"Andrian kemana sih?" Zahra berkeluh kesah, suasana hatinya gelisah. Ia berjalan bolak-balik, seperti 'kitiran' yang berputar tanpa henti.
Zahra menatap layar ponselnya yang sunyi, pesan-pesannya pada Andrian tak mendapat balasan. Pikirannya mulai dipenuhi oleh bayang-bayang kekhawatiran, membuatnya terjebak dalam labirin overthinking. Wajahnya yang biasanya ceria kini tampak muram, mencerminkan kecemasan yang menggelayut di hatinya. Ia takut jika sesuatu yang buruk menimpa Andrian.
Meski masih ada rasa kesal yang tersisa dari pertengkaran mereka beberapa hari lalu, namun cinta Zahra pada Andrian mampu meluluhkan segala amarahnya. Dia tak mampu memendam rasa marah terhadap Andrian untuk waktu yang lama. Bagaimanapun juga, Andrian adalah orang yang ia cintai.
Untuk meredakan kegelisahannya, Zahra mencoba mencari hiburan dalam bentuk makanan. Ia merogoh laci dan mengambil sebungkus Qtela serta boncabe kesukaannya. Makanan itu seperti pelipur lara, setidaknya untuk sementara waktu.
Zahra tengah asyik menikmati snack favoritnya, meski pedasnya menggigit lidah, namun tak mengurangi kenikmatannya. Sambil menikmati snack, jemarinya lincah menelusuri layar handphone, terpaku pada video-video Tiktok yang menghibur.
Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul, mengganggu konsentrasinya. Nama Andrian terpampang jelas di layar.
"Maaf baru sempat ngabarin. Aku baru aja selesai binsik."
Zahra merespon dengan nada datar, "Oh, iya gpp."
Andrian merasa ada yang berbeda, "Marah ya be?"
"Gak, siapa juga yang marah," balas Zahra, mencoba menyembunyikan rasa kesalnya.
Andrian merasa bersalah, "Maaf, kalau aku ada salah."
Zahra hanya menjawab singkat, "Y."
Andrian merasa ditekan, "Tuh kan, marah.."
Amarah yang dipendam Zahra akhirnya meledak, "Kamu sadar gak si, akhir-akhir ini kamu selalu sibuk sendiri, kadang seharian gak ngasih kabar. Setidaknya bales chat dari ku, meski cuma sebentar!"
Andrian terdiam dan hanya menjawab, "Iya, maaf."
Zahra merasa over thingking melihat balasan pesan Andrian yang baru saja diterimanya. Selera untuk membalas pesannya seketika hilang, mood yang baru saja pulih kini kembali memburuk.
"Ah, sudah lah. Toh, tuh cowok juga gak bakal peduli," gumam Zahra, berusaha meyakinkan dirinya untuk melupakan kejadian yang baru saja terjadi.
Memang begitu dalam sebuah hubungan, selalu ada hal yang menjadi permasalahan. Namun, Zahra memandangnya sebagai bumbu dalam hubungan mereka. Sebuah hidangan tanpa bumbu, akan terasa hambar. Jadi, mungkin ini adalah bumbu yang memberikan rasa dalam hubungan mereka.
❧ ☙
Jam dinding yang terletak di atas nakas sudah menunjukkan pukul 17:55, namun belum ada tanda-tanda pesan balasan dari Andrian. Zahra bolak-balik membuka WhatsApp, berharap ada pesan dari pacarnya itu. Namun, hasilnya nihil.
"Cowok itu cuma main-main doang apa gimana!?" gumam Zahra dengan kesal.
Ironisnya, begitu Zahra mengucapkan kata-kata itu, panggilan dari Andrian muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khuza
Teen FictionTak ada yang pernah tau jalan takdir. Bahkan gadis yang tengah duduk di bangku paling sudut itu tak akan menyangka jika dia harus berurusan dengan ikatan yang terbentuk tanpa sebuah nama. Ia tak menyangka jika takdirnya membawanya kepada lelaki yang...