Chapter 8

1.8K 264 63
                                    

.


.


.


.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.


——××°°××——


.





Hari ini Hinata bersiap-siap dengan senang hati. Ia memiliki janji untuk berburu bersama Naruto. Ia mematut diri di depan cermin sambil bersenandung kecil. Ia memakai baju atasan dan celana dengan warna ungu senada. Untuk berburu harus menggunakan baju casual agar ia nyaman bergerak bebas.

Hinata tidak perlu memoles pemerah bibir, karena bibirnya memang segar merah alami. Ia membuat rambut indigo kelamnya sedikit bergelombang agar terlihat lebih fresh dan berbeda dari biasanya. Ini seperti kencan pertama mereka, berburu berlari bersama mengarungi alam bebas, menyatu bersama semilir angin yang merebak bersama aroma kayu dan dedaunan hijau.

Sebelum keluar ia menyingkap atasan di area pundak memperhatikan memar yang tak kunjung hilang. Bagaimana bisa dia melemah seperti ini, menyembuhkan diri sendiri saja ia tak mampu. Ia harus berlatih keras untuk bisa mengimbangi Naruto. Ia tak ingin menjadi aib seperti yang Nagato bilang. Jika Naruto memutuskan menolak klan Senju, ia janji akan memantaskan diri.

Hinata keluar dari kamarnya dengan wajah berseri, Naruto sudah siap dengan penampilan casual yang menambah aura maskulinnya semakin memikat. Lelaki itu memakai kaos turtleneck hitam yang dipadukan dengan jaket senada.
Membuatnya tampak segar dan memukau.

"Wah, lihat siapa ini yang berdandan sangat cantik." Naruto melempar godaan yang sukses membuat Hinata merona, ia suka dengan pipi menggemaskan Hinata saat memerah seperti itu.

"Tidak, aku memang selalu terlihat cantik." Hinata memalingkan wajah dari tatapan lapar Naruto yang seolah ingin mengulitinya hidup-hidup. Begitu menurut pandangan Hinata, tetapi yang sebenarnya tatapan intens Naruto bukan ingin mengulitinya hidup-hidup melainkan ia tak bisa berhenti untuk terpukau.

Nagato menghampiri mereka dengan tergesa-gesa. Seakan ada hal mendesak yang harus ia sampaikan.
"Naruto, Tsunade dan Sakura berkunjung secara tiba-tiba. Mereka bilang Sakura ingin latih tanding bersamamu. Selain itu aku yakin Tsunade ingin membicarakan hal serius denganmu. Mereka sudah menunggu di area latihan belakang kastel."

Hinata memperhatikan raut wajah Naruto yang berubah dengan cepat. Ia menjadi sangat serius sekarang.
"Katakan pada mereka untuk menunggu. Aku akan segera kesana."

Hinata membuang napas kecewa dengan pelan sehingga tak ada yang menyadarinya. Apakah Naruto semudah itu menganggap dia tak ada. Baru saja lelaki bermanik biru itu menyatakan kekaguman. Tak ada semenit berlalu, ia berubah menjadi tak acuh. Menganggap janjinya dengan Hinata tidak penting sama sekali.

Alpha's Nightmare ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang