7. Saudari Satu Sepersusuan Ishan

23 4 0
                                    

Hai aku up!

Siang ini, rumah keluarga Andara kedatangan kakak sepupunya, Anggara dan Ghina. Fathiyah yang saat itu sedang berada di dapur segera menyuguhkan minuman untuk tamu mereka.

"Di minum dulu, Mba, Mas." ucap Fathiyah setelah meletakkan dua gelas teh dan satu gelas susu untuk anak mereka.

Ghina tersenyum pada Fathiyah, "terimakasih, dek. Aduh maaf merepotkan yaa." ucapnya merasa tak enak.

"Eh, enggak kok, Mba. Malah saya senang kedatangan tamu, apalagi Mas Angga sepupunya Mas Dara," Fathiyah membalas ucapan Ghina diiringi senyum kecil.

Mereka berdua menjadi asik mengobrol, sedang para suami sibuk menatap kedua anak mereka di teras rumah mereka.

Anggara menepuk bahu sang adik sepupunya tegas,
"Jangan kamu larang untuk tidak menyentuh Ghea, Ndra." ucap Anggara membuka obrolan.

Andara melirik, ia tersenyum dan mengangguk. "Aku enggak akan menyuruh Ishan untuk menyentuh Ghea--kecuali anakku sendiri yang bertanya 'apakah boleh, Ishan menyentuh saudari Ghea?' akan aku jelaskan, Mas," Andara membalas ucapan Anggara.

Anggara menatap adik sepupunya dengan bangga, ia kembali menepuk pelan bahu Andara. "Mas nitip salam sama istrimu, terimakasih sudah membantu Ghina untuk memberi ASI kepada Ghea, Ndra." Andara mengangguk seraya membalas senyuman Anggara.

Saat mereka mengobrol tentang Ishan dan Ghea, tiba-tiba Ishan berjalan mendekati mereka dan berdiri tepat dihadapan Anggara dengan pandangan sendu.

Ishan menyentuh kedua paha sang paman. "Abi, maafkan Ishan ya, tadi Ishan tidak sengaja menyentuh pipi Ghea..." ucap Ishan pelan, Andara dan Anggara saling menatap.

Anggara yang gemas segera menundukkan kepalanya, "hei, Ishan. Gak perlu minta maaf ke Abi, kamu boleh kok pegang Ghea, karena--" ucapan anggara berhenti, kala Ghea menimpali. "Kenapa boleh, Abi?" potong Ghea bertanya pada sang ayah.

Kini, Andara yang menatap Ghea, ia mengangkat gadis kecil itu keatas pangkuannya. "Ghea, Ishan. Dengarkan ayah, kalian satu mahram--walau tidak satu rahim. Karena kalian satu sepersusuan. Jadi, kalian boleh menyentuh satu sama lain--ingat! Tidak boleh berlebihan dalam menyentuh, walaupun masih satu mahram. Ishan ingat pesan ayah, kan?" Andara menatap Ishan yang semula menunduk kini menatapnya penuh.

Ia mengangguk pelan, "hargai perempuan, tidak boleh menyakiti walau tidak sengaja. Harus menolong Umma ketika meminta bantuan. Ishan ingat, ayah." jawabnya pelan namun lugas tanpa ragu, maupun gugup. Ia tersenyum lebar dan menampakkan gigi yang mulai kuat karena pertumbuhannya.

Anggara tersenyum bangga pada Ishan dan Andara. "Mas bangga sama kamu, Ndra. Kamu mendidik Ishan dengan baik. Semoga kamu sekeluarga selalu berada di jalan-Nya, Ndra." ucapan semangat sang kakak sepupu membuat Andara hanya tertawa dan mengangguk.

"Mari, ke dalam. Sudah saatnya sholat magrib."



Maaf sebelumnya jika aku sok tau tentang masalah saudari satu sepersusuan nya Ishan itu adalah termasuk mahram.

Karena aku juga pastinya tanya-tanya dengan temanku yang tau akan hal ini.

Aku juga sempet search in google, dan itu juga penjelasannya sama.

Sebelumnya, aku juga punya sepupu yang satu sepersusuan sama ibuku.

So, kalo aku ada kesalahan dalam mengetik, mohon diingatkan yaaa teman-teman....

Salam sayang dari aku,

@dreamrenji_

Ishandra Shaqueel | HRJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang