Chapter 23 Tak Bisa Bicara

283 44 4
                                    

"Ini pastilah karma."

Gio diam saja, dia memandangi ibunya yang terus-menerus menangis sedari tadi. Gio juga tidak mengerti apa yang terjadi. Mungkin benar istilah itu, kamu akan menuai apa yang kamu tabur.

"Yang membuat mama bingung. okelah, kalau kita hanya tiba-tiba bertemu dengan Lana." Suara Maya gemetar karena sejak tadi sesenggukan. "Tapi, kenapa Lazu bisa terlibat?"

"Lazu bilang kalau dia mencintai Lana. Dan dia memintaku menjauhi Lana."

"Kenapa kamu nggak pernah bicarakan ini ke mama?"

Gio menghempaskan tubuhnya di kursi. Udara dingin ruangan menerpa kulit, namun, hatinya membara.

"Aku nggak mau menambah pikiran mama." Gio mendesah, lagipula semua terjadi begitu cepat hingga dia sulit berpikir.

"Sekarang, apa yang ingin kamu lakukan, Gio? Kamu bilang kamu mau memperbaiki semuanya. Jadi apa rencanamu?" Maya menelan ludah.

"Apa menurut mama sebenarnya Lazuardi membenciku sejak lama? Sekarang dia ingin membalasku."

Maya terperangah. "Jangan berpikiran buruk terhadap adikmu, Lazuardi sangat tulus selama ini."

Gio tidak menjawab, hidungnya masih terasa sakit karena pukulan Lazuardi kala itu. Dia tenang saat mengetahui kalau Lana adalah mantan kekasihnya, juga tidak peduli ketika mengetahui mereka telah memiliki anak dari hubungan di
luar nikah.

Lazuardi hanya kesal sedikit ketika mengetahui kalau dia telah meninggalkan Lana dan tidak bertanggung jawab, lari seperti pengecut.

Tapi dia menghajar Gio saat mengetahui kalau saat peristiwa itu terjadi, Lana tidak menginginkannya.

"Apa kamu sudah bertemu dengannya cucu mama?" tanya Maya. Dia mengusap matanya. 

Gio menggangguk. Betapa cantik anaknya. Gio ingin saja memeluknya kala itu, tapi dia tidak ingin mawar takut dan berteriak.

"Namanya Mawar."

"Kamu ingin merebut Mawar dari Lana?"

Gio tidak menjawab.

"Menurut mama bagaimana? Sekarang aku bertengkar dengan Lazu. Mama akan berpihak padaku atau nggak?"

"Jangan membuat mama berada di posisi ini." Maya menghela nafas dalam.

"Ketika kami bertengkar, jelas siapa yang akan terbuang dari keluarga ini. Itu pastilah aku."

"Sebaiknya hentikan saja keinginanmu." Maya akhirnya berkata. "Mungkin Lazuardi dan Lana menikah adalah jalan yang terbaik. Setidaknya, mama bisa memberi kasih sayang pada cucu mama. Menebus semua perbuatan keji mama padanya dulu."

"Mama!"

"Ini kenyataan Gio."

"Terus, gimana dengan perasaanku? Apa aku nggak boleh bahagia?"

"Apa? Kita udah memutuskan saat itu, Gio. Bagaimana dengan pacarmu, Safira? Kamu kemarin sampai melawan papa karena ingin menikahinya."

"Aku udah putus dengannya."

Ibunya tertawa. "Jadi dia menerima begitu saja saat kamu putuskan?"

"Lana dan Lazuardi, mereka juga nggak mungkin bersama." Gio berkata.

"Apa maksudmu?"

"Papa orang yang menjunjung tinggi status keluarga. Menurut mama, papa akan menerima kalau anak kesayangannya menikah dengan Lana. Seorang perempuan yang telah memiliki anak?" Raut wajah Gio terlihat serius.

Pendar (Masa Lalu Berselimut Jelaga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang