Tenth; Festival Euphoria

217 25 3
                                    

Hari Sabtu siang yang cerah, sedikit berangin, dan tidak panas menyengat. Such a perfect day. Cuaca yang cocok untuk menonton festival dengan tenang karena tak takut akan kehujanan dan tak takut akan kepanasan.

Marko telah berada di rumah Jeadle sejak pukul sepuluh pagi untuk menjemput Jeadle pergi ke acara festival di mana Clairo dan Jiandra akan tampil. Sebetulnya, acaranya akan dimulai pada pukul dua siang, tapi Marko memutuskan datang lebih awal ke rumah Jeadle karena ayah dari kekasihnya itu mengatakan ingin bermain tenis meja bersama, dengan Jayden juga tentunya.

Di sisi lain rumah, ketika para lelaki sibuk dengan permainan tenis mejanya di halaman belakang rumah, Jeadle dan bunda juga turut sibuk di dapur. Sedang menyiapkan makanan untuk makan siang nanti. Dengan telaten, Jeadle membantu bunda memotong sayuran dan menghaluskan bumbu yang akan digunakan untuk memasak, sedangkan bunda sedang menyuir ayam yang tadi sudah direbus dan juga jamur tiram.

Waktu demi waktu berlalu, sekarang waktu telah menunjukkan pukul 12 siang, makanan yang dimasak sudah matang, dan permainan tenis meja juga telah berakhir. Sebelum memulai makan siang, bunda meminta para lelaki untuk mandi terlebih dahulu, karena tubuh mereka sangat berkeringat. Dan bunda tidak senang jika mereka makan dengan keadaan badan bermandikan keringat. Terlihat tidak segar untuk dipandang kalau kata bunda.

Setelah semuanya selesai dengan urusan mandi dan bersih-bersih, akhirnya mereka memulai acara makan siangnya. Menu siang ini adalah nasi bakar isi ayam, kol, brokoli, dan jamur tiram yang dimasak tumis dengan bumbu pedas. Untuk lauk pendampingnya, bunda dan Jeadle menyiapkan tempe mendoan serta bakwan. Dan untuk minumnya adalah es jeruk yang sangat segar.

Mereka menciptakan suasana makan siang bersama yang hangat. Sesekali ayah dan bunda bertanya pada Marko tentang Clairo dan Jiandra yang penampilannya akan mereka saksikan pada siang ini. Jayden juga berkata jika ia juga ingin menyaksikan festivalnya, tapi tidak bisa karena setelah makan siang, ia juga harus pergi ke kampus untuk keperluan organisasinya.

"Marko, bunda udah bungkusin kamu nasi bakar enam. Nanti dibagi ke Clairo sama Jiandra ya. Dibagi masing-masing dua buat mereka. Sisanya yang dua lagi buat kamu sama Adel nanti buat dimakan di sana. Jangan takut basi, ini sampe nanti tengah malem masih aman kok tanpa dipanasin, tadi bunda masak lauk sama nasinya udah sampai tanak. Jadi tenang aja kalau mau dipakai untuk makan malam," Marko dengan senang hati menerima titipan pemberian dari bunda Jeadle dan tak lupa mengucapkan terima kasih.

"Makasih banyak ya bunda. Iro sama Jian pasti seneng bisa nyicipin masakan bunda yang enaknya ngalahin restoran bintang lima," bunda terkekeh dibuatnya.

"Bisa aja kamu."

"Ayah titip Adel ya, Ko. Hati-hati bawa mobilnya. Kalau nanti acaranya selesai sampe di atas jam sepuluh malem, tolong kabarin ayah atau bunda ya," Marko mengangguk paham.

"Iya, yah, ga akan sampai semalem itu kok, Yah. Nanti jam delapan pasti Adel udah di rumah. Makasih ya yah, udah ngebolehin Adel pergi sama Marko."

"Haduh kamu ini, kayak sama siapa aja. Santai aja kalau sama ayah, yang penting ijin dulu kalau mau ngajak Adel pergi."

"Siap, Yah!."

•••

Jeadle dan Marko pergi ke backstage untuk bertemu Clairo dan Jiandra. Mereka diperbolehkan memasuki area backstage karena Clairo berkata kepada panitia fastival, jika nanti abangnya-yang juga merangkap sebagai pelatih mereka untuk penampilan pada festival ini akan datang. Dan mereka (Clairo dan Jiandra) berkata jika butuh melakukan briefing dengan pelatihnya terlebih dahulu sebelum naik ke atas panggung agar penampilan mereka tidak kacau. Bahasa kerennya sih emotional support. Dan akhirnya diperbolehkan.

Our Classic Story [ MARKNO || GS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang