31

1.9K 49 0
                                    

Mutia menaikan alisnya menatap suaminya. Benar. Mereka sudah sah menjadi suami istri siang tadi. Prosesi Akad nikahnya berjalan lancar.

"Ada apa?" Tanya Syahril.

"Wanita tadi siapa?"

"Wanita yang mana?"

"Winiti ying mini?" Syahril tertawa melihat istrinya berucap dengan wajahnya yang kesal.

"Tadi itu Citra sepupuku"

"Oh... Sepupu kamu manja sekali ya.."

"Udahlah yuk istirahat, biar malem segar" ajak Syahril kepada Mutia.

"Nggak mau... Aku ingetin ya... Jangan pernah manja-manja dengan siapapun, dan juga jangan terlalu baik sama orang apalagi wanita meski itu sepupulah apalah pokoknya JANGAN" ucap Mutia tegas. Syahril mengangguk.

"Iya istriku yang bawel"

Mutia membaringkan tubuhnya dikasur, dia masih kesal ada wanita yang manja kepada suaminya.

Yang berhak atas suaminya adalah dirinya sendiri. Awas aja. Syahril yang melihat istrinya yang kesal menahan senyum.

Tumben cemburu.

Syahril mengikuti Istrinya berbaring dikasur. Rasanya beda. Mereka berdua beberapa kali tidur sekasur tapi ini beda sekali. Mungkin karena sudah sah suami istri jadi rasa segan itu hilang.

Syahril menatap mata istrinya yang tertutup, nafas yang teratur menandakan kalau istrinya itu sudah tertidur.

Rasa bahagia yang Syahril rasakan setelah mengucapkan kata-kata sakral di akad tadi siang sampai sekarang masih ada.

"Semoga pernikahan kita berhasil sampai maut memisahkan kita ya sayang" bisik Syahril pelan.

"Dan terimakasih" tambahnya.

***

Ketukan pintu membangunkan sepasang suami istri yang sedang terlelap.

"Mutia... Mua-nya sudah datang sayang" suara Lana terdengar sampai kedalam kamar. Mutia segera turun dari kasur dan membuka pintu kamarnya.

"Iya Tante... Suru tunggu bentar ya.. aku mau mandi dulu bentar"

"Baiklah.. cepat ya.. soalnya ini udah mau jam empat" Mutia mengangguk.

Mutia menutup pintu setelah Lana pergi dari sana. Mutia mendekati kasur.

"Kamu mandi saja dibawa ya.."

"Loh kenapa?"

"Biar cepat, Mua nya sudah datang, aku mau mandi dulu" Mutia segera masuk ke kamar mandi.

Syahril keluar membawa alat mandinya yang sudah disiapkan di kopernya.

"Syahril? Mau mandi? Kenapa tidak mandi diatas saja?"

"Biar cepat om, kasian Mua udah pada nunggu"

Dua jam kemudian Mutia sudah selesai di dandani, resepsi Syahril dan Mutia dilaksanakan di pekarangan rumah Mutia yang sudah disulap oleh WO menjadi sangat indah.

Ini juga menjadi keinginan Mutia sendiri dimana dia ingin gaya pesta kebun untuk keluarganya serta teman-teman kerja suaminya serta sahabat-sahabatnya.

Dan sekarang dirinya sudah berdiri dihadapan ratusan undangan yang sudah memadati pekarangan yang sudah indah ini.

Senyumannya tidak pernah luntur sedari tadi, dia bahagia apalagi dia sudah sah memiliki suaminya yang tampan ini.

Sedang melihat tamu undangan Mutia  melunturkan senyumnya perlahan, Mutia tidak menyangka pria itu akan datang.

Syahril yang merasa tubuh istrinya menegang mencoba mengikuti arah pandangan istrinya.

Angga Perdana.

Pria itu berdiri disana memandangi kami tepatnya kearah istrinya. Syahril merangkul pinggang istrinya posesif. Mutia memutuskan tatapannya dan beralih menatap suaminya.

"Rilex... Jangan sampai kamu pingsan disini gara-gara aliran darah kamu tersumbat" bisik Syahril jahil.

"Pemikiran dari mana itu?" Balas Mutia.

"Kamu lupa? Aku seorang guru sayang"

Mutia mendengus. Guru penjas bukan guru IPA.

"Dia mendekat kemari" bisik Syahril. Mutia tau maksud suaminya.

Dada Angga terasa sesak ketika didepan matanya sendiri, Mutia bahagia dengan orang lain.

Pria itu menguatkan tekadnya. Ikhlaskan.

Perlahan kakinya melangkah mendekati sepasang raja dan ratu diatas dipelaminan itu.

"Hai..." Sapanya canggung.

"Hallo" Syahril menerima jabatan tangan Angga.

"Selamat ya... Mmm... Bahagiakan dia,, jangan buat dia menangis,,, jangan sakiti dia,,, mungkin hanya itu yang bisa gue bilang"

Angga sekuat tenaga menahan air matanya yang mendesak keluar.

"Dan Mutia... Maafin gue ya... Semoga kamu selalu bahagia" Mutia mengangguk. Mutia juga sudah berkaca-kaca entahlah karena memang sudah memaafkan pria itu atau dengan hal lain.

Terakhir Angga memeluk Syahril ala pria dan turun dari pelaminan. Syahril mengusap pinggang istrinya untuk menguatkan istrinya agar tidak lagi mengingat masa lalu yang membuatnya membenci.

Tbc

Awal Perubahanku [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang