08.

169 106 86
                                    

Y/n pun terbengong beberapa saat, berbeda dengan Adena yang terlihat sangat bersemangat. Dengan cepat ia menarik tangan y/n berjalan ke arah panggung.

Mereka berdua berhasil menarik para pelanggan untuk melihat, yang tadinya hanya beberapa pelanggan menjadi hampir seluruhnya ikut melihat.

"Halo, boleh kenalan dulu gak?" tanya penyanyi itu.

Y/n dan Adena, keduanya terlihat saling menatap satu sama lain, lalu setelahnya mengangguk bersamaan.

"Oke, kalian berdua namanya siapa?"

"Adena."

"Y/n."

"Oke Kak Adena sama Kak y/n, jadi kalian mau bawain lagu apa, nih?"

Y/n dan Adena saling berpandangan selama beberapa detik. Mereka berdua tampak tersenyum lalu kompak menjawab, "Teman Sejati -HIVI!"

"Oke teman-teman semuanya, malam ini agak sedikit berbeda karena yang akan menyanyi hari ini adalah dua kakak waitress baru disini, mereka akan membawakan lagu berjudul, Teman Sejati -HIVI!"

Para pengunjung terlihat bersorak dan bertepuk tangan, dilanjutkan dengan para pemain musik yang mulai memainkan alat musiknya.

Y/n dan Adena, keduanya saling tertawa memandang satu sama lain, bersiap untuk bernyanyi bersama.

Ingatkah saat dulu ketika kelas satu
Kita tak kenal dan tak saling tau
Kita saling berkenalan yang cantik juga tampan
Muka teladan sampai muka preman
Kadang saling canda tawa

Kadang benci besok lupa
Oh indahnya masa SMA

Meski tak ada yang abadi
Tapi kamu kan selalu di hati
Kemanapun dua kaki ini melangkah nanti
Ku ingin kau mengerti
Bagiku kau teman sejati

Ada yang jatuh cinta (jatuh cinta)
Ada yang gagal cinta (gagal cinta)
Juga ada yang digantung hatinya
Oh tapi kita tak peduli susah senang dihadapi
Karena itu tak terulang lagi

Kadang saling canda tawa
Kadang benci besok lupa
Sungguh indahnya masa SMA

Meski tak ada yang abadi
Tapi kamu kan selalu di hati
Kemanapun dua kaki ini melangkah nanti
Ku ingin kau mengerti (ku ingin kau mengerti)
Bagiku kau teman sejati (teman sejati)

Meski tak ada yang abadi
Tapi kamu kan selalu di hati (di hatiku)
Kemanapun dua kaki ini melangkah nanti
Ku ingin kau mengerti (kau mengerti)
Bagiku kau teman sejati
Meski tak ada yang abadi
Tapi kamu kan selalu di hati
Kemanapun dua kaki ini melangkah nanti
Oh bagiku kau teman sejati

Andai waktu dapat berhenti
Sejenak sebelum beranjak pergi
Kemanapun dua kaki ini melangkah nanti
Uh ku ingin kau mengerti (mengerti)
Tuk kau simpan di hati (di hati)
Bagiku kau teman sejati

Tiada masa paling indah
Masa-masa di sekolah
Tiada kisah paling indah
Kisah kasih di sekolah

♡♡♡

Selepas selesai mengikuti kegiatan di kampus, Heeseung menyempatkan diri untuk ikut nongkrong bersama teman-temannya.

"Bro, kemarin pas gue lagi manggung sama anak-anak, gue ketemu sama dua cewe cantik. Yang satu dandanannya kayak bocah, pake baju kodok warna pink gitu, kalo yang satunya lagi keliatan agak tomboy."

"Gue tertarik sama yang dandanannya kayak bocah. Kayaknya dia waitress baru soalnya gue baru pertama kali lihat," lanjut laki-laki yang bernama Sunwoo, teman dekat sekaligus teman kuliah Heeseung.

Heeseung yang tengah menyesap kopinya melirik ke arah Sunwoo,"Oh ya? Terus gimana, Woo?"

"Gue sempet ngajak dia ngobrol sebentar, ternyata dia masih SMA kelas satu, anak SMASA. Gue juga foto bareng sama dia," Sunwoo terlihat mengeluarkan handphone miliknya dari dalam saku celana.

"Nih," Sunwoo menyodorkan handphone nya ke hadapan Heeseung.

Heeseung yang melihat foto tersebut nampak sangat terkejut. Handphone yang tadinya berada di genggaman Sunwoo kini sudah langsung berpindah di genggaman Heeseung.

"Kafe mana?" Nada suara Heeseung berubah dingin, membuat semua teman-temannya— terutama Sunwoo yang kini tengah menatapnya heran.

♡♡♡

Di malam berikutnya, y/n dan Adena kembali bekerja seperti malam sebelumnya. Mereka berdua terlihat tengah disibukkan dengan pekerjaan masing-masing.

"Y/n, tolong cater meja nomor 7 deh. Gue masih harus bawa ini ke lantai atas," pinta Adena menyentuh singkat bahu y/n dan berjalan pelan ke arah tangga sembari membawa nampan ditangan sebelah kirinya.

Y/n hanya mengangguk singkat sebagai jawaban, ia lalu segera menghampiri meja yang dimaksud oleh Adena, "Selamat malam, mau pesan apa?" sapanya ramah.

Sejujurnya ia merasa sedikit aneh melihat penampilan pelanggan tersebut yang memakai bucket hat berwarna hitam hingga menutupi seluruh matanya dan memakai masker yang berwarna sama.

Laki-laki itu hanya diam, mengacuhkan sapaan y/n barusan dan hanya menatapnya dari balik bucket hat nya, tak lama kemudian ia terlihat membuka bucket hat dan maskernya secara bersamaan.

Tunggu, sepertinya ia tidak asing dengan laki-laki tersebut. ia nampak seperti—

"BANG HEESEUNG?!"

♡♡♡

"Kamu mau jelasin dari mana, Y/n?"

Y/n terlihat mati kutu saat Heeseung bertanya dan menatap dirinya seperti ini. Ia menunduk, tidak berani untuk bertatapan langsung dengan Heeseung.

Padahal ini baru hari keduanya bekerja di coffeshop sudah ketahuan saja, Heeseung pula yang memergokinya.

Ah, mereka berdua sekarang sudah berpindah tempat dari yang tadinya di dalam ke halaman depan coffieshop. Itu semua karena Heeseung tadi langsung menarik y/n menuju ke sini.

"Apa jangan-jangan kamu masih kepikiran soal omongan Ni-ki kemarin, huh?" lanjut Heeseung sembari mengangkat dagu y/n menggunakan tangan kanannya, berusaha menatap mata y/n.

Y/n dengan cepat menggelengkan kepalanya kuat, "Engga kok bang, aku emang pengen coba buat kerja aja. Aku juga mau bisa mandiri, pengen ngerasain punya uang hasil kerja keras sendiri."

Heeseung yang mendengar penuturan y/n barusan hanya diam. Laki-laki itu tidak menunjukkan ekspresi apa-apa dan masih hanya menatap y/n.

Y/n yang melihatnya pun menjadi panas dingin, nyalinya semakin menciut.

Namun, tak lama kemudian tiba-tiba Heeseung terlihat terkekeh kecil sembari menggelengkan kepalanya pelan. Ia lalu juga mengusap rambut y/n yang sontak membuatnya menjadi bingung.

"Hey, dengerin abang," Heeseung sedikit membungkuk, berusaha menyamakan tingginya dengan y/n. Menatap lekat kedua matanya.

"Bukannya abang mau ngelarang kamu, tapi mama titip kamu ke abang buat abang jaga disini. Tugas kamu disini cuma belajar, selebihnya itu tanggung jawab abang."

"Perihal soal kerja masih bisa dipikir nanti. Kamu baru kelas awal, masih banyak hal lain yang harus kamu kejar, dan yang terpenting sekarang kamu juga harus fokus belajar."

Heeseung terlihat menghela nafasnya, ia terlihat memegang kedua bahu y/n sebelum akhirnya kembali melanjutkan omongannya,

"Lain kali kalau ada sesuatu yang sekiranya mau kamu bicarakan, kamu bisa bicara ke abang, jangan bohong kayak gini lagi," lanjutnya, masih dengan menatap lekat kedua manik mata y/n.

♡♡♡

My Brother's ENHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang