria_Gangguan_Jiwa
#PART9....
Di suatu tempat yang mengerikan, seorang gadis duduk dengan menunduk dalam bersama dengan seorang pria dingin di sampingnya. Gadis berhijab itu memilin ujung hijabnya, rasa takut dan tidak nyaman bercampur aduk, membuat bulir bening jatuh begitu saja dari mata indahnya. Saat ini ia sedang berada di sebuah clap malam.
"Jangan menunduk, kau jadi bahan tontonan di sini. Perlihatkan wajahmu!" bentak Mahesa dengan dingin. Yah, pria itu Mahesa, bersama gadis yang ia paksa untuk mengikutinya.
Gadis itu mendongak, nampak matanya yang sembam dan memerah. Gadis itu sesegukan karena merasa takut. Entah apa yang akan dilakukan oleh pria itu padanya. Gadis itu terpaksa menurut karena ancaman dari pria itu.
"Hapus air matamu, jangan menyiksa dirimu dengan menangis. Karena aku tidak akan peduli," ujar pria itu dengan dingin. Menyodorkan kotak tisyu pada Afifah. Yah ... Gadis itu adalah Afifah.
"Aku ingin pulang tuan ... aku takut di sini ...." Mahesa tersenyum devil mendengar suara lirih Afifah. Pria itu menegak beberapa gelas alkohol, melampiaskan semua rasa sakitnya. Tidak puas, pria itu merasa kurang dengan minuman yang sudah lebih lima botol ia habiskan. Ia meminta pada pelayan clap untuk membawakannya beberapa botol lagi. Entah di mana ia menampung semua minuman haram itu.
"Tolong tuan ini sudah berlebihan. Kau sudah minum enam botol, itu berbahaya untuk kesehatanmu." Afifah menahan tangan Mahesa yang hendak menegak minuman. Membuat pria itu menatap Afifah tajam.
"Jangan atur hidupku, paham! Kau hanya babu, beraninya kau menasehatiku!" sentak pria itu, menepis tangan Afifah yang menahan tangannya. Mahesa menatap nyalang gadis itu, merasa tidak peduli dengan ringisannya.
Afifah menunduk takut. Tiba-tiba saja ada seorang pria menghampirinya, tersenyum smirt di depannya.
"Hai Cantik ... Kau baru disini? Berapa tarifmu?" tanya pria itu pada Afifah. Tentu pertanyaan itu tak dimengerti gadis itu. "ayok, ikut saya ... kita bersenang-senang." Sambungnya.
"Maaf ... saya tidak mau, saya ke sini bersama seseorang," tolak Afifah, dengan mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
"Cih! Munafik!" cela pria itu, lalu menarik paksa hijab yang dikenakan Afifah. "kita akan bersenang-senang malam ini sayang." sambungnya dengan tawa jahat.
Plak. Suara tamparan yang dilayangkan Afifah pada pria itu. "Tolong, jaga sikap anda!" sentak Afifah, gadis itu melepas cengkraman kuat pria itu di hijabnya.
"Beraninya kau! Jalang ...!" teriak pria itu. Menarik tangan Afifah kasar, melayangkan tamparan pada gadis itu. Menyisakan bekas memar di sudut bibirnya. Mata gadis itu mengatup erat, saat satu tangan pria itu melayang ke udara, hendak menamparnya. Seper sekian detik, ia tak merasakan apapun menyentuh tubuhnya.
Dengan perlahan Afifah membuka perlahan netranya, seorang pria tampan dengan tatapan tajam berdiri tepat di hadapannya. Mencekal kua lengan pria itu yang hendak memukulnya.
"Beraninya kau!"
Bugh.
Bugh.
Bugh!
Perkelahian terjadi dengan sengit, meskipun dengan setengah kesadaran, Mahesa tetap tangguh melayangkan pukulan pada pria bajingan itu. Seketika, seisi clap itu riuh. Ada yang berlari keluar, ada yang menutup telinga dengan tangan dan histeris ketakutan. Afifah beringsut ke lantai, menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya. Terisak karena ketakutan.
"Pergi kau bang*ad!" teriak Mahesa dengan geram setelah menghajar habis-habisan pria itu. Dengan berjalan gontai, ia mendekati tubuh Afifah yang bergetar.
"Gadis bodoh! Ayok kita pulang!" ajak Mahesa. Afifah tak mengindahkan ajakkan pria itu, ia masih setia pada posisinya dengan terisak.
"Ck. Gadis keras kepala!" Mahesa geram, pria itu mengangkat tubuh Afifah layaknya tuan putri. Sesaat, pandangan mereka bertemu, membuat timbul desiran aneh di benak Mahesa.
"Tu- tuan ... Tolong turunkan aku ...," pinta gadis itu dengan gugup. Membuat senyum kecil terbit di bibir Mahesa.
"Jangan banyak perintah, atau kau mau semalaman kau berada disini," ancamnya, membuat Afifah menggeleng cepat. "Bagus."
...
Afifah masuk ke dalam rumah Rian dengan menuntun Mahesa, gadis itu menunduk saat para maid memperhatikannya. "Jangan menatapnya seperti itu!" sentak Mahesa yang menyadari kegugupan Afifah.
"Maaf, Tuan ...," lirih para maid dengan menunduk. Afifah menanyakan letak kamar Mahesa, mengantarkan pria itu sampai di pembaringannya.
"Terima kasih. Maaf, sudah membuatmu ketakutan." Mahesa mencekal tangan Afifah yang hendak beranjak, pria itu mengubah posisinya menjadi duduk.
"Tidak apa-apa Tuan, aku mengerti. Aku hanya seorang babu di sini," Afifah beranjak, meninggalkan pria itu yang membeku karena ucapannya.
...
Afifah yang hendak masuk kedalam kamarnya terhenti, saat melihat salah satu bodyguard berada tepat di depan pintu kamarnya. "Ada apa?" tanyanya.
"Nona ... Kau dari mana saja? Penyakit Tuan Rian kambuh!" ujar bodyguard itu dengan tergesah-gesah. Afifah terhenyak, gadis itu berlari dengan cepat menuju lantai atas. Ia khawatir terjadi sesuatu pada Rian.
"Tuan!"
Afifah berlari mendekati Rian di sudut ranjang. Tanpa fikir panjang gadis itu memeluk tubuh Rian yang bergetar.
"Jangan bawa aku ke sana! Tolong ...!" teriak rian yang berontak dalam dekapan Afifah. Pria itu beranggapan kalau yang menyentuhnya bukan Afifah.
"Tuan ... Tolong tenanglah, ini Afifah." Rian terdiam, pria itu mengamati wajah Afifah dengan seksama.
"Af- Afifah ... Afifah!" Rian berhambur di pelukan gadis itu. Dekapan erat yang membuatnya merasa begitu nyaman. "Afifah dari mana ...." Lirihnya.
"Aku ada urusan ... kenapa kau seperti ini?" Afifah bertanya pada pria itu. Rian bergeming, hanya terdengar helaan nafas teratur dari pria itu.
"Aku bukan pembunuh ... orang jahat yang mau membunuhku, aku takut ...." Rian mengeratkan pelukannya, membenamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu yang terlapisi hijab.
"Jangan takut. Sekarang, istirahatlah." Afifah membalas pelukan pria itu, membuat tuan mudanya merasa nyaman.
"Kau berbohong, katamu tidak akan pergi. Dan kau sudah berjanji untuk itu," ujar Rian, sembari menatap gadis di hadapannya. Seketika Afifah tediam, gadis itu menunduk.
"Lihat aku ... aku benci berbicara tanpa di pedulikan." Rian menangkup kedua belah pipi Afifah, menatapnya dalam.
CUP
---------🙉😭🤕---------
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours Baby
RomanceDemi membiayai pengobatan ibunya, Afifah rela berkerja sebagai perawat seorang pria bergangguan mental. *** ●Tiba-tiba kepikiran pas nyuci piring.●