10

2.6K 81 0
                                    

Mutia sudah diperbolehkan pulang. Kondisinya sudah lebih baik.

Teman-temannya baru saja pulang menjenguknya. Mutia sangat bahagia bertemu teman-teman barunya itu.

"Mutia cepat sembuh ya.. sedikit lagi ujian akhir loh, jadi Lo harus cepat sembuh dan sekolah lagi biar nggak banyak ketinggalan pelajaran"

Perhatian ini yang tidak pernah ia dapatkan di sekolah lamanya.

Mutia menggelengkan kepalanya agar tidak mengingat segala hal tentang sekolah lamanya.

Mutia memutuskan mengganti nomer, dan sosial media lainnya. Dirinya membuat akun baru. Dan akun lamanya sudah ditutup permanent.

Untuk melupakan masa lalu harus totalitas jangan setengah-setengah. Itu tekadnya.

"Mutia... Guru privat kamu sudah datang" suara Tante Lana terdengar dibalik pintu kamarnya.

Tante Lana sangat mendukung program dietnya, apalagi sekarang guru olahraganya sudah datang, sampai-sampai gudang yang sudah tidak terpakai, kemarin sudah direnovasi menjadi ruang olahraga.

Mutia membuka pintu kamarnya.

"Iya Tante... Aku ganti baju dulu baru keluar menemuinya"

"Baiklah"

***

Angga Perdana kini mulai uring-uringan. Kenapa perasaannya hampa?

"Angga kamu kenapa? Kok akhir-akhir ini berubah?"

"Berubah gimana? Aku masih Angga yang sama kok"

"Tapi yang kulihat sekarang berbeda Angga, kamu seperti linglung akan sekitarmu, lalu Mutia yang selalu kau sebut, ada apa?"

"Entahlah Fris, bisa nggak jangan gangguin aku dulu?" Tanya Angga pelan.

Frisye yang melihat Angga seperti itu mengepalkan tangannya, sampai kuku-kukunya memutih.

"Sial..." Gumam Frisye dalam hatinya.

Waktu istirahat Angga dkk sedang berada di basecamp mereka.

"Bro... Kamu sudah tahu sekolah baru Mutiaa?"

Angga menggeleng.

"Pihak sekolah tidak mengatakannya, Mutia sendiri yang meminta agar kepindahannya dan sekolah barunya dirahasiakan"

Ya. Angga mencari Mutia karena rasa bersalahnya waktu itu. Di video viral beberapa Minggu lalu banyak yang mencaci maki dirinya.

"Kalau Lo ketemu Mutia, Lo akan melakukan apa?" Asrul penasaran jika seandainya Angga bertemu Mutia.

"Gue nggak tahu, pokoknya dalam pikiran gue, gue harus ketemu dulu sama Mutia" ucapnya lesuh.

"Lo sudah coba hubungi nomernya?"

"Udah.. tapi diluar jangkauan, media sosialnya juga sudah tidak bisa ditemukan"

"Wah... Mutia keren ya... Penuh totalitas banget" ucap Riyan.

"Maksudmu?" Angga menatap Riyan intens.

"Ya iya... Kalau mau menghilang harus benar-benar tidak bisa ditemukan, media sosial nya pun ikut hilang kan? Begitu baru di bilang totalitas, biar orang dari masa lalunya tidak bisa menggangu nya lagi begitu" ucap Riyan panjang lebar.

Angga yang mendengar ucapan Riyan semakin muram. Sepertinya dia akan tenggelam dalam rasa bersalah nya terhadap Mutia.

"Engga ... Selama dia masih ada di Indonesia, pasti gue akan menemukannya, tapi belum sekarang"

Asrul dan Riri mengangkat alis sebelah mendengar ucapan Angga.

"Hmm... Semoga sukses"

Tbc

Awal Perubahanku [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang