04.

190 109 83
                                    

"GUA GA TAU BANG! BUKAN GUA YANG AMBIL!"

"BOHONG! PASTI LO YANG AMBIL KAN?! BIASANYA LO SELALU BEGITU."

Teriakan dua kakak-beradik sepupu itu saling bersahutan memenuhi ruang tengah di rumah ini.

"Beneran bukan gua yang ambil bang! Gua aja baru pulang sekolah ini," jawab y/n sembari menjatuhkan tas ransel biru mudanya dengan kasar ke lantai.

"Bohong! Mendingan lo sekarang jujur aja sama gue dimana kunci motor gue. Gue lagi gaada waktu buat debat sama lo, gue harus buru-buru ada urusan!"

Y/n mengacak rambutnya frustasi, ia sudah berulang kali menjawab bahwa bukan dia yang mengambil kunci motor milik Ni-ki, tetapi sang empu tetap saja tidak percaya dan terus menerus memojokkan y/n yang sama sekali tidak tahu menahu soal keberadaan kunci motor tersebut.

"Bang, gue berani sumpah kalo bukan gua yang ambil kunci motor lo," jawab y/n pasrah sembari menatap Ni-ki.

"Bisa ga sih lo ga nyusahin gue sama yang lain sekali aja! Jangan bersikap kaya bocah bisa ga?!" bentak Ni-ki membalas tatapan y/n dengan nyalang.

Deg!

Hati y/n bak tersambar petir setelah mendengar ucapan Ni-ki barusan, hatinya mencelos begitu saja.

Gua, nyusahin?

Jadi selama ini gua selalu nyusahin semua abang?

Pikiran y/n kalut, ia tahu bahwa Ni-ki berbicara seperti itu kepadanya karena sedang terbawa emosi, tapi ia tak bisa berbohong pada dirinya sendiri bahwa perkataan Ni-ki barusan membuat hatinya sakit.

"Stop Ki! Adek udah bilang kalau dia ga ambil kunci motor lo. Lo jangan terus-terusan nuduh dia begitu!" sergah Jake sembari menghampiri y/n dan Ni-ki. Atmosfer panas diantara mereka masih belum kunjung mereda juga.

"Kalo bukan dia yang ambil siapa lagi bang?!"

"Bukan y/n dan bukan siapa-siapa! Itu salah lo sendiri karena udah teledor sama barang sendiri. Seharusnya lo bisa aware sama barang lo sendiri, bukannya malah nuduh sama ngomong kasar ke y/n!"

Tanpa mengindahkan omongan abang sepupunya, Jake. Ni-ki kembali menatap nyalang y/n yang tertunduk masam di samping Jake.

"Pasti lo yang ambil-"

"DEMI TUHAN BUKAN GUA YANG AMBIL KUNCI MOTOR LO BANG! BISA GA SIH LO PERCAYA SAMA GUA?!"

"IYA GUA TAU KALO GUA CUMA BISA NYUSAHIN LO SAMA SEMUA ABANG YANG LAIN DISINI IYA! TAPI BISA KAN LO PERCAYA SAMA GUA?! GUA BENERAN GA AMBIL DAN GUA GA BOHONG!!!" teriak y/n dan langsung berlari ke atas tangga menuju kamarnya.

BRAK!

Terdengar di lantai atas suara y/n yang menutup pintu kamarnya dengan kencang.

"Bisa ga sih lo ga nyusahin gue sama yang lain sekali aja! Jangan bersikap kaya bocah bisa ga?!"

Ucapan Ni-ki tadi terus terngiang di kepalanya.

Sementara itu, Ni-ki dan Jake menatap kepergian y/n dengan diam. Pandangan Jake kemudian beralih ke Ni-ki.

"Keterlaluan lo," ujar Jake yang menatap marah Ni-ki sebelum ia berlari menyusul y/n di kamarnya.

Ni-ki yang mendengarnya hanya terdiam. Ia lanjut mencari kunci motornya. Saat tengah meraba-raba jaket jersey miliknya, ia merasakan seperti ada sesuatu benda di kantong jaketnya. Buru-buru ia langsung mengambil benda tersebut.

Ternyata kunci motornya berada terselip di kantong jaket jersey miliknya.

"Bodoh banget gue astaga!" Ni-ki merutuki dirinya sembari memukul-mukul kepalanya sendiri.

"Dek, maafin abang yang udah keterlaluan tadi," monolog pelan Ni-ki sembari melihat ke arah tangga.

♡♡♡

My Brother's ENHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang