09. Kembalinya Perang Dunia

102 90 102
                                    

Pagi yang cerah, harus diawali dengan sarapan supaya tidak laper. Diawali dengan senyuman saja nggak bikin kenyang. Tumben sekali disaat hari libur, gadis berakhiran nama Anindira itu sudah terbangun. Sangat tidak biasa bagi gadis yang biasanya masih terlelap di kasur nyamannya saat ini.

Ia berdiri pada teras rumah, menikmati keindahan sang arunika. Saat tengah menikmati indahnya pagi, terasa getaran pada telapak tangannya. Tiba-tiba, getaran dari handphone yang ia genggam mengalihkan perhatiannya. Zahra mengangkat handphonenya hingga sejajar dengan dadanya lalu memeriksanya. Itu pesan dari Andrian, pacarnya.

Sayang

Yang, aku pergi ke pantai dulu bareng papah. Nanti aku kabarin lagi kalau udah pulang.

Ke pantai ? ngapain ?

.

Namun, saat Zahra mengirim balasan pada Andrian, Andrian sudah terlebih dahulu mematikan data handphonenya. Zahra hanya bisa pasrah, ia bertanya-tanya apa yang dilakukan pacarnya dipantai sepagi ini. ,ya meskipun waktu di Papua dua jam lebih awal, tetapi itu masih pagi kan. Ia pun memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya dan kembali ke dalam rumah.

Zahra berbaring di ranjangnya, menghabiskan waktu dengan melihat-lihat isi ponselnya. Wajahnya tampak bosan. Tak ada yang bisa dirinya lakukan lagi selain rebahan di tempat tidur. karena merasa terlalu bosan, ia pun memutuskan untuk membuka room chat dengan sahabatnya. Gadis berinisial I itu membalas cepat pesan dari Zahra. Mulai dari pesan yang singkat sampai yang terpanjang. Entah apa saja yangereka bicarakan, samapai-sampai tak ingat dengan waktu yang terus berputar.

Sementara itu, Andrian sudah pulang dari pantai. Ia pun mengirim pesan pada Zahra untuk mengabarinya. Ia mematap lama handphone di tangannya, berharap mendapat balasan dari Zahra. Namun, setelah menunggu beberapa saat, tak ada balasan satupun dari Zahra.

Andrian yang melihat pesannya tak kunjung dibalas pun merasa bingung dan sedikit kesal. Ia melihat dibagian profile Zahra tertulis 'online'. Namun, pesan yang ia kirim masih tak kunjung dibalas.

Zahra yang sudah kehabisan topik obrolan dengan sahabatnya pun membuka beranda whatsappnya, melihat apakah ada pesan dari temannya yang lain.

Dirinya dikejutkan dengan chat dari Andrian berjumlah lima gelombang. "Eh? Dia udah pulang?" tanyanya dalam hati. Dengan segera mungkin Zahra membalas pesan dari pacarnya itu. Andrian yang menerima balasan dari Zahra pun ikut juga membalasnya. Tak lama berbincang, Andrian suda mengirim panggilan telepon untuk Zahra. Zahra yang sudah biasa dengan panggilan telepon dari Andrian yang tiba-tiba itu, langsung menggeser tombol hijau keatas.

Bukannya mengucapkan salam atau halo, Andrian justru langsung to the point melontarkan pertanyaan pada Zahra.

"Habis dari mana ?!" Terdengar dadi suaranya, Andrian nampak kesal.

"Nggak dari mana-mana," jawab Zahra dengan nada yang sedikit kebingungan.

"Terus kenapa chatku baru dibales? habis chatan sama cowok?" ketusnya masih dengan suara yang kesal.

Zahra megerutkan keningnya tanda kebingungan. Ia bingung mengapa Andrian bertanya seperti itu. "Nggak sayang, aku nggak chatan sama cowok, cuma chatan sama Pok IA aja," jawab Zahra atas pertanyaan dari Andrian dengan jelas.

"Pok IA? Siapa?" Andrian kembali merasa bongung dengan nama itu. Dirinya bingung, memang ada nama seperti itu? " Itu cowok?" terusnya.

"Aishh kamu mah, Pok IA itu cewek. Dia sahabat aku," jelasnya pada Andrian.

Andrian mencoba memahami setiap kata yang diucapkan pacarnya, Zahra. Dia masih merasa bingung dengan nama yang baru saja disebut oleh Zahra. "Itu serius namanya Pok IA?" tanyanya sembari mencoba untuk memastikan.

"Oh... Ndak, namanya ISHANA HASYA AMAIRA," jawab Zahra, mencoba meredakan kebingungan Andrian.

"Terus, kenapa kamu manggilnya Pok IA?" tanya Andrian yang masih terlihat bingung.

Zahra pun menceritakan mengapa dirinya memanggil sahabatnya dengan nama 'Pok IA'. "Pok itu kalau di bahasa Betawi kan artinya kakak, nah kalau IA itu singkatan dari Ishana Amaira," jelasnya pada Andrian.

Andrian tertawa, "Oo... kirain tadi cowok," ucapnya sambil tertawa.

Zahra hanya bisa menggelengkan kepala, "Kamu itu kalik, yang chatan sama cewek," sindirnya, menanggapi tawa Andrian yang belum juga reda.

Tawa Andrian seketika terhenti saat mendengar sindiran Zahra. "Mana ada yang," ucapnya, membantah.

Zahra sebenarnya hanya bercanda, tetapi melihat reaksi Andrian, dia merasa ini adalah kesempatan yang baik untuk menggodanya. "Coba mana lihat..."

"Bentar." Panggilan telepon tiba-tiba terjeda, dan beberapa detik kemudian, Zahra mendapat beberapa notifikasi dari Andrian. Dia membuka notifikasi tersebut dan menemukan beberapa foto screenshot beranda WhatsApp. Andrian meminta Zahra untuk melakukan hal yang sama. Tak lama, Zahra mengirimkan screenshot beranda WhatsApp miliknya.

Setelah panggilan telepon dimatikan, mereka berdua memeriksa hasil screenshotan satu sama lain. Zahra dengan teliti memeriksa setiap nama kontak di screenshot yang Andrian kirim. Dia terkejut ketika menemukan terdapat nama 'Kira' dengan pesan terakhir yang dikirim oleh Andrian. Dia juga melihat tanggal dan waktu pesan itu dikirim, tepatnya kemarin malam pukul 19:14.

"Bukannya ini mantannya ya," batin Zahra dengan perasaan bingung dan kesan yang bercampur.

Rasa kesal mulai terlihat pada raut wajah Zahra. Andrian benar-benar salah waktu. Zahra sedang kesal, tetapi Andrian justru meneleponnya tanpa mengetahui jika perang dunia akan dimulai kembali.

"Apa ?!" Zahra mengawali pembicaraan dengan ketus.

"yang...??? Kenapa ?" Dengan keherenan Andrian menanyakan apa yang terjadi pada Zahra.

Masih dengan suara ketus yang sama, Zahra kembali berucap, "Gapapa."

Kebingungan Andrian semakin menjadi. Ia tak tahu kesalahan apa yang dirinya lakukan. "Cek hp kamu !" Perintah Zahra pada Andrian diiringi notifikasi yang muncul pada layar handphone Andrian.

Andrian yang masih dengan perasaan bingung buru-buru mengecek apa yang dikirimkan Zahra padanya. Raut wajah Andrian segera memucat setelah melihatnya. Namun Andrian tetap merespon ucapan Zahra dengan tenang.

"Memang kenapa sama Gina, sayang..?" tanya Andrian dengan nada yang halus. Salah nada sedikit saja, bisa membuat hati mungil Zahra merespon. Entah dengan Amarah atau dengan tangisan.

"Pakek nanya lagi," gumam Zahra. "Ya itu kamu chat cewek," tegasnya. "Kamu chat apa? Hah?"

Seketika raut wajah Andrian menjadi pucat. Ia tahu saat Zahra marah, susah untuk mebujuknya. "Cuma nanyain tugas doang sayang....." Andrian menjelaskan jika memang tak ada sesuatu antara dirinya dan Gina.

"Nanyain tugas emang harus sama cewek?! Emang gak ada cowok disana!?!" Tanpa memdengar penjelasan dari Andrian terlebih dahulu, Zahra langsung menutup telepon.

Andrian baru saja mau bicara, tetapi badu berada pada huruf 'a' ucapannya terpotong oleh telepin yang dimatikan. Andrian tak tahu dirinya harus melakukan apa. Jika Zahra sudah marah seperti ini, butuh waktu banyak untuk membujuknya. Bukan cuma beberapa menit atau beberapa jam, melainkan beberapa hari.

Andrian berkali-kali mengirim pesan pada Zahra. Tetapi semua itu tak satupun digubris oleh gadis berakhiran nama Anindira itu. Tak ada yang tahu, sampai kapan Andrian membujuk Zahra. Dan tak ada yang tahu juga, kapan Zahra akan luluh pada permintaan maaf Andrian.

KhuzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang