Chapter 18

2K 268 54
                                    

.
.
.

Naruto seperti orang yang kesurupan mencari jejak orang terkasih yang menghilang secara misterius. Mulai dari hari petang hingga langit menarik tirai kegelapan malam, ia tak bisa melacak aroma Hinata. Bagaimana mungkin ia tak bisa menyusul gadis itu dengan kecepatannya. Ia yakin Hinata sedang disembunyikan di suatu tempat.

Naruto duduk berlutut, ia terlihat kacau. Mimpi buruknya datang lagi. Ia kehilangan mate-nya di saat mereka sedang merengkuh kebahagiaan. Naruto berubah wujud menjadi serigala berbulu hitam keabu-abuan. Serigala itu berlari kembali sambil melolong. Merentangkan segala kegundahan yang melilit jiwanya.

Saat fajar mulai menyingsing, Naruto tak juga menemukan sang pujaan hati. Dia kembali ke castle dalam keadaan berantakan.

Karin tampak khawatir ketika ia akan menghampiri, Nagato menahan pergelangan tangannya.

"Biarkan dia sendiri dulu. Kalau kau menghampirinya sekarang, kau hanya akan mendapatkan amukan."

Karin terdiam, memang benar apa yang dikatakan Nagato. Ia hanya mendesah lelah. Dia merasa kasihan pada pria itu, ia pasti sangat terpuruk kehilangan seseorang yang dia temukan setelah berpuluh-puluh tahun mencari dan akhirnya gadis itu menghilang lagi.

***

Di dalam sebuah terowongan gelap yang dibuat asal-asalan, gadis bersurai indigo menggeliat. Gerakannya kaku karena tertahan oleh lilitan tali yang melingkari tubuh bagian dada dan perutnya.

Hinata mengerjapkan mata bulatnya, meskipun gelap ia bisa melihat pemandangan sekitar karena penglihatannya memang tajam. Ia di kelilingi oleh dinding yang terbuat dari tanah. Bau pengap ini Hinata mengenalinya, tidak salah lagi ia memang berada di dalam tanah. Semacam terowongan buatan.

Ia berusaha meloloskan diri dari ikatan tali, namun karena efek wolfsbane masih belum hilang tubuhnya melemah. Ia sangat benci ketika harus berada dalam situasi seperti ini. Karena lagi-lagi ia harus merepotkan Naruto.

Seseorang datang, ia berdiri dalam kegelapan. Hinata memicingkan iris matanya, ia mengenali lelaki dengan rambut merah itu. Rogue yang dulu sempat menyerang Karin.

Hinata dilanda kecemasan yang luar biasa. Rogue itu pasti datang untuk membalaskan dendam kawannya. Hinata yang dalam keadaan duduk terikat beringsut mundur.

Sasori tersenyum lebar memperlihatkan kesenangan saat buruannya sudah tersadar.

"Kau masih mengingatku Luna?"

"Jangan macam-macam! Apa yang kau inginkan?" Bentak Hinata.

"Haha ternyata kau sangat galak ya. Sayang sekali Alpha keji itu sudah menandaimu, bau dirimu sudah tidak menyenangkan seperti kemarin." Sasori terkikik seperti orang yang tidak waras.

Rahang Hinata mengeras, ingin rasanya ia memukul keras wajah yang sedang tertawa menyebalkan itu. "Lepaskan aku, maka aku akan membantumu untuk lari."

Sasori menatap Hinata lekat-lekat "Lari? Lari dari siapa? Oh Alpha keparat itu maksudmu." Sasori tersenyum sinis.

"Selagi kau masih punya kesempatan larilah! Alphaku mempunyai perangai yang sangat buruk. Aku khawatir kau akan tersiksa nantinya." Ujar Hinata tak kalah sinis, matanya berkilat dingin.

"Kau tahu dia tidak akan memaafkanmu jika kau sampai tertangkap." Ujar Hinata lirih dengan nada suara yang menakutkan.

Sasori tersenyum hambar. Ia tahu apa yang dilakukannya ini sangat beresiko, nyawanya menjadi taruhan. Ia melihat sendiri dengan mata kepalanya seberapa brutal Alpha Uzumaki. Jika bukan karena seseorang yang menyuruhnya, ia tidak akan melakukan ini ia lebih baik meninggalkan kawasan Uzumaki sejauh mungkin.

Alpha's Nightmare ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang