Chapter 7

4.9K 645 95
                                    

"Mom ... Mommy ... Mommy ...."

Yian berteriak heboh setelah membuka pintu apartemen mereka. Membuat Zhan yang tengah menonton berita menolehkan kepalanya. Memelankan volume tv untuk mendengar laporan dari buah hatinya.

"Jadi, apa yang harus mommy dengar, hem?" tanyanya sembari memperhatikan Yian yang masih mengatur nafasnya. Tampaknya ia berlarian di lorong apartemen.

"Jia gege membawa banyak pelmen dali Beijing. Ada yang belwalna pelangi, Mom. Ada juga yang bentuknya sepelti kepala boneka. Ada juga yang pelmennya dicampul cabe. Lasanya pedas, Mom. Yian tidak suka. Lasanya tidak enak," ucapnya antusias dengan ekspresi wajah yang berubah-ubah. Tidak menyadari Zhan tengah memicingkan matanya.

"Jadi, Yian makan permen walaupun sudah mommy ingatkan untuk tidak makan permen selama satu bulan ini?"

"Yes, Mom. Tadi Yian ... ups ...." Seketika Yian langsung menutup mulutnya. Melupakan kalau Zhan selalu melarangnya mengonsumsi makanan manis. Kata ibunya tidak baik untuk pertumbuhan giginya. Dan bocah itu hanya bisa meringis menyadari kesalahannya.

"Maaf Mom," ucapnya sembari tertawa. Menampakkan deretan gigi susunya yang rapi. Sedangkan Zhiguang yang mengintip di pintu menggaruk tengkuknya. Ia yakin akan terkena omelan Zhan setelah ini.

"Yian hanya makan sedikit." Ia mencoba menjelaskan dengan menunjukkan separuh jari kelingkingnya.

"Eh ... sepeltinya lebih sedikit lagi," ucapnya sambil memperpanjang jarak yang ia tunjuk dengan jarinya.

"Tidak ... tidak ... tambah sedikit lagi," tambahnya dengan menunjukkan dua jari mungilnya. Mau tidak mau Zhan tersenyum geli. Anaknya benar-benar menggemaskan. Meski tahu ia akan memarahinya, tapi Yian selalu berbicara jujur.

"Kalau Jia ge membawa banyak permen, kenapa tidak membawakan satu untuk mommy?" tanya Zhan yang membuat mata Yian membulat lucu.

"Mommy tidak malah?" tanyanya. Dan anggukan Zhan disambut tepuk tangannya. Tersenyum cerah sambil melompat di depannya.

"Jadi, anak mommy yang tampan ini sudah siapkan dengan sekolah baru?" Yian mengangguk mantap. Berjalan ke samping Zhan dan mendudukkan bokongnya di sofa. Zhiguang yang sejak awal di depan pintu memilih berjalan ke dapur.

"Kalena sekolah balu Yian dekat dengan tempat kelja Mommy, jadinya Yian bisa menemui Mommy dan membantu mommy bekelja."

"Yian membantu mommy?" Saat Yian mengangguk penuh antusias, Zhan hanya bisa tersenyum lebar. Merasa terharu karena Yian sudah berpikir untuk membantunya di usianya yang masih lima tahun.

Meski rasa sakit itu masih ada, Zhan mencoba menepisnya. Mencoba melupakan Yibo yang ia yakini telah bahagia dengan kehidupan barunya. Yang ia pikirkan adalah bagaimana membahagiakan anaknya. Berperan sebagai ayah dan ibu agar Yian tidak kekurangan kasih sayang meski tanpa Yibo.

"Kalau begitu, Yian mandi sekarang. Kita akan pergi dan menginap di suatu tempat."

"Menginap?"

"Iya." Zhan tersenyum dan membawa anaknya untuk ke kamar mandi. Sedangkan Zhiguang memilih diam dan menonton televisi.

Setelah mandi Zhan langsung memakaikan pakaian untuk anaknya. Celana jeans pendek berwarna putih, kaos lengan pendek berwarna baby blue lengkap dengan sepatu berwarna senada.

"Kita akan pergi, Mom? Kemana?" Yian mengekori Zhan yang tengah berganti pakaian. Ikut sibuk mondar-mandir seperti yang ibunya lakukan.

"Kita akan mencari tempat-tempat menyenangkan."

"Banyak pelmen, ice cleam dan susu, Mom?"

Yian melompat dengan riang saat Zhan tersenyum dan mengangguk. Setelah memasukkan satu pakaian ganti, Zhan dan Yian kembali ke ruang tamu.

Where's My Daddy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang