TUJUH

295 28 1
                                    

•Tandai Typo•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Tandai Typo•


Sinar mentari mulai menyambut pagi hari yang cerah ini. Namun walaupun demikian udara tetap terasa dingin dan embun masih terlihat cukup tebal. Seorang gadis yang tak lain adalah Raya terlihat sudah rapi dengan seragam barunya. Iya baru, karena ini adalah hari pertamanya masuk setelah pindah. Sempat kaget karena berkas-berkas kepindahannya sudah selesai di urus dan dirinya bisa langsung sekolah senin hari ini. Ah dirinya lupa kalau mertuanya itu orang berada, masalah seperti ini pasti sepele. Tinggal menyuruh orang dan beres.

Dari pada pusing memikirkan hal itu Raya memilih untuk segera ke ruang makan. Disana sudah ada Fernan dan Venny. Sejujurnya sedikit merasa tidak enak karena baru turun tapi ini juga bukan kemauannya. Sebetulnya tadi sekitar jam setengah lima ia sudah bangun. Tujuannya ingin ikut menyiapkan sarapan tapi langsung dilarang oleh art yang ada di sini. Katanya begini, "Jangan, mending non mandi terus siap-siap untuk ke sekolah aja. Kata nyonya begitu non,"

Mau tak mau ia balik ke atas lagi kemudian mengambil seragam yang sudah diantarkan oleh Bunda mertuanya tadi malam. Lalu melakukan ritual seperti manusia lainnya yaitu mandi.

"Pagi sayang," Sapa Venny dengan senyuman lembut. Jadi teringat Ibunya dirumah.

"Pagi Bun," Jawabnya dengan senyuman manis.

"Kok sendiri Rafa mana?" Fernan ikut bertanya.

"Mungkin masih mandi?"

Raya juga tidak yakin pasalnya setelah mengambil seragam ia langsung keluar dari kamar cowok itu. Kemudian ia mandi di kamar mandi yang berada di kamar tamu.

"Coba kamu susul ke atas," Pinta Venny. Namun belum juga Raya beranjak dari tempatnya seseorang yang dimaksud sudah berada di sana. Rapi dengan seragam dan jas almamater sama seperti dirinya.

Dia duduk di sebelahnya. Iapun bergerak canggung dan itu tak luput dari perhatian Fernan.

Setelah itu sarapan pun dimulai. Tak ada yang bersuara kecuali suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Tak lama kemudian sarapan berakhir. Dilihatnya jam yang berada di pergelangan tangannya. Jarumnya menunjukkan pukul setengah tujuh kurang. Rafael pun pamit untuk berangkat.

"Aku berangkat," Ucapnya.

"Raya ikut sekalian gih," Ucap Venny.

Cowok itu melihat ke arahnya. Ia tak berani menatapnya, karena sudah pasti Rafael tidak mau.

"N-nggak usah Bun, Raya bisa naik angkot atau bus,"

"Jangan dong, kan ada Rafael. Kalian juga satu sekolah biar sekalian,"

"Tapi--," Sudah ada yang memotong ucapan terlebih dahulu.

"Kamu diantar sama Pak Agus," Putus Fernan.

"Terus kamu gimana?" Tanya Venny kepada suaminya tersebut.

"Gampang yang penting Raya diantara ke sekolah dulu,"

RAFRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang