Chapter 10

5K 512 342
                                    


"

Jadi bagaimana, kau sudah berhasil membujuk Zhan supaya membiarkan kita mengurus Yian?" tanya sang ibu saat mereka sedang sarapan bersama. Membuat Yibo langsung menghentikan suapan ke mulutnya.

"Ibu pasti tahu Zhan tidak akan setuju, Bu." Yibo menjawab.

"Kalau begitu cepat nikahi Zhan dan bawa Yian ke rumah ini." Nyonya Wang tampak tidak begitu sabar. Kembali menekan Yibo dan setiap hari menanyakan pertanyaan yang sama.

"Bu, bagaimana mungkin aku bisa memaksa Zhan?"

"Kenapa kau terlalu lemah jadi seorang pria? Kau yang bersikeras mencari Zhan dan tidak ingin menikah dengan siapapun. Setelah bertemu Zhan, kenapa kau masih menundanya?" tanya sang ibu yang membuat Yibo langsung menghela nafasnya.

"Bu, tolong pahami keadaan kami Bu. Kami baru saja bertemu setelah sekian tahun berpisah. Zhan hanya membutuhkan waktu Bu. Karena aku sudah berulang kali mengajak Zhan menikah tapi Zhan masih belum siap dalam waktu dekat."

"Jadi sampai kapan?" Ibunya langsung menyela.

"Sampai Yian bertumbuh besar dan termakan pola asuh yang salah? Kau harus ingat, ibu ingin menjadikan Yian sebagai ahli waris yang sah. Jadi Yian harus diberi pendidikan yang paling tepat. Kalau kau tidak bisa melakukannya, ibu akan melakukannya dengan cara ibu sendiri."

Nafsu makan Yibo menguar saat ibunya meninggalkan ruang makan begitu saja. Tampak begitu marah karena lagi-lagi ia gagal membawa Yian ke rumah mereka.



・*❀Peony Bunny❀*・



Zhan baru saja pulang mengantar Yian ke sekolah. Meletakkan kunci mobil dan membuka jaketnya. Setelah mandi dan berpakaian rapi, Zhan duduk di sofa untuk memeriksa beberapa pekerjaannya. Hari ini ia berangkat lebih siang dari biasanya. Membuat pemuda manis itu lebih santai di apartemennya.

Bel yang berbunyi mengalihkan perhatiannya. Zhan meletakkan secangkir teh di tangannya dan berjalan membuka pintu.

"Zhan." Wajahnya berubah keruh melihat sosok Yibo di sana. Pemuda itu juga tampak rapi dengan setelan jasnya.

Tanpa menutup pintu, Zhan langsung masuk begitu saja. Mengabaikan Yibo yang mengikutinya sembari terus memanggil namanya.

"Zhan, apa kau masih marah?" Zhan enggan menjawab. Beralih ke jendela karena tidak ingin melihat wajah ayah dari anaknya.

"Maaf kalau kalimatku kemarin membuatmu kecewa. Aku memang tidak bisa mengerti Yian dan tidak mengenali anakku sendiri dengan baik. Maaf karena aku tidak tahu apapun tentang anak kita." Yibo berucap penuh penyesalan. Namun belum berhasil membuat Zhan mengucapkan sepatah kata.

"Aku memang belum memahami anak kita Zhan. Aku masih harus banyak belajar lagi. Jadi aku harap kau memberiku waktu untuk mengenal Yian dengan perlahan. Yian juga anakku Zhan. Aku ingin mengenal dan memahami Yian lebih dari yang kau bayangkan. Aku juga ingin tahu apa yang Yian pikirkan dan apa yang Yian inginkan supaya aku bisa membahagiakan Yian." Dan lagi-lagi Zhan masih bungkam.

Bahkan saat Yibo memeluknya dari belakang, Zhan masih tidak bereaksi.

"Ajari aku untuk lebih mengenal anak kita Zhan." Yibo berucap lembut. Mempererat pelukannya dan meletakkan dagunya di bahu Zhan. Memejamkan mata menikmati aroma manis yang masih sama seperti dulu pertama kali ia menyentuhnya.

"Apa kau sudah memikirkan kapan akan menerima lamaranku?" tanya Yibo.

Kali ini Zhan melepas tangan Yibo yang melingkar di perutnya. Berbalik menghadap Yibo yang tampak menunggu jawabannya.

Where's My Daddy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang