02. perjodohan

99 10 30
                                    

"mah, sebelum nya mama gak pernah cerita ke papa soal perjodohan ini. Rina masih sekolah, tolong mama pertimbangkan lagi." ucap ayah Rina yang tak setuju jika putri nya di kawinkan.

"Mama udah pikirin matang-matang pah, walau udah nikah, Rina bisa tetep lanjutin sekolah kok, itu gampang, biar mama yang urus. Kita juga bisa rahasiain pernikahan mereka dari pihak sekolah."

"Tapi papa tetap gak setuju!"

"Keputusan mama sudah bulat dan Rina harus tetap menikah! Mama lakuin ini supaya anak kita gak hamil di luar nikah. Mama gak mau Rina bernasib sama dengan Buih (sepupu Rina) yang hamil di luar nikah. Pacar nya gak mau tanggung jawab! Jadi mama gak mau anak mama bernasib sama."

Rina mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Gadis itu muak, kehidupan nya selalu di kaitkan dengan Buih (nama kakak sepupu nya) gara-gara buih ketauan hamil di luar nikah, ibunya sampai kepikiran untuk menikahkan nya dengan anak temannya yang sama sekali tidak dia kenal.

Lagi pula siapa yang akan menghamili nya? Ibu nya ada-ada saja, pacar saja Rina tidak punya bagaimana bisa tiba-tiba hamil sementara putrinya tidak pernah menjalin hubungan dengan pria manapun.

"Mah, Rina gak sama kayak Buih." Papa Rina masih berusaha membujuk istri nya.

"Kita gak tau, di zaman ini anak-anak yang keliatan lugu di rumah, bisa aja liar di luar rumah." Mama Rina menaiki anak tangga di susul oleh papa Rina.

Rina yang masih menggunakan tas sekolah, memutuskan berdiam diri di ruang makan. Dia tidak akan pernah bisa membantah perkataan ibu nya. Rina menganggap dirinya hanya robot yang remot nya di pegang oleh ibunya.

"Ayo Rin gue anter ke sekolah." ucap Revan kakak Rina yang hanya beda satu tahun dengan Rina. Revan sekolah di tempat yang sama dengan adek nya, dia merupakan sosok kakak yang sempurna untuk Rina.

"Kak Revan lo becanda atau gimana?" Rina memicingkan mata nya. "Lo mau anter gue ke sekolah sedangkan kita baru pulang dari sekolah? Mau ngelucu ya kak?"

Revan tertawa dan menatap adek nya, "oiya lupa gue, hahaha."

"Garing." ejek Rina kemudian pergi meninggalkan Revan.

Revan sebenarnya merasa kasihan kepada Rina, dia masih sangat kecil, dan ibunya sudah mau menikahkan nya dengan pria yang bahkan belum pernah Rina temui. Tapi di sisi lain Revan juga tidak bisa berbuat apa-apa, karena di keluarga mereka tidak ada yang bisa menentang keputusan ibu mereka selain ayah nya.

Revan duduk di meja makan, perut nya terasa lapar.

••••

Di sisi lain, perdebatan tengah di lakukan antara ibu dan anak laki-laki nya. Fathur sang anak laki-laki menolak keras perjodohan yang ibunya rencanakan.

"Mah! Ini zaman modern, mana ada jodoh-jodohan." ~Fathur

"Mama gak peduli! Pokoknya kamu harus menikah!"

"Mama gak bisa gitu dong! Mama gak bisa seenaknya mutusin kehendak mama! Fathur udah gede dan gak mau di jodoh-jodohin! Apapun alasannya Fathur gak mau!" Fathur beranjak dari tempat duduk, dengan membawa selempang tas di lengan kanan nya dia berjalan ke arah kamar dengan mata elangnya yang amat tajam.

Mata mama Fathur tak kalah tajam dari putra nya, beliau berceletuk. "Kalo kamu gak mau nikah dalam 3 hari ke depan tepatnya di tanggal ulang tahun kalian yang ke-17 mama akan berhenti makan dan minum sampe mama mati!"

Deg! Ucapan Sarah berhasil menghentikan langkah Fathur, Fathur tau betul kalau ibunya itu tidak pernah main-main dengan ucapan nya, sekali mengucapkan hal itu yang akan Sarah lakukan tak peduli walau akan menyiksa diri Sarah sendiri.

Fathur menghembuskan nafas kasar. "Iya OKE! Fathur akan menikah, tapi bilang ke perempuan itu jangan harapkan cinta dari Fathur karena hal itu gak akan pernah terjadi!" Setelah mengucapkan hal itu Fathur naik ke kamar nya.

Sarah tersenyum puas, dia tau kalau putra semata wayangnya sangat menyayangi diri nya dan tidak mau ibunya merasa sakit. Soal cinta, akan tumbuh sendiri seiring berjalannya waktu. Sarah harap dengan perjodohan ini Fathur bisa mulai menyukai anak perempuan.

"OKE! MALAM INI KAMU SIAP-SIAP MAMA AKAN KENALIN KAMU KE DIA."

••••

Rina sudah siap, dia di dandani sendiri oleh Ratna mama nya.

"Anak mama cantik, senyum dong." Ratna memandang wajah ayu (cantik dalam bahasa Jawa) Rina. Kecantikan Rina menurun dari nya.

"Mah, Rina gak mau nikah! Terlalu dini kalo mama mau nikahin Rina."

"Ini demi kamu Rina, mama gak mau kamu bernasib sama seperti Buih."

"Mama pikir Rina gak bisa jaga diri? Apa setelah menikah menjamin Rina gak akan salah pergaulan?"

Ratna mengelus rambut putrinya yang terurai. "Dia tampan, pintar, walau dingin. Mama yakin kamu pasti bakal suka sama dia. Kalian lahir di tanggal, tahun, bulan, dan tahun yang sama. Dan tiga hari lagi ulang tahun kalian yang ke-17, di hari itu kalian akan menikah."

"Whatt??" Rina syok berat mendengar ucapan ibu nya.

"Udah ayo, entar kemaleman."

Mereka sekeluarga berangkat menggunakan mobil Avanza Veloz keluaran terbaru.

Setibanya di tempat yang sudah di sepakati untuk bertemu, Ratna jalan duluan, sedangkan Rina jalan di urutan paling belakang.

"Sini Rat," panggil Sarah kepada sahabat nya. Ratna tersenyum senang dan berjalan menuju meja yang sudah di duduki oleh 3 orang. "Kenalin ini Fathur anak aku sama mas Rahmat." Sarah menunjuk ayah dan anak secara bergantian.

Ratna masih senyum lebar menyapa calon mantu dan calon besannya. "Nah kenalin ini Rina anak kedua aku sama mas Banyu." Ratna menunjuk Rina yang berdiri di sebelah Revan. Sementara Rina sudah menatap dengan pandangan tak suka ke arah Fathur begitu pula sebaliknya.

"Silahkan duduk," Rahmat mempersilahkan keluarga Banyu (ayah Rina) untuk duduk. Mereka semua duduk, dan kebetulan sekali Rina mendapat kursi di depan lelaki yang baru ia temui.

Rina dan Fathur saling lempar tatapan bengis, mereka sama-sama sinis. Rina sengaja menginjak kaki Fathur dengan hils nya membuat remaja itu meringis kesakitan.

"Kalian boleh cari tempat lain untuk kenalan." pak Rahmat berbicara.

Fathur menatap dingin ayah nya.

"Ide yang bagus, sana gih pergi berdua dulu. Tapi jangan kabur!" kini Sarah yang bicara.

Ratna mengkode agar putri nya mau menuruti ucapan Sarah, dengan berat hati kedua remaja yang belum saling mengenal itu pergi bersama meninggalkan meja prasmanan.

"Sial banget gue di jodohin sama lo." Rina mulai mengeluarkan uneg-uneg nya saat mereka sudah ada di rooftop gedung yang note ben nya milih ayah Fathur.

"Lo kira gue mau nikah sama lo?"

"Ya, kalo gak mau kenapa gak nolak aja?"

"Lo sendiri kenapa gak nolak?"

"Lo pikir gue gak nolak? Gue nolak banget! Tapi taulah ya orang tua kalo udah perintahin sesuatu ke anaknya gak bisa di bantah."

"Jawaban gue sama kayak lo,"

Rina tertawa mengejek, "lo harus pikirin cara supaya kita gak jadi nikah!"

"Gamau, gue gamau ambil resiko." Jawab Fathur dengan nada dingin.

Rina menatap Fathur, kemudian memutar bola matanya. "Anjing! Gue Masi SMA gila udah mau jadi bini aja sialan!!!" umpat Rina sambil melempar hils nya ke sembarang arah. Untungnya hanya ada mereka berdua di sana, sehingga hils itu tidak sampai mengenai apapun.

"Kita masi bisa cerai kan? Kita bisa nikah, terus cerai? Apa susah nya sih? Kita ekting, pura-pura bahagia di depan mereka, ingat hanya di depan mereka! Terus kita bisa bikin skandal perselingkuhan, dan lo bisa mengajukan gugatan cerai di pengadilan agama." ide konyol Fathur.

Mau di lanjut gak cerita nya?

LOVE HIM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang