Tawaran Lazuardi terus membayangi pikiran Lana. Dia sadar, percaya sepenuhnya pada pria itu, belum tentu bisa dia lakukan, namun, kata-kata Lazuardi dan kesungguhannya membuat Lana tersentuh.
Memang belakangan ini, Lana kerap dihantui mimpi buruk. Itu terjadi setelah pertemuannya dengan Efran. Dia takut, Efran akan mengambil Mawar. Sekalipun pria itu tidak pernah ada dalam hidup Mawar, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Bisa saja dia menggunakan cara culas.
Dan mempertahankan Mawar adalah tujuan hidup Lana sekarang. Karena itu, siapapun yang bisa menjamin kebahagiaan Mawar, Lana tidak keberatan mengorbankan apapun. Menjadi pacar bahkan menjadikan Lazuardi suaminya, dia rela.
Kalau Lazuardi sungguh mencintainya, itu akan lebih baik. Pepatah mengatakan, lebih baik menikah dengan pria yang mencintaimu, ketimbang pria yang kamu cintai tapi tidak mencintaimu. Sekalipun Lana tidak terlalu percaya pepatah itu.
"Mama, tadi ada om lain yang datang ke Sekolah." Mendadak Mawar berkata.
"Om siapa?"
"Om itu bilang, dia papa Mawar." Mawar berkata polos
Lana menyipitkan mata. "Mama nggak ngerti, maksud Mawar apa, Sayang?"
"Kata om itu, dia papa Mawar yang sebenarnya."
Seketika Lana tersentak. "Ada yang datang ke sekolah Mawar dan bilang begitu?"
"Iya, tapi bukan papa bos orangnya. Om ini juga baik sekali sama Mawar. Mau membelikan Mawar es krim dan mainan." Mawar berkata lagi. "Tapi, Mawar nggak mau terima karena Mawar nggak kenal."
Lana menarik nafas. "Mawar melakukan hal yang bagus, Sayang. Apa dia menemui guru Mawar?"
Mawar menggeleng. "Nggak tahu."
Lana mengusap rambut putrinya.
"Mama, kenapa sekarang banyak yang mau jadi papa Mawar? Apa karena Mawar udah gede?"
Lana tersenyum. "Itu karena Mawar anak yang cerdas dan rajin, jadi semua menyukai Mawar."
"Mama suka sama papa bos?" tanya Mawar lagi dengan lugu.
Lana bergumam mendengar pertanyaan Mawar. "Mama belum tahu, Mawar."
"Papa bos baik."
"Eh, apa Mawar udah makan?" Lana bertanya mengalihkan, memang dia baru saja menjemput Mawar dari rumah Rania.
"Udah tadi, Mawar makan sup banyak sekali."
Lana melamun lagi. Sangat mencengangkan sekali kamu, Efran, jadi kamu memutuskan untuk mendatangi kami lagi setelah begitu lama?
Dulu, Lana memang mencintai pria itu. Bisa dikatakan Efran adalah cinta pertamanya. Walaupun, Lana pernah berpacaran saat di SMA. Tapi, perasaan itu terasa berbeda saat bersama Efran.
Tapi sekarang, dia sama sekali tidak memiliki perasaan apapun, semuanya telah terkikis habis oleh waktu. Bahkan kalau boleh memilih, Lana memilih untuk tidak perlu bertemu dengannya.
"Lain kali kalau misalkan om itu datang lagi, Mawar bilang sama mama, ya."
"Apa mama nggak suka kalau Mawar bertemu dengan orang-orang?"
"Bukan begitu, Sayang. Hanya saja, kita nggak tahu kalau orang yang nggak dikenal. Bisa saja, dia berniat buruk pada Mawar. Tapi, kalau orang itu teman mama nggak apa-apa, asalkan sudah izin guru ataupun mama."
Mawar mengangguk. Dia membelai pipi Lana.
Tampaknya, Lana harus melakukan sesuatu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendar (Masa Lalu Berselimut Jelaga)
Storie d'amoreMenjadi orang tua tunggal karena mantan pacar yang tidak bertanggung jawab juga memiliki ibu tiri yang kejam, kehidupan Lana seperti ditakdirkan sial. Satu-satunya hal baik dalam kehidupannya adalah memiliki anak seperti Mawar. Ketika direkomendasi...