8. Ishan dan Masa Pubertasnya

24 3 0
                                    

Aku up spesial mendekati hari milad ku😁

Selamat membaca!


Siang ini, Fathiyah datang ke sekolah Ishan untuk mengantarkan bekal yang selalu Ishan tinggal.

"Ishaaaan!" seru seseorang yang memanggil nama Ishan.

Ishan dan Fathiyah menoleh bersamaan, terlihat sosok gadis berhijab--yang mungkin teman ishan--di lobi sekolah Ishan.

Ishan tersenyum dan membalas lambaian tangannya, "Indri," sapa balik Ishan dengan ramahnya.

Fathiyah tersenyum, ia mengusap bahu sang anak. "Siapa itu tadi, hm?" tanyanya pada Ishan yang telinganya terlihat memerah.

"Itu...teman Ishan, Umma--TAPI, Gio sama Fre kenal juga kok!" jawab Ishan gugup.

"Siapa namanya?" tanya Fathiyah kembali, ia terlalu gemas dengan putranya yang sudah menginjak masa remajanya.

"Indri. Indriani Syahdiqa, Umma..." jawab Ishan pelan. Sekarang bukan hanya telinga yang memerah, namun wajahnya pun ikut memerah.

Fathiyah tersenyum lebar, "namanya cantik seperti orangnya, ya, Ishan?" ucap Fathiyah seraya menatap Ishan yang kini mengalihkan perhatian dari sang ibu.

"Umma..." Ishan merengek, Fathiyah akhirnya tertawa.

"Umma tau, sayang, kamu suka sama Indri, kan? Ingat, ya, kejar lewat sepertiga malam." Fathiyah mencoba memberi peringatan kembali pada Ishan.

Ishan mengangguk, lalu ia memegang tangan sang ibu. "Iya, Umma, tapi jangan bilang-bilang ayah yaaa?" ucap Ishan memohon untuk merahasiakan pada Andara. Yang Fathiyah lakukan hanya mengangguk.

—Ishandra Shaqueel—

Saat ini, Ishan tengah berkumpul bersama keempat sahabatnya. Kalian sudah pasti tahu siapa mereka.

"Ishan, kenapa diem aja?" tanya Helmi lalu mencaplok bakwan ditangannya.

"Baca basmalah dulu, Helmi!" Maraka memukul tangan Helmi agak keras.

"Aduh, sakit, Mara! Gabisa pelan apa pukul nya?!" Helmi menatap tajam Maraka disampingnya.

"Ya kamu, abisnya... Makan tuh ada adabnya, Helmi!" masih tak mau mengalah, Maraka membalas ucapan Helmi.

Fredick hanya bagian menonton, sedangkan Gio sedang membuat es didalam kedai sana.

"Yaudah, sih! Khilaf aku--"

"Sok ngomong khilaf, sendirinya aja kalo wudhu masih suka lupa niatnya apa!" sambung Gio dari arah dalam kedai, ia membawa es kopi buatannya, laku duduk bergabung pada mereka.

Helmi cemberut, Maraka merasa puas, Gio yang santai sambil meminum kopi buatannya, Fredick yang hanya menonton dengan senyum andalannya. Dan jangan lupakan, Ishan yang masih melamun tanpa tahu bahwa teman-teman nya sedang meributkan hal yang tidak penting untuk diributkan.

Maraka yang sadar, kembali menimpali, ia mencolek lengan Ishan yang tengah menumpu dagunya. "Ishan..." panggilnya dengan pelan.

Dan sekali panggilan, Ishan langsung tersadar, ia mengucapkan kata istighfar, lalu dilanjut mengusap wajahnya. "Kenapa, Mara? Maaf, aku tadi melamun."

Maraka, Fredick, Gio dan Helmi saling menatap. Ada apa gerangan Ishan melamun? Seperti...TUMBEN?!

"Ishan, kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Helmi yang langsung memeriksa dahi Ishan apakah ada demam atau tidak.

Ishan menyingkirkan tangan Helmi, "aku tidak apa-apa, Helmi. Memang kenapa?" tanya Ishan balik.

"Daritadi, kamu bengong. Ada masalah?" kali ini Fredick bersuara, ia bertanya pada Ishan. Namun ia mendapati jawaban gelengan dari si empu.

"Terus, kenapa?" tanya Gio, lalu ia menyeruput es kopinya.

Ishan menatap satu persatu teman-teman nya. "Itu...kalian berdua kenal Indri?" tanya Ishan pada Gio dan Fredick.

Yang ditanya saling tatap, lalu mengangguk. "Kenapa tuh? Suka?" tanya Gio tepat sasaran.

Terlihat wajah Ishan perlahan memerah karena perkataan Gio barusan. Maraka yang melihat segera paham, ia tersenyum lalu memukul bahu Ishan pelan.

"Aku ngerti," kata Maraka, ia tersenyum simpul.

Helmi yang masih bingung menatap Fredick seperti "ada apa?" namun si empunya hanya mengangkat bahunya.

"Eih, kunaon sih?" tanya Helmi kemudian.

Gio memberi peringatan pada Helmi untuk diam dahulu.

Ishan mengangguk, "jangan bilang ayah aku yaa? Soalnya, yang sudah tau cuma Umma dan kalian..." Ishan kembali bersuara, ia memohon pada teman-teman nya untuk tidak membocorkan masalah ini pada sang ayah.

Namun, siapa sangka, Ishan memiliki tenan seperti Helmi yang memiliki mulut ember seperti Jiu--sepupu Gio. Tapi, beruntungnya Helmi belum mengerti keadaan sekarang.

"Iya, Ishan. Tenang aja..."






TBC

Hehehehehehe hari ini ngga ada basa-basi dari aku😁

Salam sayang,

©dreamrenji_

Ishandra Shaqueel | HRJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang