2.

3.3K 222 11
                                    

» Soul «

Jaehyun mengeratkan pelukannya dari belakang dengan tangannya yang melingkar di pinggang ramping milik Renjun. Meski sedikit lelah karena tak tidur, matanya masih terjaga. Memandang penuh damba sosok pujaannya yang masih tertidur pulas.

Ia mengucupi beberapa kali tanda merah hasil karyanya, tersenyum dengan bangga seolah melakukan hal yang luar biasa.

Pertemuannya dengan Renjun terbilang cukup singkat, sosok pria manis yang ceria itu menghampirinya dengan penuh senyum. Lantas menyatakan perasaannya pada Jaehyun.

Jaehyun yang merasa asing dengan Renjun saat itu hanya bisa terdiam memandang sosok manis Renjun. Bibir ranumnya yang terengah karena mengejar Jaehyun yang baru saja keluar dari sebuah Restoran, usai pertemuan dengan kliennya.

"Hey Nak, kau gila?" ucapan Johnny membuyarkan sedikit fantasi Jaehyun akan Renjun, yang entah kenapa justru berfikiran gila.

"tidurlah denganku, baru aku bisa menjawab pernyataan cintamu." Ucap Jaehyun dengan ringan, jujur hanya untuk menggertak sosok yang terlihat jauh kecil darinya bahkan Johnny, asistennya yang sedang menghalangi sosok mungil itu.

Jelas ucapan itu membuat Johnny mendelik tak percaya. Jaehyun memang sempat kesal dengan pertemuannya tadi yang berjalan tidak lancar, tapi kenapa harus melampiaskannya pada anak kecil? pikir Johnny.

"Jae?"

"iya, aku mau." tak hanya Johnny, Jaehyun pun hampir tak bisa menelan ludahnya sendiri, ia sempat menyesali ucapan asalnya.

"aku mau melakukannya, aku bukan anak kecil." ujar Renjun kembali, tangannya dengan cepat membuka dompet dan menunjukan kartu identitasnya di hadapannya Jaehyun. Melihat kesungguhan dari mata Renjun sontak membuat Jaehyun tak ragu menariknya ke dalam mobil.

"Antar ke Villa ku." Perintah Jaehyun, Johnny terus saja berkata sepanjang jalan tanpa ia hiraukan sedikit pun.

Matanya memandang penuh ke arah luar jendela. Padatnya ibu kota dengan suhu cuaca yang cukup panas. Tenggelam pada pikirannya akan tuntutan kedua orang tua yang ingin menjodohkan Jaehyun segera, bila tak berhasil dengan proyek kali ini. 

Wanita yang ingin dijodohkannya selalu ia tolak dengan keras, bahkan mengaku bahwa ia tidak menyukai wanita. Hal itu jelas membuat mereka mundur.

Jaehyun menoleh merasakannya di genggam dengan begitu hangat oleh sosok mungil di sampingnya. Ia tersenyum dengan begitu ceria seakan tanpa beban ingin menyerahkan tubuhnya begitu saja. Jaehyun sempat berfikir dua kali melihat wajah polos itu, ia mungkin sedang gila saat ini. Namun wajah manis dan polos itu justru semakin mendekatinya, merangkulkan tangan kecilnya di leher Jaehyun dan menyambar bibir sang dominan.

Jaehyun masih terdiam dalam posisinya meski submisif kini mendominasi ciuman bahkan naik ke pangkuannya.

Ini pertama kalinya Jaehyun membiarkan seseorang menyentuh bibirnya.

dan terasa begitu manis...

namun aneh, ada aroma tembakau dari bibir yang melumatnya kini, membuat keraguannya memudar bahkan kini mencengkram tengkuk Renjun dan membalas lumatannya lebih dalam.

Helaan napas terdengar dari mulut Johnny yang kini mempercepat laju mobilnya. Menghantarkan Jaehyun dan orang asing yang tiba-tiba saja menyatakan cintanya.

Mereka benar-benar bergulat panas di siang hari yang terlihat terik, Jaehyun seakan tanpa ampun menyalurkan hasratnya. Melepaskan semua penat yang membelenggunya selama ini.

Ada perasaan senang dan juga tenang dalam hatinya, dan saat itu Jaehyun memutuskan bahwa sosok manis ini adalah miliknya.

"ugh." Renjun menggeliat dan tersenyum mendapati pujaannya yang tampan sedang memandangi, ia pun mengecupi bibir yang menjadi candu baginya itu.

"Pagi hyung..." ujarnya, Jaehyun pun terkekeh.

"Bukankah ini sudah terlalu siang kau mengucapkan itu?"

Si manis hanya membalasnya dengan senyuman dan mengusal manja pada leher Jaehyun. Melihat tingkah menggemaskan itu, Jaehyun pun balas memeluknya erat. Ia tak menyangka dengan memutuskan untuk memiliki Renjun membuat ia terjatuh begitu dalam dengan parasaannya.

"Akhh!" Renjun sedikit menggerang dalam pelukan Jaehyun, ia meremat kepalanya yang terasa sakit, bahkan seperti ada seseuatu yang menarik kesadarannya.

"Hey, kau baik-baik saja?" Renjun tak menjawab, justru meremat kuat lengan Jaehyun.

"Renjun ah!?"

"tidak apa hyung ... aku tidak apa..." Ujar Renjun yang perlahan merenggangkan rematannya.

"sungguh?"  Renjun mengangguk dan memejamkan mata saat Jaehyun mengecup keningnya. Ada perasaan sakit yang tak bisa ia ungkapkan, membuatnya meneteskan air mata.

"Hyung... aku ingin selalu bersamamu." lirihnya.

"Aku tak akan kemana, kau milikku Renjun ah! kita akan selalu bersama. aku sudah memutuskan hal itu, aku akan menikahimu." Rapal Jaehyun yang seakan menjadi sebuah janji untuknya. Namun faktanya, hal itu yang paling membuat dirinya sakit.

.
.
.
.

Tepat pukul setengah 9 malam Renjun terbangun dari tidurnya. Perasaan itu aneh kembali menyeruak seakan menjadi sebuah mimpi panjang untuknya.

Beberapa minggu ini, tidur siangnya terasa begitu nyenyak. Ia tak terbangun sedikitpun hanya untuk sekedar mengisi perut, tepatnya tak ada rasa lapar sedikitpun.

Renjun berjalan kearah jaket bajunya yang menggantung, menggambil sebungkus rokok sisa 2 batang di dalamnya. Mengisap secara perlahan nikotin di tangannya. Ia terdiam sejenak melihat dirinya yang tampak berganti pakaian, seingatnya, saat ia pulang kerja, tak satu pun pakaian yang ia ganti karena sudah terlalu lelah. Bahkan di kejar orang aneh hingga kerumahnya.

Renjun menggidik ngeri mengingatnya. Ia pun lekas bersiap untuk berangkat kerja. Rumah kontrakannya terlihat begitu kecil bahkan sangat gelap karena Renjun malas memasang banyak lampu, hanya di bagian tertentu sisi rumahnya saja.

"Syukurlah kau sudah datang." ujar temannya saat ia baru saja sampai. Renjun hanya mengulas senyum tipis, lalu pergi untuk mengganti seragam.

"wow, sepertinya kau habis bersenang-senang." sambar temannya saat Renjun dengan mengganti pakaian. Renjun hanya mengernyitkan alis, tak paham. Namun matanya terbelalak saat melihat kearah cermin, bercak merah hampir ada di seluruh tubuhnya.

"Aku tak menyangka kau liar juga Renjun sshi" ledek temannya kembali dengan terkekeh, padahal mereka tak sedekat itu bila hal ini di jadikan sebuah lelucon.

Renjun hanya membalasnya dengan tatapan tak suka, jemarinya menyentuh tiap titik merah pada tubuh dan lehernya dengan sedikit gemetar. Siapa yang melakukan ini padanya? apa yang terjadi padanya.

Angin terasa berhembus cukup dingin diruangan tertutup itu. Samar terdengar suara wanita berbisik di telinganya, membuat bulu kuduknya meremang.

... maaf...

Renjun menoleh dan tak mendapati seorang pun di ruangan itu. Usai diberikan tatapan tak enak, teman Renjun sudah keluar dari ruangan.

Suara bisikan itu terdengar cukup jauh, mungkin kah itu hanya halusinasinya saja?

atau..  ada seseorang di luar sana yang sedang meminta maaf?

Entahlah, Renjun menghiraukan perasaan anehnya. Tanpa ia sadari ada sosok lain yang sejak tadi berdiri di sampingnya, memperhatikannya dengan begitu lekat.

tbc~

Soul [JaeRen] [DEWASA!] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang