15. Umma Anti Habibati

25 4 0
                                    

Aku up!

Setelah kejadian insiden wajah Ishan yang memerah dua hari lalu, sejak saat itu Ishan dengan sengaja menghindari pertanyaan-pertanyaan dari teman-teman nya, karena satu alasan.

Malu.

Ishan hanya menunduk selagi Fredick yang memang duduk satu meja dengannya sedang menatap kearahnya. Ia enggan menjawab pertanyaan apapun yang menyangkut dirinya dan--ekhem--sang pujaan hatinya.

Mengapa hanya ada Fredick? Gio dan Helmi sedang berada di kantin. Saat ini mereka tengah beristirahat setelah tadi jam pelajaran kosong karena gurunya sedang izin tidak masuk.

Fredick menatap bingung Ishan yang sedaritadi hanya menunduk. Bahkan membaca Qur'an kecilnya juga menunduk dan bersuara kecil, tidak seperti biasanya.

Bahkan ia bingung, mengapa Ishan hanya mengajak bicara Helmi saja, padahal ada dirinya dan Gio disana?

"Ishan, kenapa sih? Kamu marah sama aku dan Gio?" tanya Fredick pada Ishan yang baru selesai murojaah bacaannya.

Meletakkan kitab kecilnya diatas meja, menoleh menatap Fredick yang bibirnya cemberut. Ishan sedikit tersenyum.

"Aku tidak apa-apa, Fredick. Yakin, aku tidak ada marah dengan kalian. Maaf, ya, aku ajak bicara cuma sama Helmi saja," jawab Ishan dan sekaligus meminta maaf atas dirinya yang salah karena sempat mendiami mereka berdua.

Tersisa Maraka saja yang masih belum tahu, bahwa sebenarnya Ishan sedang menghindar.

"Ishan, Ishan." panggil Karin, teman sekelasnya.

Ishan menanggapi. "Iya, Karin, kenapa?"

"Dicariin ayah kamu, tuh. Di luar kelas kita."

Setelah mengucap terimakasih, Ishan segera berdiri dan berjalan menuju luar kelas.

Saat ia melihat ayahnya yang mencari dirinya. Tiba-tiba jantung Ishan merasakan ingin copot saat itu juga.

"Ishandra. Bereskan tas kamu, ikut ayah pulang." ucapnya tanpa bantahan.

Ya, yang mencari dirinya adalah ayahnya. Andara.

Entah mengapa ia menyuruh Ishan untuk segera membereskan barangnya dan menyuruhnya untuk ikut pulang. Yang jelas, Ishan saat itu juga ingin segera memeluk sang ibu. Meminta pertolongan saat melihat wajah Andara yang kentara sekali jika dirinya sedang dilingkupi kemarahan. Walaupun dari cara bicara padanya masih terbilang baik-baik saja.

Ishan perlahan mengangguk pelan, "i-iya, ayah. Tunggu sebentar." wajahnya sudah terlihat pucat pasi.

Ia buru-buru masuk kembali ke dalam kelas. Membuka resleting untuk meletakkan seluruh buku dan tempat pensil nya. Itu semua tak luput dari pandangan Fredick.

"Ishan, ayah kamu kenapa?" tanya Fredick takut-takut.

Ishan menatap Fredick sedih, ia menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, Fre. Maaf, ya, nanti bilang Helmi dan Gio. Aku pulang lebih dulu. Jangan lupa, Helmi beri tumpangan yaa saat pulang nanti," setelah berucap demikian. Ransel ia sampirkan dan melambaikan tangannya pada Fredick.

"Hati-hati, Ishan. Aku berdoa supaya tidak apa-apa nanti. Semangat!" seru Fredick menyemangati Ishan yang masih menatapnya sedih.

Ishan mengangguk. "Iya, Fre. Terimakasih. Aku pamit dulu ya, dadah.."

Saat mereka sudah di mobil, Andara segera memeluk tubuh mungil Ishan. Mengelus bahunya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Ishan, yang sabar ya, Nak." ujar Andara membuka suara.

Ishan menatap bahu sang ayah yang bergetar dengan bingung. Ia ikut mengelus bahu Andara.

"Ishan harus sabar? Kenapa, ayah? Apa Umma marah lagi?" alih-alih mengangguk, justru Ishan bertanya.

Andara awalnya ragu untuk memberitahu sebenarnya, tapi Ishan harus segera tahu. Dengan helaan napas yang berat, ia menatap lekat putranya,
"Umma masuk rumah sakit."

"Umma..."

Saat itu juga, dunia Ishan berhenti.

Ishan kehilangan kesadarannya.




TBC

Sorry aku gantung😏

Aku mau cerita dikit.

Tadi pagi aku mau update Ishan, tapi pas aku buka wattpad kok semuanya hilang?

Ternyata belum aku perbarui, jadi aku keluar terus aku masuk lagi😭 please hampir jantungan kalo beneran sampe ilang sih:(

Udah segitu aja ceritanya😘✌🏻

Jangan lupa vote okeeeeee

Salam sayang,

©dreamrenji_

Ishandra Shaqueel | HRJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang