10.

126 71 77
                                    

"Cieilah, yang tadi duduk berdua. Mana mepet banget lagi," ledek Adena sembari bergelantungan pada lengan y/n. Ia masih saja terus meledeknya dari semenjak y/n duduk bersama Jaemin di jam pelajaran matematika tadi hingga ia dan y/n sudah berada di kantin sekarang.

Y/n yang tampaknya terlihat sudah sangat muak mendengar ledekan dari Adena sontak menyingkirkan tangannya dari lengannya kasar, "Apaan sih, Den?! Ribut banget lo daritadi, heran. Beneran mau betelor?"

"Lu pasti salting kan tadi? Secara kan si Jaemin ganteng."

"Biasa aja," ketus Y/n.

"Tapi ga tau kenapa gua merasa kaya ga asing sama dia, apalagi sama senyumnya," lanjut y/n sembari meniup-niup baksonya yang terlihat masih mengeluarkan sedikit asap panas.

"Cieilah, gak asing katanya," untuk kesekian kalinya, Adena kembali meledeknya.

Y/n menatap jengah Adena yang masih cekikikan di sebelahnya. Rasanya ia ingin sekali menyiramkan kuah bakso padanya jika saja ia tidak ingat bahwa Adena adalah sahabatnya.

Walaupun Adena seringkali bersikap menyebalkan seperti sekarang ini. Namun, itu tidak menjadi masalah bagi y/n karena ia sendiri terkadang juga sering seperti itu.

Ya, Intinya, mereka berdua itu sama saja.

"Mungkin itu cuma perasaan lu aja kali, y/n. Lagian kalian berdua juga baru ketemu hari ini," ucap Adena sembari melihat ke arah y/n, lalu meneguk es teh manis miliknya yang tersisa sedikit.

Y/n hanya terdiam. Sejujurnya ia juga merasa aneh dan bingung mengapa ia bisa merasa seperti itu pada Jaemin. Apa mungkin yang dikatakan Adena itu memang benar kalau itu hanya perasaannya saja? Entahlah, ia pusing memikirkannya.

♡♡♡

Y/n terlihat sedang asyik membaca buku novel seorang diri di perpustakaan. Adena saat ini tengah menjalani dispensasi untuk pertandingan Taekwondo antar sekolah yang akan diselenggarakan pada pekan depan menjadikan Adena tidak bisa menemaninya seperti biasanya.

Perpustakaan terlihat sepi. Hanya ada segelintir siswa yang berada disini,  termasuk dirinya.

Kebanyakan siswa tak jarang merasa bosan dan tidak ingin berlama-lama berada di perpustakaan karena beranggapan bahwa perpustakaan itu tempat yang membosankan.

Tapi tidak dengan y/n. Gadis satu itu justru sangat suka berada di perpustakaan. Y/n bahkan bisa menghabiskan waktu ber jam-jam hanya untuk membaca buku di perpustakaan. Ia sangat suka sekali membaca buku, terlebih lagi membaca buku novel dan buku ensiklopedia. Kegemarannya dalam membaca buku ia peroleh tak lain karena pengaruh dari abang sepupunya, Jake.

"Halo, aku boleh duduk disini?"

Suara seseorang barusan berhasil membuat y/n tersentak kaget. Ia sontak langsung mendongak ke arah sumber suara, seseorang yang mengagetkannya barusan ternyata adalah Jaemin, "Eh? Iya boleh kok, Jae."

Jaemin kembali menunjukkan senyum manisnya sebelum duduk tepat di sampingnya. Y/n terlihat kembali asyik membaca, ia tanpa sadar mengabaikan Jaemin yang kini tengah melihatnya.

"Kamu lagi baca buku apa? Kelihatan serius banget," tanya Jaemin yang penasaran.

Hening, tidak ada jawaban dari y/n. Tampaknya ia masih asyik membaca novelnya, sesekali ia juga terlihat berbicara sendiri tentang isi novel tersebut.

Karena merasa y/n tidak mendengar pertanyaannya barusan, Jaemin lalu berusaha memanggilnya, "Y/n? Hey."

"Ah, iya kenapa Jae?" Y/n terlihat mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya melihat ke arah Jaemin. Y/n adalah tipikal orang yang jika sudah terfokus dengan suatu hal bisa dengan tidak sadar mengabaikan sekitarnya.

"Kamu lagi baca buku apa? Kelihatan serius banget." ulang Jaemin kembali.

"Oh, aku lagi baca novel Hujan, Tere Liye," jawab y/n melihat ke arah Jaemin sembari menunjukkan sampul depan buku novel tersebut.

Jaemin mengangguk singkat, "Ah, kamu suka baca novel ya, y/n?"

"Bukan suka lagi, aku suka banget malahan."

"Begitu ya."

Suasana mendadak menjadi hening dan terasa canggung. Untuk menghindari rasa canggung tersebut, y/n lebih memilih kembali membaca novelnya. Sementara Jaemin terlihat tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ngomong-ngomong Adena itu sahabat kamu, ya?" tanya Jaemin, berusaha memecah keheningan dan rasa canggung yang saat ini tengah menyelimuti mereka berdua.

Y/n kembali menoleh ke arah Jaemin, "Iya, aku sama dia sahabat dari jaman SMP."

Jaemin terlihat mengangguk-angguk paham, "Ah, ngomong-ngomong soal sahabat, aku dulu juga punya sahabat."

Ucapan Jaemin barusan membuat y/n tertarik untuk mendengarkan lebih jauh, "Oh ya? Terus gimana, Jae?"

"Waktu SD dulu aku punya sahabat perempuan, dia tetangga sebelah rumahku. Dia selalu jadi teman mainku disaat aku gak punya teman dulu. Dia gak cuma dekat sama aku aja, tapi juga sama bunda. Bunda selalu bilang kalau dia itu anaknya sopan, cantik sekaligus manis. Bunda juga bilang kalau sudah anggap dia seperti anaknya sendiri. Setiap kali dia main ke rumah, bunda pasti senang dan selalu bikinin camilan kesukaannya. Karena itu aku dulu sempat iri sama dia, hahaha."

Jaemin terlihat tersenyum dan tertawa kecil. Namun, senyum dan tawanya tersebut tidak berlangsung lama, sorot wajahnya berubah menjadi sedih. Ia lalu membuang nafasnya panjang sebelum akhirnya melanjutkan ceritanya, "Sayangnya, dia harus pindah ke Jakarta dan kami kehilangan kontak satu sama lain sampai sekarang. Bukan cuma aku yang merasa kehilangan, tapi bunda juga. Bunda masih selalu tanya soal dia ke aku, bahkan disaat sebelum bunda pergi untuk selamanya."

Y/n yang mendengar cerita Jaemin barusan sontak ikut merasa sedih dan iba, "Ah, aku turut berduka cita ya atas kepergian bunda kamu, Jae. Aku tahu pasti rasanya berat harus berpisah sama sahabat dan juga kehilangan bunda untuk selamanya. Semangat ya, Jae. Kamu harus yakin kalau Tuhan pasti punya rencana lain yang jauh lebih baik. Kalau kamu butuh teman cerita, kamu bisa cerita ke aku."

Gadis itu terlihat mengusap-usap pelan lengan Jaemin, berusaha untuk menguatkannya.

"Kalau aku boleh tahu, siapa nama sahabat kamu itu?"

"Hm? Namanya?" Jaemin terlihat merunduk dan tersenyum tipis, ia lalu menatap lekat kedua manik mata Y/n.

"Namanya y/n, perempuan yang sekarang duduk di depanku."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Skenario Tuhan untuk mempertemukan kita berdua lagi ternyata berakhir indah ya, y/n?"

♡♡♡

My Brother's ENHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang