5

25 7 2
                                    

Bella sudah menyelesaikan pekerjaannya sehingga ia merasa lega karena ia bisa menepati janjinya untuk jalan-jalan dengan Varelio Bella segera pamit kepada sahabatnya yaitu siska untuk pulang duluan dan segera menjemput putranya

"Siska makasih ya udah bantuin aku jadi aku bisa pulang cepet ih hari ini jadi aku bisa ajak Varelio jalan-jalan"

"Sama-sama ini kan kita juga kerja bareng di sini jadi kita kerjanya bareng-bareng selesai bareng bareng juga"

Celotehan itu mampu membuat Bella terharu satu sahabatnya sekaligus rekan kerjanya itu sangat lucu di matanya

"Sekali lagi makasih ya aku bangga dan senang banget punya sahabat kayak kamu"Bella memegang pundak sang empu

"Kamu pikir aku nggak seneng dan bangga punya sahabat kayak kamu banget malah kalau aku jadi kamu mungkin aku nggak sekuat itu"

Siska menatap sendu Bella membuang mukanya ia tidak mau menangis disini.Cengeng sekali Siska

"Aku cuman berharap nasib kamu lebih baik daripada aku dan jauh lebih beruntung"Bella menggeleng pelan

"Aku juga berdoa agar kamu menemukan kebahagiaan kamu"Batin Siska

Hari itu memang cuaca sedikit mendung namun tidak ada hal yang lebih penting dan lebih iya takuti tak terkecuali menjemput Varelio agar bisa pulang bersama

reksa sudah sampai di perusahaan besar milik rekan kerjanya iya sesegera untuk mengawali pekerjaannya dan meeting bersama client pada meeting kali ini reksa mengambil ide untuk membangun sebuah pabrik ataupun pusat perbelanjaan namun setelah lama berbincang akhirnya mereka memutuskan untuk membangun bersama sebuah proyek pabrik yang tujuannya mengurangi intensitas pengangguran di kota ini.

"Bapak terima kasih untuk kerjasamanya kali ini, semoga kedepannya semakin lancar dan usaha kita tidak sia-sia"Reksa menjabatnya

"Amin sama-sama pak reksa"

wait! Bapak? Reksa tidak suka di panggil Bapak.

"Aduh saya dipanggil bapak jadi ngerasa jadi Bapak-bapak padahal kan bisa masih muda pak"Reksa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Iya,tapi ya gimana biar aja profesional aja"Teguh sang lawan bicara

"terserah bapak saja seenaknya bapak saya jaman dipanggil apa"Reksa mengusap gusar wajahnya

Tak lama kemudian Reksa segera pergi dari perusahaan itu menuju hotel yang ia tempati untuk beberapa hari tujuannya juga untuk menenangkan diri dan mencari bagaimana caranya untuk menemukan Bella setelah sampainya beberapa saat di hotel yang tak jauh dari perusahaan Reksa, akhirnya merebahkan diri di ranjang hotelnya.

"Akhirnya selesai juga pekerjaan hari ini,ampun gue nggak nyangka gua bisa bangunin kerjasama sama perusahaan besar semoga kedepannya semakin sukses, amin"

Reksa berpikir sejenak ia meng istirahatkan pikirannya tentang pekerjaan.Beralih berfikir tentang bagaimana cara menemukan Bella yang sama sekali tidak ada kabar dan tidak ada informasi tentang gila sebelumnya ia bertanya kepada ketiga sahabat Bella di masa SMA namun nihil tidak ada yang tahu keberadaannya.Bahkan kata mereka bella sampai mengganti nomor ponselnya dan sengaja tidak meninggalkan pesan ataupun nomor telepon terhadap sahabatnya hal itu membuat sahabatnya kecewa besar terhadap Bella kenapa hal ini bisa terlintas dalam benak dan pikiran Bella?.

"Gue mohon sama lo di mana keberadaan bila aku udah tahu semuanya gue udah tahu rahasia yang sebelumnya sastra tutupin dari kita pun juga tahu kan kalau bella hamil anak"Potongan Ucapan itu teralihkan oleh Reksa

"Sastra"

"Kalian udah tahu tadi selama ini kalian menutupi hal sebesar ini dari kita bahkan dari gue"Ucap Reksa menggebu

"Peduli apa lah sama bella sampai segitunya lu seneng kan Bela menderita bahan bullyan lo itu pergi dari hadapan kalian jadi sekarang nggak ada bahan buat kalian bully lagi"

"Lo pikir gue sama kaya mereka? Nggak!.

"Apa yang mau kalo lakuin kalau lo ketemu Bella"

"Gue nggak ngebully ataupun merendahkan dia, gue mau tanggung jawab atas anak yang udah dia kandung walaupun itu bukan darah daging gue,gue bakal tetap nikahin Bella"Ucap Reksa menggebu

lontaran itu berhasil membuat ketiga empu itu diam membisu

apakah mereka salah dengar,ataukah memang pendengarannya yang salah?.

"gue nggak suka becanda "Ucap Salah satu dari mereka

"Semoga lo berhasil temuin dia Rek,gue harap lo bener-beber nikahin dia dan gue.Apa gue harus lupain rasa ini ke Lo Rek"

Setelah mengucapkan itu Reksa tidak menggubris apa yang mereka katakan dan hal yang ditanyakan oleh mereka lalu ia pergi meninggalkan mereka yang masih syok atas apa yang ia katakan dan  menatap kosong dirinya ia bergegas untuk berangkat ke luar kota untuk melaksanakan meeting dan pembangunan yang iya rencanakan.

Setelah perdebatan tadi Sastra kemudian pergi ke rumah sang bunda mungkin hanyalah dirinya tempat berkeluh kesah dan curhat Sastra.

"Sastra ada apa ini kenapa kamu terluka gini nak"Sang Bunda Sandri

"Sastra nggak papa Bun,sastra pantes seperti ini semua tapi menurut sastra belum seberapa dengan apa yang Sastra lakukan"

"Apa yang sudah kamu berbuat sastra"

Sastra menarik nafas panjangnya,apakah ini akhir dari hidupnya?.Tidak! mau tidak mau Sastra harus melakukan ini,ia harus jujur.

"Sastra menyakiti perempuan"Sastra menatap sendu sang Bunda

"Kamu menyakiti istri kamu sendiri"

"Apa jika sastra bercerita dengan bunda,bunda akan marah tapi sepertinya perbuatan sastra kali ini membuat bunda kecewa dan marah besar terhadap sastra

"cerita nak,bunda akan dengarkan semua"Bunda mengelus pelan puncak kepala Sastra

Sastra menatap sendu sang bunda sesekali ia ingin menangisi kebrengsekannga di depan Bundanya "Sastra mempunyai anak yang bukan dari Ayla Bunda"

Deg

"Sastra"Jantung sang bunda berdenyut dua kali lebih cepat

"Apa yang kamu lakukan,kamu menghianati Ayla"

plakk

"Bunda tidak pernah mengajarkan kamu menghianati perempuan Sastra, tidak peduli sampai kapanpun bunda tidak akan menganggap dia sebagai cucu bunda"

Deg

Sastra menggeleng pelan Air matanya luruh seketika

"Apa bunda tidak akan menyesal jika Sastra menyuruhnya dia untuk menggugurkan kandungannya dan hal itu terjadi"Ucap Sastra sedikit bergetar

"Itu lebih baik Sastra"sang bunda lalu pergi menenangkan diri di kamarnya

"Ayah maafkan Sastra"

"Jika memang benar,sama saja Sastra meembunuh darah daging Sastra sendiri,Sastra tidak tahu bagaimana cara Sastra menebusnya ayah"

"Ayah pasti marah dan kecewa sama Sastra"

"Sastra harus Bagaimana"Sastra melemas kala bayang-bayang Bella memenuhi kepalanya.

"Maafin Sastra Bell"

Sang Ayah telah meninggal tak lama setelah hari kelulusan Sastra hal itu membuat Sastra harus berjuang lagi untuk menumbuhkan perekonomian mereka lewat perusahaan dan aset yang diwariskan kepada Sastra

"Sastra bukan anak yang bisa membanggakan Ayah"


VOTE KOMEN YA!!!

CERITANYA GAK MENARIK YA🐟

VarelioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang