12. Ketahuan!

385 60 3
                                    


___

"Katakan sekali lagi Jisung jika kau mencintaiku!!" seru Chenle bersemangat.

"Sudah kukatakan tadi." jawab Jisung malu-malu. Pernyataan cinta di akhir hayatnya kemarin benar-benar membuatnya sedikit malu.

"Ayolah aku ingin mendengarnya lagi. Hehe.." Chenle terkekeh kecil sambil menyamakan langkah kecilnya dengan langkah lebar milik Jisung.

Bukan apa-apa, hanya saja Chenle suka jika Jisung mengatakan bahwa dia mencintai Chenle. Itu, seperti membuat Chenle terbang ke angkasa. Aw..

"Apa lukamu sudah baik-baik saja?" Chenle menusuk punggung Jisung tepat dimana Jeno menusuk punggung itu dengan jari telunjuknya. "Sudah tidak sakit lagi?" kegiatan tusuk menusuk itu masih terus dilakukannya sambil terkekeh kecil.

Ini lucu, bagaimana reaksi Jisung padanya membuat Chenle tambah suka pada lelaki tinggi di depannya ini.

Oh, iya, tentang luka tusuk Jisung itu sudah sembuh. Kalian masih ingatkan ketika Chenle menangis sambil memeluk tubuh Jisung, saat ketika energi Chenle telah habis. Dan disaat itu pula kedua bola mata Chenle bercahaya. Dua mata bulat yang biasanya itu selalu nampak indah menyimpan sesuatu yang sangat luar biasa.

Singkat ceritanya, air mata Chenle menetes tepat di pipi Jisung. Lalu entah bagaimana bisa terjadi perlahan-lahan tubuh Jisung membaik. Luka tusuk yang masih terbuka itu perlahan-lahan tertutup. Tubuh yang tadinya lemas tiba-tiba kembali sehat.

Ya pokoknya ajaib gitu deh. Keajaiban yang sangat luar biasa terjadi begitu saja. Bahkan Chenle tidak menyangka air matanya bisa menyembuhkan luka. Tidak hanya Chenle saja, tapi Jisung pun juga bingung sekaligus takjub sendiri. Dia yang hampir mati eh gak jadi. Kan Jisung jadi kasian sama malaikat mau yang dateng jauh-jauh buat nyabut nyawanya tapi gak jadi.

"Jisung, aku sangat bahagia sekali." Chenle yang sudah menyamakan langkahnya dengan langkah Jisung itu pun menyambar jemari besar milik pujaannya dengan tergesa. Menautkan jemari mereka, sambil berjalan menyusuri hutan.

Langkah lebar Jisung melambat, menyamakan irama langkah dari Chenle. Ikut mengeratkan jemari kecil yang tertaut di tangannya, tersenyum kecil sambil sesekali melirik pujaan hati barunya ini.

Begitu pula Chenle, merasa gengganmannya semakin erat, Chenle pun semakin merapatkan dirinya pada Jisung. Jika tangan satunya sudah dipegang oleh Jisung, maka tangan satunya yang mengaggur ikut memegang lengan kekar milik Jisung.

Aw.. Romantis sekali..

Memeluk lengan itu hangat, menyenderkan kepalanya pada bahu lebar milik sang pujaan. Oh, ya Tuhan sungguh indah pemandangan dua sejoli yang sedang dimabuk asmara ini.

Bahkan dua burung berekor biru itu pun juga ikut senang melihat majikannya senang. Namun tak kalah mesra karena merekapun juga sepasang kekasih. Hehe..

"Jadi, kau mau kemana?" tanya Jisung setelah sekian lama mereka saling diam sambil menikmati degupan jantung yang berantakan itu.

"Entahlah. Kita jalan saja, lagipula, dimanapun dan kemanapun itu jika bersamamu aku mau." Chenle terkekeh pelan setelah mengatakan kalimat itu. Dia tersipu, merona dua pipinya. Sangat lucu batin Jisung.

"Aku juga." Jisung sedikit memalingkan wajahnya sebelum meneruskan dialognya, "Bahkan jika sampai ke ujung dunia pun jika bersamamu aku sanggup." tak kalah manis cenderung lucu Jisung malu-malu mengatakannya.

Jawaban ngasal Jisung itu hanya di jawab kekehan renyah oleh Chenle. Hatinya tak sanggup lagi menahan debaran yang luar biasa untuk saat ini. Cukup dan sebelum dia meledak menjadi kepingan bunga-bunga yang harum wanginya.

Tangled (JiChen) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang