10. Bicara

1.6K 177 8
                                    

"Dia menyesal telah menikah denganku, Sakura."

Ternyata ketika Naruto pergi dari rumah Sasuke, rumah Sasuke dan rumahnya saat ini, Naruto pergi ke rumah Sakura dan di sana ada Sai yang meneleponnya beberapa kali teleponnya tak diangkat setelah tahu kejadian sebenarnya di pesta dari Ino, salah satu kepercayaan Sasuke yang ada di tempat kejadian.

Di atas kasur empuk wanita bersurai merah muda itu, Naruto duduk bersila di tengah, merengek sedih. Di kedua sisinya ada Sakura si pemilik kamar, dan Sai.

Naruto mengadukan pertengkarannya dengan Sasuke satu jam yang lalu.

"Tidak. Dia tidak, Naruto. Kau salah paham," Sakura di sisi lain berusaha memberikan pengertian pada sahabatnya yang sedang begitu sedih dan terluka terlihat dari kilatan mata dan raut wajahnya, mengelus kedua bahu Naruto, merangkulnya.

"Aku tidak salah paham, aku mendengarnya begitu jelas." Naruto menghentikan apa pun nasihat yang ingin dikatakan Sakura. Perasaannya sedang sedih dan kacau, ia tidak bisa menerima nasihat apa pun saat ini. Ia hanya ingin sedih.

"Apa yang dikatakannya?" Sakura bertanya tegas. Dari pertanyaannya itu mungkin bisa tahu seberapa buruk perkataan suami sahabatnya itu dan mencari solusi lain.

Naruto terdiam. Berpikir sejenak tentang pertengkarannya dengan Sasuke tak lama itu dan memilih tidak mengatakannya.

"Dia menyesal." lirihnya. Yang hanya bisa dijawabnya, hanya kata itu yang membuat perasaannya semakin menurun. Bagi Naruto yang mendapat perhatian dan dukungan penuh dari sekitarnya, mendengar bahwa ada yang menyebut menyesal karenanya membuat Naruto terpukul dan overthingking.

"Aku tidak terima bayi kita diperlakukan seperti ini, Sakura. Aku akan mendatangi pria itu! Tidak peduli dia siapa! Aku akan mendatanginya sebagai ayah yang marah anaknya disakiti!" Sai yang sejak tadi diam mendengarkan, angkat suara. Namun bukannya mengatakan suatu solusi, malah menambah bahan bakar pada api.

"Cukup!" Sai meringis ketika kepalanya dipukul kencang oleh Sakura.

"Ini masalah sebuah rumah tangga! Kita tidak boleh gegabah menghadapinya!" sentak Sakura. "Kita harus tenang, jangan membuat segalanya runyam!" geramnya.

Mereka bertiga terdiam.

"Bagaimana kalau aku traktir kau ramen untuk membuat suasana hatimu sedikit lebih baik?" beberapa lama tak bersuara, Sai berbicara. Mengusulkan.

"Aku sedang sedih, Sai ..." Naruto menjawab dengan nada sedih dan lirih, bibirnya cemberut lagi, manik birunya berkaca-kaca.

Sai mengerjap. Makanan itu selalu berhasil menarik perhatian Naruto bagaimanapun kondisi si pirang dan ini adalah pertama kalinya tawarannya ditolak. Sai benar-benar yakin bahwa Naruto sungguhan sedih saat ini ketika ramen tercinta pun ditolak.

"Baiklah." gumamnya.

Tetapi Naruto berdiri dan mendapat tatapan bingung dari kedua sahabatnya yang melihatnya berjalan ke arah pintu kamar Sakura yang tertutup dengan rengekan kecil yang masih terdengar.

"Ayo kita ke kedai ramen ichiraku."

Sai mendengus beberapa saat terbengong dan Sakura mendesis kesal namun tetap berjalan menyusul Naruto yang telah keluar dari kamar.

♡💲♡💲♡

"Pulang. Temui Naruto. Bicara." Shikamaru mengatakannya dengan tegas. Pria itu sudah terlihat seperti kakak yang marah pada adiknya.

Di jam biasa ia sampai di kantor dan terkejut menemukan Sasuke di ruangan pria itu sendiri dengan pakaian yang dipakai di pesta kemarin malam, penampilannya berantakan, dan raut wajahnya terlihat belum tidur sama sekali.

NARUTO I💲SASUKE'S L♡VER [ SN ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang