05. menginginkan kebebasan

73 8 2
                                    

Setelah melalui malam kedua di rumah serasa neraka itu, Rina Fathur bangun pagi lebih pagi dari kemarin. Mereka pasang alarm di kamar masing-masing agar tidak bangun kesiangan

Mereka tidak sarapan dan langsung berangkat begitu saja ke sekolah tanpa saling berpamitan.

Rina telah tiba di area sekolah nya. Saat tiba dia langsung di sambut oleh Revan yang sedang menunggu nya di gerbang sekolah.

"Pagi manis," sapa Revan.

"Alah, lo nunggu gue bang?"

"Iya, kangen gue sama Adek kesayangan gue."

"Afah iya?" Rina jalan duluan melewati Revan dan Revan segera menyusul Rina.

"Gimana Rin rasanya jadi bini?" bisik Revan tepat di kuping Rina.

"Sttt, diem lu bang."

Revan tertawa jahil, dia masih setia jalan di samping adenya.

"Pagi kak Rina," sapa para adek kelas Rina.

"Pagi," balas Rina dengan senyuman.

Gadis-gadis yang tadi menyapa Rina melirik Revan penuh rasa takjub akan ketampanan kakak Rina.

"Ada untungnya jadi ganteng." ~Revan seraya memberi senyumnya kepada para adek kelas.

Rina menyikut kakak nya agar berhenti tebar pesona kepada para adek kelas.

Oh iya, pagi ini Rina berpapasan dengan Zaki, kebetulan Zaki satu kelas dengan Revan. Tak ada yang sepesial, Rina dan Zaki hanya saling melempar senyum manis.

Sementara di sisi lain, Fathur sedang mengejar-ngejar Margin, karena Margin menggunakan make up terlalu tebal dan juga baju sekolah yang ketat. Margin kabur dari kejaran Fathur.

"WOI MARGIN! KENAPA LO SUKA BANGET BIKIN ONAR?! KE RUANG BK SEKARANG!" Gertak Fathur.

Margin hanya melirik sekilas tidak takut kepada gertakan Fathur. "Suka-suka gue lah mau dandan kayak gimana. Wlee.." Margin menjulurkan lidahnya, karena tak fokus, Margin akhirnya jatuh tersandung batu.

Fathur reflek ketawa melihat Margin sudah menjadi satu dengan tanah. "Jangan cuman ngetawain, bantuin dong." Pinta Margin dengan wajah memelas.

Fathur yang merasa kasihan lantas menjulurkan satu tangannya, "nih, pegang tangan gue."

Sebelum memegang tangan Fathur, Margin menatap wajah Fathur terlebih dahulu lalu setelah itu dia meraih tangan Fathur. Saat berdiri dia sudah di ketawai oleh teman-temannya.

"Diem lu pada!" Margin melipat wajah nya merasa malu dengan apa yang telah terjadi dan di saksikan banyak orang.

"Tur bantuin gue, jangan bawa gue ke guru BK pliss!!" Margin menyatukan kedua tangannya memohon kepada Fathur.

"Gak! Lo harus di hukum!" Jawab Fathur lantas menarik tangan Margin membawanya ke ruang BK. Fathur sudah lelah menghadapi Margin, kini biar guru BK yang memberinya hukuman.

•••

Fathur duduk sendirian di depan kelas menunggu Margin yang sedang berhadapan dengan guru BK. Baru kali ini jantungnya berdegup kencang saat sedang bersama perempuan, sebelum nya di tidak pernah merasakan perasaan itu. Dia pun tidak tau apa yang tengah dia rasakan.

Margin datang dengan seragam yang berbeda, kini pakaian yang ia gunakan sedikit longgar tidak seperti sebelumnya. Margin menatap sebal ke arah Fathur, ini semua ulah Fathur. Margin di omeli habis-habisan oleh guru BK, untung nya dia tidak sampai di skors.

"Nyengir lo!" kesal Margin kemudian duduk di sebelah Fathur.

"Ya lagian salah sendiri! Kalo mau fashion bukan di sini tempatnya, ini tempatnya untuk menimba ilmu pengetahuan!"

LOVE HIM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang