First; The Beginning

875 58 1
                                    

Cuaca pada Minggu pagi ini lumayan dingin. Karena semalam, hujan mengguyur deras sampai pukul tiga pagi tadi dan menyebabkan manusia-manusia yang masih bergelung hangat pada selimut tebalnya semakin malas untuk bangun dari tempat tidur.

Padahal sekarang sudah hampir pukul delapan pagi, tapi memang masih terasa seperti pukul lima pagi dikarenakan suhunya yang terasa dingin dan cocok untuk tidur.

tok tok tok!
tok tok tok!

"JEADLE BANGUN!"

tok tok tok!

Pintu kamar Jeadle diketuk dengan tak sabar oleh bunda-ibu Jeadle, dan disusul oleh teriakan bunda.

"BANGUN JEADLE UDAH SIANG!"

Jeadle yang mendengar teriakan bundanya tentu saja terperanjat kaget dan langsung membuka pintu kamarnya setelah turun dari tempat tidurnya dengan keadaan setengah sadar.

"Aku udah bangun bunda," ucap Jeadle dengan suara paraunya karena baru bangun tidur.

"Cepet mandi, terus siap siap, nanti habis sarapan kamu ikut bunda belanja," titah bunda pada Jeadle yang hanya dibalas anggukan oleh putrinya.

"Yaudah, bunda nyiapin sarapan dulu. Abang sama ayah udah bangun daritadi nungguin kamu bangun."

"Iyaaaa bundaaa, udah ya, aku mandi dulu."

•••

Jeadle sudah selesai dengan urusan mandinya dan sudah selesai merias wajahnya yang pada dasarnya memang sudah cantik. Ia lalu keluar dari kamarnya, dan menghampiri keluarganya yang sudah bersiap di meja makan untuk sarapan.

"Lama banget lo, Kak"

Jeadle-atau ketika di rumah biasa dipanggil Adel- ataupun Kakak oleh keluarganya hanya menunjukkan cengirannya pada adik kembarnya, Jayden-atau biasa dipanggil Abang ketika di rumah.

Fyi, Jeadle dan Jayden ini kembar, yang lahir duluan si kakak, baru si abang. Jarak kelahiran mereka sekitar 15 menit.

"Ye malah nyengir"

"Ya maaf ya, hawanya enak banget sih buat dipake tidur"

"Kamu tiap bangun siang alesannya gitu mulu kak. Ayah sampe bosen," celetuk sang Kepala Keluarga lalu terkekeh ringan.

"Emang alesan doang si kakak, biar ga ikut bunda belanja," bunda menambahi.

"Ih engga gitu tau bun," Jeadle sedikit merengek.

"Udah bun, kak, makan dulu kita. Nanti belanjanya bareng satu rumah ikut. Nanti kita ke supermarket dulu, habis itu ke Ikea, si abang mau cari kursi gaming."

"Iya ayaaaah," ucap bunda, kakak, dan abang bersamaan membuat ayah terkekeh.

•••

"Bun, beli cumi-cumi dong bun, abang pengen makan cumi-cumi" Jayden menyebutkan keinginannya.

Kini, keluarga Ayah Noah sedang mengelilingi supermarket mencari barang barang dan bahan makanan yang dibutuhkan untuk keperluan mereka di rumah.

"Ga usah beli cumi mentah bun, nanti selesai belanja kita mampir makan siang di restoran seafood biar puas makannya," sahut ayah.

"Beneran ga yah?," tanya Jayden semangat.

"Beneran dong, Bang. Kakak mau ga makan seafood?," ayah bertanya pada putrinya.

"Mau dong ayah, masa ajakan makan seafood ditolak"

"Iya nih ayah, si kakak gabakal nolak orang dia apa aja doyan," Jeadle mendelik.

"Diem deh, Bang. Aku ga ngomong sama kamu dih."

Bunda yang merasakan hawa hawa percikan pertengakaran akan dimulai langsung memutus kedua anaknya agar tidak melanjutkan pembicaraan.

"Jangan berisik, nanti ayah sama bunda malu diliat orang orang," tegur bunda. Sedangnya Jeadle dan Jayden yang ditegur oleh sang bunda hanya menunjukan cengirannya.

-••-••-••-

Hi! for the first chapter, gimana nih menurut kalian?
Maaf ya kalau tulisannya banyak kurangnya, semoga kalian suka^^

Jangan lupa klik icon bintangnya ya, biar aku makin semangat nulisnya.

love, Cassa.

Devander Noah - Ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Devander Noah - Ayah

Riana Tiffany - Bunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Riana Tiffany - Bunda

Our Classic Story [ MARKNO || GS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang