Chapter 1 Belum Berlalu

1.1K 69 12
                                    

Masa lalu, sebenarnya tidak benar-benar berlalu.

***

"Ulang tahun papamu Hari Minggu ini, tapi kamu nggak perlu datang Lana. Jangan membuat papamu stres karena kedatangan anak durhaka sepertimu."

Pesan singkat yang kasar seperti biasa, Lana menyipitkan matanya, ibu tiri yang kejam. Lana pikir itu sudah tidak relevan lagi di zaman sekarang. Tapi nyatanya, kaum-kaum pembenci Cinderella itu masih ada saja.

Sudahlah, beberapa hari ini Lana telah mendengar berita menggembirakan di kantor. Jadi, dia tidak akan peduli urusan keluarga yang sudah lama menelantarkannya.

Lana memasuki ruang manajer dengan wajah datar, namun hatinya terasa berbunga. Sepertinya dia tahu apa yang akan segera disampaikan oleh Ibu Rika, manajer pemasaran mereka yang akan mendapatkan promosi ke luar kota. Beliau pindah ke luar kota karena ingin kembali mengurus anak-anaknya, beruntung dia mendapat promosi di kota asalnya.

"Lana." Rika mempersilahkannya duduk.

"Ya, Bu."

"Aku sudah merekomendasikan, sangat merekomendasikanmu untuk menggantikanku di posisi manajer." Tanpa banyak basa-basi, Rika berkata.

"Terima kasih, Bu. Aku sangat berterima kasih."

"Kamu pantas mendapatkan ini, Lana. Kamu bekerja paling keras dan pencapaianmu paling luar biasa.
Aku sendiri heran di usia semuda ini, kamu sangat ambisius." Rika tersenyum.

"Aku nggak ambisius, Bu. Aku hanya mengerjakan segala sesuatunya secara maksimal."

"Okelah, sama saja."

Setelah percakapan penting singkat dan beberapa obrolan basa-basi, Lana berpamitan ke luar ruangan, seulas senyum tipis tersungging di bibirnya. Akhirnya ada juga hari yang cukup baik. Lana masuk ke toilet dan membenarkan riasan juga rambutnya yang lurus di kuncir kuda sebelum kembali ke meja kerjanya.

Dia telah bekerja di perusahaan Jaya Rupa ini sejak menamatkan kuliahnya, perusahaan yang merupakan anak perusahaan dari Jaya Group, sebuah perusahan multi nasional. Lana yakin dengan pencapaiannya, sangat baik dibandingkan dengan teman-teman rekan kerja yang lain. Jadi pengganti Rika seharusnya memang dia.

Malam ini, dia akan merayakan dengan Mawar, anak semata wayangnya. Anak yang tidak diketahui oleh dunia karena statusnya adalah wanita lajang. Lana mendesah, setiap nama anaknya memenuhi pikiran Lana, hatinya selalu tersayat oleh peristiwa masa lalu.

Walau demikian, kehadiran Mawar adalah satu-satunya kebahagiaan di hidup Lana yang suram.

***

Lazuardi memandangi wajah abangnya dengan tenang, senyum tersungging di bibirnya.

"Bantu abang kali ini, Zu." Dia memelas.

"Kali ini? Bukankah kalimat ini, kalimat andalan abang?" Dan Lazuardi sangat sulit untuk menolak permintaan abangnya.

"Ayolah, abang sangat serius." Gio berkata lagi.

"Abang, kan, memang selalu serius, bahkan sangat serius sampai wajah abang penuh kerutan."

Gio tertawa mendengar ledekan adiknya.

"Abang juga nggak mengira hal ini akan terjadi, bahkan ratapan Siti Nurbaya yang dijodohkan saja harusnya hanya untuk perempuan, bukan pria bebas seperti kita."

"Kita?" Lazuardi terkekeh.

Gio, itulah nama abangnya. Usia mereka terpaut dua tahun. Sekalipun bersaudara, sifat dan gaya mereka jauh berbeda. Mereka saudara yang bertemu setelah dewasa, ya, ayah Lazuardi menikah lagi dengan ibu Gio empat tahun silam.

Pendar (Masa Lalu Berselimut Jelaga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang