"Aku bahkan sulit melihatnya, bagaimana aku bisa mencintainya sedalam ini?" Zahra bertanya pada dirinya sendiri sambil memandang sosok yang duduk di sebelahnya.
Khuluk Alvarendra adalah sosok yang sangat disayangi dan dicintai Zahra, seolah menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidupnya. Selama berbulan-bulan, bahkan setahun lebih, perasaan Zahra terhadapnya tidak berubah sama sekali. Dia tetap mencintainya seperti kekasih, merawatnya seperti saudara, dan menjadi teman bercerita seperti seorang sahabat. Namun, tak disangka, pria bermarga Alvarendra itu memilih untuk bersama wanita lain.
❧☙
"Luk, lu beneran suka Evita?" tanya Zahra pada pria di sebelahnya, mencoba menyembunyikan kesedihan yang menghantui hatinya. Hatinya hancur melihat orang yang dicintainya, mencintai orang lain. Meskipun begitu, Zahra masih mencintai Khuluk dengan sepenuh hati dan akan selalu mendukung keputusannya, selama itu tidak salah.
"Ya, tutor membaiknya dong, ra?" Jawab Khuluk dengan ragu. Dia tahu betul bahwa Zahra mencintainya, tapi bagaimana bisa dirinya meminta bantuan kepada wanita yang jelas-jelas mencintainya untuk mengungkapkan perasaannya kepada wanita lain.Zahra tersenyum pahit, mencoba menghibur Khuluk. "Tinggal tembak aja, jeder!!!." Dia berusaha meyakinkan Khuluk, meskipun hatinya terluka.
Tiba-tiba, keheningan terjadi di antara mereka. Khuluk terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menanggapi perkataan Zahra.
"Tapi, gue takut ditolak," jawab Khuluk ragu-ragu. Dia hanya takut jika dia mengungkapkan perasaannya kepada orang yang disukainya, dia malah ditolak.Tapi pernahkah dia membuka matanya? Jelas ada seseorang di sampingnya yang mencintai dan menyayanginya selama ini. Apakah dia picek atau buta?
Setelah menjawab pernyataan Zahra sebelumnya, ia pun berlalu meninggalkan Zahra dalam keheningan. Zahra tersisa sendirian dengan perasaan campur aduk, bak masakan 'nasi uduk'.
Berapa lama lagi Zahra harus menanggung semua rasa sakit ini? Jika bukan karena janji yang dia berikan pada kakak perempuan Khuluk, dan cintanya yang tulus, dia pasti sudah lama meninggalkan sesuatu yang menyakitinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khuza
Teen FictionTak ada yang pernah tau jalan takdir. Bahkan gadis yang tengah duduk di bangku paling sudut itu tak akan menyangka jika dia harus berurusan dengan ikatan yang terbentuk tanpa sebuah nama. Ia tak menyangka jika takdirnya membawanya kepada lelaki yang...