Chapter 11

1.9K 258 48
                                    

.
.
.

Hinata mondar mandir di dalam kamarnya, ia berjalan cepat ke depan kemudian berbalik arah lagi. Begitu seterusnya hingga beberapa menit berlalu. Ia menggigit ujung kuku jempol, tangan yang lain memijit pelipisnya.

Hinata sangat kebingungan sekarang, ia merasa aneh pada dirinya sendiri. Ia teramat gelisah, ingin sekali menguping pembicaraan Naruto dengan klan Senju. Bagaimana jika lelaki itu menerima lamaran Senju, lalu bagaimana nasib buruknya akan ia jalani sepanjang hidup.

Hatinya terus memanas sejak Naruto meninggalkan kamarnya. Kecemburuannya semakin mengakar kuat. Pikirannya tak bisa tenang barang sedetik pun. Ia bingung harus apa sekarang. Dia sedikit menyesal tidak melarang Naruto.

Dadanya terasa sesak, kemarahan yang ia rasakan tak bisa dipendam lebih lama lagi. Dengan tergesa-gesa Hinata keluar dari kamarnya.
Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat memberikan kekuatan pada diri sendiri agar tidak gentar.

Hinata sekarang berada tepat di depan pintu dengan warna cat coklat. Ia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Menguatkan hatinya untuk terus maju. Bukankah Naruto menyuruhnya untuk berbuat kesalahan sebanyak yang ia mau? Lagi pula Hinata tidak akan mendapat hukuman meskipun membuat keonaran.

Lihat saja dia akan mengacaukan pertemuan penting itu. Membuat Naruto kalap dan marah, ia ingin melihat tindakan Naruto kepada dirinya setelah itu.

Dengan sekuat tenaga Hinata membuka pintu sehingga terbanting kasar dengan bunyi keras yang mengganggu telinga.

Di sana ada Naruto yang sedang duduk bersama tamunya, terkejut bukan main hingga ia melebarkan kelopak matanya menatap tak percaya. Sedang Nagato hanya mengernyit tak suka.

Tamu penting Naruto tak kalah terkejutnya. Head Alpha Tsunade dan Alpha Sakura terlihat sangat heran bagaimana mungkin ada seseorang yang berani dan lancang mengganggu pertemuan penting Alpha.

"Cih. Apa gadis itu yang baru saja membuatmu menolak lamaran Senju?" Tsunade memasang wajah jengkelnya seraya mengejek Hinata. Dia memandangi Hinata dari bawah kaki hingga ke atas rambut seolah menilai apa hebatnya Omega rendahan seperti Hinata.

Hinata juga terkejut dengan perkataan Tsunade, "A-apa? Naruto baru saja menolak lamaran Senju?" Saking terkejutnya ia hanya bisa berdialog dalam hati. Lalu apa yang sedang ia lakukan di sini sekarang? Mempermalukan diri sendiri?
"Astaga betapa bodohnya aku."

Hinata terus merutuki kebodohannya, wajahnya sudah memerah sempurna. Rasanya ia akan sangat berterima kasih kepada dewa jika ia bisa berteleportasi saat ini. Hinata menatap Naruto dengan perasaan malu.

Lelaki pirang itu hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebenarnya Naruto hanya ingin mempermainkan Hinata karena gadis itu sangat keras kepala dan tidak mau menurut. Ia hanya bercanda saat mengatakan akan menerima lamaran klan Senju. Tidak Naruto sangka gadis itu akan bertindak seberani ini.

"Benar-benar kebodohan yang sempurna Hinata, bagus sekali sekarang dirimu." Hinata masih terus merutuki diri. Ia memalingkan wajahnya, menyembunyikan kecanggungan yang ia rasakan sekarang.

"Ah benar aku harus memperkenalkan secara resmi kepada kalian, dia Hinata. Luna Uzumaki." Ucap Naruto dengan bangga kepada Tsunade dan Sakura.

Tsunade tertawa terbahak-bahak hingga air mata sedikit keluar dari pelupuk netranya. "Kau bilang dia Luna-mu? Jangan bercanda disiang bolong Alpha Naruto." Tsunade tersenyum miring, dia melirik Hinata dengan lirikan merendahkan.

"Tak ku sangka Luna Uzumaki adalah Omega lemah yang tidak mampu berbuat apa-apa, bahkan hanya sekedar berubah wujud saja ia tak bisa. Apa yang kami harapkan dari Luna yang seperti itu. Aku Alpha klan Senju menolak tunduk pada Luna bodoh yang tidak berguna." Tsunade berujar penuh keangkuhan, kesombongannya telah melukai harga diri Hinata.

Alpha's Nightmare ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang