07. Fathaan Al-Barra

94 82 41
                                    

Zahra berbaring di kasurnya, mengambil posisi ternyaman yang ia bisa, guna meringankan rasa sakit yang ada dalam perutnya.

"Ayo ra... pasti bisa...," ucap Zahra menyemangati dirinya. Setiap maagnya kambuh, Zahra pasti akan meringkuk memeluk guling kesayangannya. Hanya itu yang dapat meringankan rasa sakit yang dideritanya. Obat ? obat tak akan langsung bekerja begitu saja, butuh waktu agar obat itu melakukan tugasnya. Lambat laun mata zahra tertutup, ia tak kuat menahan rasa sakitnya hingga memutuskan untuk tidur. Beberapa butiran air mata keluar tanpa suara dari mata yang tengah tertutup itu. Tak ada yang tau arti dari tangisan Zahra.

Zahra terbangun dari tidurnya dan mendapati matanya yang sedikit lembab. setelah melihat sekitar, ia menyadari jika hari masih malam. Tak lama terdengar dering telfon, ia mencari sumber suara itu berasal. namun, tak dapat juga ia temukan dimana letaknya. Saat sedang sibuk mencari, ia tersadar suara dering itu dari ponsel yang ia genggam. Ia menggemgam ponselnya tepat setelah dirinya terbangun. Biasa, anak muda baru bangun megang HP.

 Dia membuka beberapa sandi yang telah dipasang pada handphonenya sebelumnya. Keamanan privasi nomor satu. Tapi gak berlaku jika dihack. Setelah berhasil mebuka kunci pada layar dan aplikasi, Zahra mengangkat telepon yang sedari tadi berbunyi.

"Halo.."

"Iya, Halo. Dari mana aja by? aku chat gak dibales."

"Tadi ketiduran yang, jadi gk tau kalau kamu ngechat."

"Suara kamu kok seperti habis nangis gitu ?"

Mendengar apa yang dikatakan Andrian, Zahra bingung harus mengatakan apa. "Apa aku bilang kalau aku punya maag ya ?" batin Zahra. Zahra ingin jujur, tetapi dihatinya bimbang untuk mengatakan yang sebenarnya, takut jika Andrian tak mau punya pasangan yang sering sakit-sakitan seperti ini.

Belum sempat Zahra mengatakan sepatah katapun, Andrian sudah lebih dahulu mengeluarkan suara. Namun bukan suara obrolan yang didengar oleh Zahra, melainkan suara orang seperti kesakitan. Mendengar Suara teriakan kecil Andrian, sontak Zahra panik. Ia takut terjadi sesuatu dengan pacarnya.

"Kamu kenapa ?"

"Yang ?"

"Sayang ?" Berulang kali Zahra memanggil Andrian, tetapi tak ada jawaban dari pacarnya itu. tak berselang lama, terdengar kembali suara dibalik handphone yang tengah menyala.

"Iya by..., bentar ya..," ucap Andrian dengan suara yang lemas seperti tenaganya terkuras habis oleh sesuatu.

Dibalik layar handphonenya, zahra hanya terdiam ketakutan sekaligus khawatir tentang apa yang terjadi dengan kekasihnya. Muncul beberapa spekulasi dipikiran Zahra. A-apakah disana ada monster yang menyerangnya ? a-atau apakah ada parasit seperti di film-film ? ata-atau ada pembunuh ? gimana kalau pencuri ?. Terlalu banyak nonton film ya gitu.

"Sayang.." Terdengar kembali suara Andrian setelah beberapa menit hilang.

"I-iya, kamu k-kenapa ?" ucap zahra terbata-bata karena terlalu panik.

"Gapapa, tadi cuma maagku kambuh, jadi aku suruh mamah obatin," ucap Andrian menjelaskan.

Mendengar ucapan Andrian barusan, Zara hanya bisa terdiam. Sebelumnya dirinya ingin mengatakan tentang penyakitnya. Tetapi, Andrian malah mempunyai penyakit yang sama dengan yang diderita Zahra. Zahra memutuskan untuk menyembunyikannya dari sang kekasih, ia hanya tidak ingin menambah kekhawatiran pacarnya.

Sempat terdengar suara Andrian yang memanggil Zahra. Namun, Zahra justru mematikan teleponnya dan pindah ke room chat untuk mengobrol. Berbagai obrolan dibahas dari yang yang dingin hingga panas. Awalnya Andrian menegur Zahra karena menggosib, eh ternyata dirinya sendiri malah ikutan ngegosib.

KhuzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang