25. sebuah kebersamaan

30 5 4
                                    

•Di kediaman Fatur

Mereka sedang makan malam bersama, hanya bertiga di meja sebesar itu. Fatur nampak sedang menyesuaikan diri, tak dapat di pungkiri dia sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah. Selesai makan pun Fatur langsung memungut piring kotor dan membawa nya ke dapur, hal itu membuat Sarah dan suami nya keheranan. Sebab Fatur tidak pernah menyentuh pekerjaan rumah.

"Biar saya aja yang cuci bi," ucap Fatur kepada art yang bekerja di rumah nya.

Tentu hal itu langsung di cegah oleh bi Lastri, dia tidak enak jika Fatur menggantikan pekerjaan nya.

Fatur mengalah, dia keluar dari dapur dan berjalan menuju kamar nya. Setibanya di sana, remaja itu langsung mengambil jaket berwarna hitam dan mengenakan nya, tak lupa dengan sebuah dompet yang dia selipkan di kantong celana.

"Mau kemana?" tanya Sarah yang kebetulan melihat Fatur bersiap-siap.

Fatur menggigit bibir bawahnya, memikirkan sebuah alasan. "Ke rumah Rina mah, mau ngerjain tugas bareng."

Sarah spontan tersenyum, tapi senyum itu luntur kala mengingat ucapan Rina tempo hari.

Flashback on

Rina menggigit bibir bawahnya. "Mah, terus terang aja nih ya. Fatur gak pernah jadi gay, dia suka kok sama perempuan."

"Sama kamu ya nak?"

"Bukan mah. Tapi sama perempuan lain,"

Flashback off

"Jangan jadi laki-laki brengsek ya nak. Jangan permainkan hati perempuan." Sarah melangkah masuk kemudian mengelus kepala putra nya.

"Ga akan mah." jawab Fatur dengan penuh percaya diri.

Sarah kembali tersenyum, Fatur menyalimi tangan ibunya kemudian melenggang pergi. Dia pergi menggunakan motor baru nya.

Perjalanan ke-rumah Rina membutuhkan waktu sekitar 60 menit, ya memang lumayan jauh. Dan di pertengahan dia melewati kompleks perumahan, rumah yang dahulu ia tinggali bersama Rina.

Sepanjang jalan Fatur memikirkan perkataan ibunya. Kenapa ibu nya mendadak berkata seperti itu? Apa benar dia telah mempermainkan perempuan? Tapi siapa? Dia rasa diri nya tidak pernah mempermainkan perempuan.

Lampu-lampu jalanan menyambut kehadiran Fatur melintas di jalan tersebut, menyisakan udara yang terhembus kencang saat ia lewat.

Setiba nya di rumah Rina, keadaan rumah tersebut sunyi. Fatur dengan gagah mengetuk pintu rumah Rina, kebetulan Rina yang membuka nya. Penampilan Rina kacau, mata nya sembam dia membawa segelas air di tangan nya.

"Ngapain lo ke sini?" ketus Rina.

"Suami nya dateng bukan nya di sambut malah di omeli." Fatur berjalan masuk, dia tidak perduli walau Rina belum menyuruhnya masuk.

"Gue haus, minta minum." ucap Fatur dengan tidak tau diri. Rina dengan tidaj bersemangat berjalan ke-dapur dan mengambilkan Fatur segelas air.

"Mama papa kemana?"

"Ada di kamar."

"Oh,"

Hening..

Fatur melirik ke-sana kemari sambil sesekali mencuri-curi pandang. "Rin, keluar yuk. Healing biar gak stres."

Tawaran tersebut tentu di tolak oleh Rina yang sedang tidak mood kemana-mana. Rina hanya ingin mengurung diri di kamar, memikirkan keadaan Zaki.

Tapi Fatur tidak menyerah, dia terus membujuk Rina bahkan terkesan memaksa agar Rina mau ikut bersama nya. Hampir 20 menit lamanya Fatur merayu Rina agar mau keluar menghirup angin bersama nya. Hal ini Fatur lakukan untuk Rina, dia tidak tega membiarkan Rina berduka sendirian.

LOVE HIM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang