TIGA

286 29 0
                                    

•Tandai Typo•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Tandai Typo•

Raya baru saja pulang diantar oleh supir yang tadi menjemputnya. Sesampainya di rumah dengan segera membersihkan badannya karena sudah sangat gerah. Dan kini sudah terlihat lebih segar. Dilihatnya jam weker yang terletak di atas meja belajarnya menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Tiba-tiba rasa gugup itu datang lagi membuatnya gelisah.

Kenapa harus secepat ini?

Itulah pertanyaan yang muncul pada benaknya.

Tak lama terdengar suara ketukan pintu, Raya pun menoleh. Di sana diambang pintu ada Mbak Nadya.

"Kok belum ganti baju?"

"Ini baru mau ganti." Jawabnya.

Nadya mengangguk, "Kalau udah langsung ke dapur ya, bantu bawain toples ke ruang tamu."

"Iya mbak."

Setelah kepergian Nadya, gadis itu segera mengganti pakaiannya tak lupa memakai sedikit lip balm agar bibirnya tidak terlihat pucat.

Tak butuh waktu lama beberapa hidangan sudah dipindahkan ke ruang tamu. Malam ini rumahnya sedikit lebih ramai dari biasanya. Itu karena Dikta belum bisa pulang jadilah ibu beserta kakak dari laki-laki itu yang disini. Hanya itu saja tapi suasana menjadi lebih riuh karena ada anak kecil juga.

Kemudian Raya duduk sendirian di dapur. Sementara yang lain berada di ruang tengah. Handphonenya dibiarkan tergeletak di atas meja. Ia sibuk dengan isi pikirannya.

"Jangan melamun, nanti kesambet repot." Celetuk Nadya.

"Mbak tau ini berat, tapi mungkin aja ini yang terbaik buat kamu, Ray."

Raya mengangguk kecil, "Tapi nanti ibu gimana mbak?"

"Kalau nanti aku ga bisa tinggal disini lagi, ibu nggak ada yang nemenin, nggak ada yang bantu-bantu lagi. Kasian ibu."

Mendengar pertanyaan itu Nadya tersenyum, dia tau sesayang apa keponakannya ini kepada ibunya. "Kan ada aku, tenang nanti ibu biar mbak yang nemenin dan bantu-bantu."

Ia menatap lekat wajah ibu satu anak itu. "Tapi mbak Nadya punya kesibukan sendiri kan. Harus ngurus Adit, ngurus suami mbak juga."

"Kamu lupa? Selama ini mbak juga gitu kan. Ngurus Adit, ngurus mas Dikta tapi tetap bisa bantu ibu bahkan nganter ke pasar juga."

"Jadi nggak usah khawatir."

Lagi, Raya tak tau harus bicara apa. Wajahnya semakin menunduk.

"Nadya bawain minumannya ke depan, tamunya udah datang." Ucap Ibu mertuanya.

Yang dipanggil pun mengangguk, sebelum membawa nampan itu ke depan dia sempat membisikkan sesuatu ke Raya.

"Senyum, calon suami kamu udah dateng tuh."

RAFRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang