SEPULUH

182 16 3
                                    

•Tandai Typo•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Tandai Typo•

Ini adalah hari kedua Raya bersekolah di SMA Bangsa. Pagi tadi Raya berangkat lebih awal dengan ojek online. Dengan tujuan agar jalan masih sepi dan terhindar dari macet. Raya tahu, tidak mungkin jika ia meminta tumpangan kepada Rafael. Lagipula ketika ia berangkat tadi, keadaan apartemen masih sepi, tidak ada tanda-tanda jika Rafael sudah bagun atau belum.

Kini pun Raya sudah berada didalam kelas yang mulai ramai, namun Karin belum juga sampai. Gadis itu hanya bilang melalui chat jika sudah dekat.

Panjang umur sekali, tak sampai lima menit Karin sudah datang, tidak lupa dengan nafas tersengal-sengal nya. Iapun memutar duduknya menjadi menghadap belakang, guna melihat temannya itu.

"Kenapa?"

"Gue lari dari gerbang sana anjir, mana masih lewatin tangga sampe sini." Jelas Karin dengan nada kesal.

"Kok bisa mepet waktunya?"

"Ishh! Ini semua gara-gara Arvin. Masa tadi katanya mau nebeng-in gue, tapi tiba-tiba bilang ga bisa. Gue disuruh naik taksi, ya dipikir aja udah jam setengah tujuh susah banget nyari taksi."

Raya ikut meringis kecil mendengar cerita itu. Setelah menenangkan Karin, ia membenarkan posisi duduknya menghadap depan. Jam pada ponselnya menunjukkan pukul 06.50 tanpa sadar kepalanya menoleh kearah kiri belakang, cowok itu belum datang.

Ketika matanya masih melihat kearah sana, terdengar suara langkah dari arah pintu. Raya langsung mengalihkan pandangannya kearah sumber suara. Rafael memasuki kelas dengan wajah tanpa ekspresinya. Sementara ditempatnya, Raya mengikuti arah pergerakan cowok itu.


Satu kata yang terlintas yaitu berantakan. Dua teratas kancing seragam batiknya tidak dipasang sehingga memperlihatkan kaos hitam didalamnya. Serta rambut yang masih basah terlihat sedikit acak-acakan. Namun bukannya jelek tapi malah semakin tampan.

Hingga Raya tersadar kembali ketika ada yang memanggilnya.

"Raya."

Ia menoleh, "Ya?"

Dan ternyata orang itu adalah Arvin. Tunggu?!
Kapan dia tiba, kenapa dirinya tidak sadar kalau bangku disebelahnya sudah ada orang.

***

Pembelajaran akan berakhir lima menit lagi dan bel istirahat pertama akan berbunyi. Di bangkunya terlihat Raya beberapa kali memegangi perut dan meringis kecil.

Matanya berulang kali melihat kearah jam, lama sekali pikirnya. Raya menghela nafasnya berat.

Menyadari gerak-gerik itu, Arvin pun memutuskan untuk bertanya. "Kenapa?"

Ia mendongakkan wajahnya dan menoleh ke arah cowok itu. "Nggak apa-apa kok." Lalu tersenyum tipis.

Setelah itu terdengar suara guru mengakhiri pembelajarannya, seketika Raya tersenyum ceria. Tenaganya langsung terisi kembali. Gadis itu bersemangat untuk membereskan buku-bukunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAFRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang