.
.
.Hinata membuka kelopak matanya yang terasa berat. Ia menangkap sosok Naruto yang sedang khawatir menungguinya. Hinata memekik tertahan saat ia berusaha bangun, sekujur tubuhnya sakit. Luka cakar di lengannya sudah menghilang, sepertinya Naruto sudah menyembuhkannya. Memar di pundaknya juga sudah tidak terasa sakit lagi.
"Bagaimana keadaan Karin?" Meski masih merasa pening ia harus tahu bagaimana keadaan Karin.
Naruto menatap Hinata seperti tak menyukai pertanyaan yang dilontarkan gadis itu."Kau masih sempat mengkhawatirkan orang lain hmm?" Naruto meledek Hinata dengan senyum ejekan yang tersungging di sudut bibirnya.
"Dia sudah berusaha menolongku dua kali. Aku ingin tahu kalau dia baik-baik saja." Hinata merasa ragu karena takut Naruto akan menghukum gadis rambut merah itu.
"Dia tidak baik-baik saja. Dia sedang menjalani hukuman isolasi selama seminggu tanpa makanan dan minuman!" Sahut Naruto ketus.
"Apa? Kau serius menghukumnya? Dia tidak bersalah, dan kau bilang dia tidak boleh makan dan minum selama seminggu? Dia bisa mati!" Hinata tidak bisa membiarkan Karin menanggung kesalahan yang tidak diperbuat olehnya.
"Kau pikir manusia serigala semudah itu mati?" Naruto tidak henti-hentinya mengejek Hinata yang berlebihan, jika saja dia bukan gadis yang disayangi olehnya mungkin sumpah serapah sudah keluar dari mulut jahatnya.
"Dan jangan bilang dia tidak bersalah. Menyembunyikan fakta tentang rogue yang menyerang Luna, merupakan kesalahan fatal. Dia membahayakan Luna."
"Aku yang memintanya untuk diam Naruto! Jadi aku yang salah, bukan dia."
Naruto menarik napas dia ingin sekali memaki dan memarahi Hinata. Namun ia tak mau menyakiti gadis itu, ia tak mau membuat Hinata sedih. Tapi Hinata suka membangkang, dan ia paling tidak suka ditentang.
"Lagi pula.. Aku, aku bukan Luna." Imbuh Hinata lagi dengan suara lirihnya.
Naruto membersut alisnya, "jangan sembarangan mengucapkan kata seperti itu. Kau tidak diperbolehkan mengucapkan kata seperti itu."
"Tapi itu kenyataannya Naru, aku bukan Lunamu. Dan tidak akan pernah serasi mendampingimu." Naruto mencengkeram rahang Hinata dengan hati-hati, takut tangannya bisa menghancurkan kecantikan Hinata.
"Hati-hati dengan ucapanmu Hinata." Hinata melengos melepaskan diri dari cengkeraman tangan Naruto.
"Pokoknya jangan menghukum Karin. Kau seharusnya menghukumku saja, karena aku yang memilih untuk menyembunyikan penyerangan itu kemarin."
"Aku tidak akan pernah menghukummu Hinata. Lakukan saja kesalahan sebanyak yang kau mau, orang lain akan menggantikan hukumanmu. Dengan senang hati aku akan menyiksa mereka akibat ulahmu." Suara dingin Naruto seolah menusuk hingga ke tulang. Lelaki itu ingin beranjak meninggalkan Hinata karena dia tidak ingin beradu mulut lebih lama dengan Hinata.
"Kalau begitu seharusnya kau tidak memungutku dan membawaku kesini!!" Hinata memekik lantang, ia kesal Naruto seenaknya saja menghukum Karin. Keadilan yang ia pegang seakan tak berlaku untuk Hinata.
Naruto terpaku di tempatnya. Ia benar-benar marah mendengar Hinata berkata seperti itu, seakan tak menghargai usahanya menyelamatkan gadis itu.
"Dan seharusnya kau juga tidak perlu datang menyelamatkan aku dari rogue itu. Seharusnya kau biarkan saja rogue itu menandai ku!! Aku tahu kau dan orang-orang Uzumaki tidak akan menerimaku sebagai Luna yang lemah. Bukankah kalian hanya menganggapku sebagai beban? Jika seperti itu sebaiknya kau tidak pernah datang untuk menyelamatkan aku." Ujar Hinata dengan raut wajah datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha's Nightmare ✔️
LobisomemDark Fantasy Romance Naruto seorang Alpha berumur seratus tahun dari klan Uzumaki, namun ia belum juga menemukan mate-nya. Setiap malam ia bermimpi buruk. Seorang gadis cantik dengan manik serupa amethyst stone yang ia yakini adalah mate-nya selalu...