8.

2K 190 16
                                    

Renjun menatap nanar ke arah kolam renang di kediaman Jaehyun. Setelah menghabiskan sarapannya, ia justru melangkahkan kaki ke halaman belakang rumah ini.

Ia menceburkan setengah kakinya ke kolam, merasakan sejuknya air yang katanya langsung di isi dengan air pegunungan.

Ingatannya terbias akan masa lalu di mana ia sekeluarga bermain di kolam renang, Renjun memang sangat menyukai renang meski tak benar-benar pandai berenang.

Bila dibilang rindu, mungkin setiap detiknya Renjun merasakan hal itu. Canda tawa bersama orang yang paling ia sayangi di dunia ini, meski itu hanya sesaat. Karena kebahagiaan itu berhenti di usianya yang ke 13th.

Kedua orangtuanya meninggal dan dia dibuang ke panti asuhan. Di situlah penderitaan Renjun di mulai. Hari-hari yang kelam terus menemani perjalanan menuju ke dewasaannya.

"Air itu bisa menarikmu bila kau terus memandanginya."

Renjun menjengit menlihat sosok yang berdiri disebrangnya. Namun berpindah ke belakang Renjun hanya seperti mengedipkan mata.

"Pikiranmu buruk sekali tentangku hingga berfantasi seperti itu dalam mimpi." ucapnya lagi saat tubuh Renjun justru membeku.

"Ka-kau, kenapa kau datang lagi padaku. bukannya kau sudah membawa hana?" ujar Renjun dengan tubuhnya yang gemetar.

"Semudah itu? Cih, kenapa orang seperti kalian selalu keras kepala dan memperlambat kerjaanku?" Renjun tak menanggapi, ia hanya menundukan wajah dan melirik takut ke arah sosok yang kini berjalan menjauhi Renjun.

"Datanglah ke apartemenmu, dia terkurung disana karena egonya." ucapnya yang sekejap menghilang.

Renjun sontak bangun dan lari meninggalkan kolam renang.

*

*

*

"Kami dari RJN Company ingin mengajak kerjasama dalam proyek ini." Ucap tegas seorang wanita paruh baya yang terlihat begitu glamor dengan penampilannya.

Jaehyun tak merespon banyak, ia hanya memandang lembaran kertas tangannya.

"Sedikit disayangkan kita tidak bisa jadi keluarga."

Manik mata tajam milik Jaehyun pun melirik kearah sosok yang di hadapannya saat mendengar penuturan itu.

"Ya, saya sangat menghargai keputusan anda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya, saya sangat menghargai keputusan anda. Namun saya cukup sedih kehilangan putri saya yang nekat bunuh diri karena penolakan pertunangan itu. Putri saya sepertinya cukup kecewa karena begitu menyukai sosok tampan seperti anda."

"Saya turut berduka cita atas meninggalnya putri anda, namun saya ingin berterima kasih, karena putri anda membuat saya menemui sosok yang ingin saya nikahi. Dan... untuk kerjasama ini, maaf ini sama sekali tak menguntungkan buat saya, jadi saya tolak."

Soul [JaeRen] [DEWASA!] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang