Chapter 9

1.7K 254 35
                                    


.

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

--××°°××--

.


Hinata menggerutu di sepanjang perjalanan menuju area hutan perburuan. Karin yang merasa heran hanya bisa terbengong. Tadi saat Karin ingin tidur siang, Hinata masuk ke kamarnya tanpa permisi. Dengan wajah cemberut ia mengajak Karin pergi berburu.

Yang Karin tahu, Naruto tidak menepati janjinya untuk menemani Hinata pergi berburu. Oleh sebab itu saat ini Hinata tak henti-hentinya mengomel mengeluhkan Naruto yang tak punya pendirian, pendusta dan lain sebagainya.

"Karin, apakah sikap Alpha memang begitu? Dia sepertinya tidak memegang perkataannya, dia berubah-ubah." Hinata mencebikkan bibirnya. Rasa panas melihat kedekatan Naruto dengan Sakura membuat ia jengkel. Jika ingin bersama Sakura, untuk apa Naruto selalu merayunya.

"Hinata, aku mengerti kau sedang kecewa. Tapi, aku beritahukan satu hal padamu. Naruto selalu memegang teguh perkataannya. Jika ia sudah menganggap mu Luna itu artinya dia tidak akan pernah memilih gadis lain sebagai Luna. Percayalah, dia memiliki pertimbangan yang sangat matang. Dia selalu menang dalam pertempuran karena ia selalu memikirkan taktik untuk menang. Dia tidak akan sembrono dalam bertindak. Jika saat ini dia beramah tamah dengan klan Senju, artinya kita harus mewaspadai mereka. Senju bisa berbalik arah menjadi musuh dalam selimut." Sekarang Karin merasa menjadi seorang ibu bawel yang sedang menasehati anaknya yang sedang merajuk.

Hinata mengerti perkataan Karin. Itu artinya dia harus berusaha lebih keras untuk menjadi kuat. Dia tidak boleh mudah menyerah, dia tidak boleh mempermalukan Naruto sebagai Alpha.

"Karin, ayo berburu lebih ke pedalaman. Bukankan semakin dalam kita masuk, rintangan akan semakin sulit untuk dijadikan sebagai latihan." Hinata mempercepat gerakan larinya. Hari ini tubuhnya terasa lebih enteng dari hari kemarin. Lajunya juga semakin cepat, jika ia terus berlatih seperti ini mungkin kekuatan werewolf-nya bisa kembali dengan cepat.

Hinata mencoba belajar hal dasar, seperti mengatur kecepatan dalam berlari. Mengatur kelincahan dan kegesitannya saat melompati bebatuan besar, dan saat melewati sungai kecil yang di penuhi batu runcing. Mereka juga melewati jurang yang tidak begitu dalam. Sepertinya Hinata mulai memiliki semangat berkat perkataan Karin.

Mereka melewatkan beberapa rusa yang terlihat, karena tujuan mereka berburu sebenarnya hanya untuk melatih saraf tubuh Hinata. "Karin, apa area perburuan selalu sepi seperti ini? Bukankah anggota klan seharusnya tersebar di daerah kekuasaan Naruto?" Hinata mengelap keringat yang jatuh di pelipisnya, nafasnya naik turun terengah-engah.

Alpha's Nightmare ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang