5. Si Lumayan Tampan

547 84 8
                                    


___

Sudah hampir sepuluh tahun Chenle tinggal di rumah ini. Namun, baru kali ini ia melihat orang asing masuk ke dalam rumahnya.

Iya, seseorang yang Chenle pukul menggunakan panci kemarin malam adalah seorang lelaki yang, eum, bagaiman Chenle mengatakannya?

"Lumayan tampan." dia kembali menarik sendok sayur yang ia gunakan untuk menyentuh tubuh lelaki yang masih pingsan itu. "Tapi masih tampan Jeno. Huh." dia melenggang begitu saja sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Chenle kembali ke dapur untuk memasak sarapan. Meskipun hanya merebus ubi saja, karena itu memudahkannya untuk mondar-manding dari dapur ke ruang tengah. Lelaki yang lumayan tampan itu ia ikat disana.

Sedangkan lelaki itu, tak lama setelah Chenle meninggalkannya, ia sayup-sayup mendengar suara seseorang yang tengah bersenandung pelan. Perlahan-lahan ia membuka kedua matanya. Ia mengerjap-ngerjap sejenak, masih belum sadar dengan apa yang menimpa tubuhnya.

Meskipun otaknya merespon sangat lambat, tapi tubuhnya dengan cepat menggeliat ketika dia benar-benar sadar bahwa tubuhnya diikat disebuah kursi.

"Yak!! Lepaskan aku!!" teriaknya keras hingga terdengar jelas di telinga Chenle.

"Hei! Siapapun itu! Tolong lepaskan aku!!" teriaknya lagi yang naasnya masih tak ada sahutan sama sekali.

"Yak!" teriaklah lelaki lumayan tampan itu lagi.

"HEI!!"

"TOLONG LEPASKAN AKU!!"

"TOLONG!!"

"HEI! SIAPAPUN ITU!"

"LEPASKAN AKU!"

"AKU TIDAK MENCURI!"

"YAK! LEPASSSSKAAAAAAAAANNN!!"

"YA!! KAU INI BERISIK SEKALI!!" Tak mau kalah suara, Chenle berteriak dari dapur. Suaranya yang cempreng dan melengking mampu membuat lelaki itu terdiam.

Meskipun lelaki itu sudah biasa mendengar suara keras dari orang-orang, tapi suara yang ia dengar kali ini rasanya lebih menakutkan sepuluh kali lipat.

Uh, bulu kuduk lelaki itu berdiri karena otaknya telintas ibu-ibu penjual buah. Suara itu hampir sama dengan Ibu penjual buah yang muntab kerena buanya berhasil ia curi.

Setelah satu teriakan itu semua menjadi hening. Baik Chenle maupun lelaki itu belum ada yang bergeming. Hingga satu suara ketukan lirih mengintruksi telinganya.

Tik.. Tok.. Tik.. Tok..

"Siapa kau?!" Chenle berkacak pinggang di ambang pintu. Sambil menunjukkan raut wajah sangar cenderung cemberut. Yang tentunya membuat lelaki lumayan tampan itu tidak bisa menahan gelak tawanya.

"Hahhahahaha!! Jadi kau yang memukulku tadi?" dia kembali tertawa. Tidak menyangka jika yang mengikatnya adalah lelaki kecil mungil dengan wajah cemberut itu. Sungguh, dia kira akan diculik oleh lelaki bertubuh kekar.

Lelaki itu harus bersyukur untuk kesekian kalinya. Sudah lolos dari kejaran manusia ogoh-ogoh, dan sekarang dia diculik oleh manusia mungil bin aneh dan nyleneh ini.

"Kenapa kau tertawa? Aku serius bertanya!" Chenle menggertak, namun alih-alih lelaki itu takut, dia malah kembali tertawa.

"Uh.. Taakuutt.." Jisung mengendikkan bahu.

Suara Chenle yang cempreng dan raut wajah sangar cenderung imut, apalagi rambutnya yang sedikit panjang membuatnya terlihat manis. Tidak tidak, ini menyeramkan.

"Baiklah. Aku akan berhenti tertawa," dia tersenyum sambil menyamankan duduknya. Saat ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Bagaimana bisa kau masuk ke dalam sini?" tanya Chenle dengan nada sewot, dia mendekat, berjalan memutari lelaki lumayan tampan itu.

Tangled (JiChen) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang