3.

2.7K 204 3
                                    

"Johnny, tolong persiapkan semua dan percepat." Tegas Jaehyun pada asistennya.

"Kau yakin? apa orangtuamu akan setuju dengan Renjun?"

"Mereka hanya ingin aku menikah bukan? aku sudah menemukan sosok yang ingin aku nikahi."

Johnny tak melanjutkan perdebatan mereka meski banyak hal yang terlintas dipikirannya, berbeda dengan Jaehyun yang memiliki ego lebih tinggi. Jaehyun tak memikirkan resiko saat bertindak.

"Kedua orang tua Renjun sudah meninggal akibat kecelakaan, dia tinggal seorang diri di sini tanpa sanak saudara."

"jadi dia anak tunggal?"

"iya, itu semua sudah ku selidiki."

Jaehyun kini terdiam mengingat kembali perbedaan sikap Renjun tempo hari, jelas hal itu semakin membuatnya penasaran. Mengapa sikapnya berseberangan seakan tak mengenalnya, lalu hanya itukan detik ia kembali menggelayuti tubuhnya.

"aku harus memastikannya sendiri." ujarnya mantap. Jaehyun bukan orang yang suka main-main, terlebih bila tekadnya sudah bulat. ia benar-benar ingin membawa Renjun ke rumahnya, sebagai pasangan hidupnya.

Soal restu itu nomer terakhir.

*

*

*

Malam ini Jaehyun kembali mendatangi cafe itu, matanya memutar ke segala arah mencari sosok mungil yang sudah menjadi dambaannya. Tepat pukul 10 malam, Renjun datang dengan penampilan yang berbeda dari biasanya.

Bahkan tak sedikitpun memakai pakaian dan aksesoris dari yang ia berikan.

Selang beberapa menit Renjun sudah berganti seragam dan bersiap untuk berkerja di shift nya. Mengelap beberapa meja dan melihat beberapa stok roti yang tersedia di showcase.

Semua yang dilakukan Renjun tak luput dari pandangan Jaehyun yang sosoknya belum disadari. Hingga waktu menunjukan pukul 2 pagi, udara pagi yang dingin sudah mulai terasa mengigit di kulitnya.

Pengunjung terlihat tinggal beberapa orang saja, tak ayal untuk Renjun pergi ke belakang untuk menghisap nikotinnya.

Udara terlihat berkabut di luar, dengan segelas coklat hangat Renjun menghangatkan tubuh. Meski ia perokok, namun Renjun tidak begitu menyukai kopi.

Ia mengambil bungkus rokoknya yang tersisa satu batang dan melemparnya ke tempat sampah, menjepit batang rokok itu dengan bibirnya. Tangannya meraba setiap saku bahkan di apron, mencari pemantik untuk menyalakan rokoknya. Namun sebuah tangan terjulur, memberikan api pada rokoknya.

Renjun menerimanya, meski sesudah itu cukup terkejut dan hampir melempar rokok satu-satunya itu ke lantai, namun tangannya di tahan ke dinding dan membuatnya terpojok.

"Kau lagi?" ujarnya sinis, namun sosok dihadapannya hanya tersenyum sambil menatap lekat-lekat wajah wajah Renjun.

"Bukannya kita selalu bertemu?"

"Hah?"

"Atau aku salah orang? kenapa wajah ini begitu mirip?" Jaehyun semakin mendekati bibir ranum yang kini sedikit membiru kedinginan. Namun dengan cepat Renjun mengelak dan mendorong tubuh yang jauh lebih besar darinya itu.

"Kau gila? dasar sinting!" umpat Renjun yang langsung membuat rokoknya. Ia pun kembali masuk dengan jengkel.

"Kenapa aku terus-terusan bertemu dengan orang mesum sialan itu!"

'Maaf, aku tak menyangka kalau ia akan bertemu dengan mu.'

Renjun menoleh ke belakang saat mendengar suara seorang wanita seperti berbicara dengannya. Meski terasa samar dan jauh, namun yang ia dapati hanya mesin-mesin yang sedang berjalan otomatis mengolah bahan.

Soul [JaeRen] [DEWASA!] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang