Efran mengejeknya sejak tadi.
"Kenapa Lana? Kamu nggak mau bilang kalau Mawar bukan diadopsi?"
Lana menelan ludah. Perasaannya kacau dan ingin meledak rasanya. Dia sangat marah.
"Kamu malu mengakui kalau Mawar sebenarnya anakmu?" Dia terus bicara.
"Kamu laki-laki iblis." Lana mendesis.
Efran berkunjung ke kantornya setelah malam itu nyaris saja membuat hancur moment makan malam antara dirinya dan ayah Lazuardi.
Pintar sekali laki-laki ini, dia datang ke kantor sebagai klien karena tahu kalau Lana tidak akan menolaknya seperti di rumah. Di kantor, dia berpura-pura menjadi utusan dari event organizer mereka. Membuat Lana terpaksa menerimanya.
"Aku jadi penasaran, sampai sejauh mana kamu ingin mengganggu kehidupanku lagi?" Lana berkata.
"Aku nggak pernah ingin mengganggu kamu lagi, Lana. Satu-satunya yang aku inginkan sekarang adalah kita kembali bersama."
Lana tertawa. Dia sampai terpingkal-pingkal mendengar ucapan Efran.
"Apa kamu masih waras?"
"Aku udah melihat Mawar." Efran mendesah. "Dia butuh seorang bapak. Sebagai orang tua kita harus menekan ego demi kebahagiaan anak."
"Siapa anakmu, Efran. Jangan bermimpi. Lucu sekali melihatmu."
"Ingkari aja terus. Tapi kamu tahu kalau ucapanku benar." Wajah Efran jadi tegang, dia mungkin tidak menyangka kalau Lana anak berkata begitu. "Jangan pernah berharap kalau kamu bisa bersama Lazuardi. Aku akan memastikan kalian berpisah."
"Memangnya kamu Tuhan? Aku pikir, selama ini aku memang salah menilaimu. Ah bukan, ternyata kamu memang seorang pecundang. Aku jadi bersyukur kamu meninggalkanku saat itu." Lana melipat kedua tangannya di depan dada.
Efran meremas jemarinya, dia melihat Lana.
"Oke, maaf, aku memulai dengan cara yang salah."
Sekarang meminta maaf? Laki-laki ini psikopat.
"Kamu nggak pernah memulai, jadi nggak ada yang salah. Aku lebih senang dengan kondisi sekarang." Lana tersenyum manis. "Kamu akan menjadi calon abang iparku."
Efran mengernyitkan kening, menandakan ketidak sukaan.
"Jadi, kamu ingin minum kopi atau teh, Bang Gio." Lana menekankan kata abang dalam nada bicaranya.
"Kamu selalu membanggakan Mawar. Tapi, kamu seolah takut kehilangan Lazuardi. Kamu nggak berani mengatakan yang sebenarnya di hadapan papa."
Lana tidak mau menjawab, tak ingin terpancing oleh kata-kata Efran. "Itu bukan urusanmu aku mau bicara atau nggak."
Dia malah tersenyum. "Jadi kamu takut? Rupanya kamu benar-benar menyukai adikku, ya? Aku pikir kalian hanya pura-pura berpacaran karena ingin membalasku."
"Jangan terlalu percaya diri. Untuk apa Lazuardi membalasmu? Kalau dilihat-lihat, dia memiliki semuanya, lebih dari kamu." Lana melirik Efran dari kaki hingga kepala.
"Jangan menghinaku, Lana. Kamu tahu itu nggak benar. Kamu pasti masih memikirkanku. Aku kenal kamu."
"Aku sudah lama melupakan kamu. Beruntung bertemu Lazuardi. Dia lebih tampan, lebih pintar, juga lebih kaya daripada kamu." Lana berkata lagi tanpa ampun.
"Lagipula saat ini, Mawar sangat menyukainya. Mawar bahkan sudah memanggilnya Papa. Mungkin awalnya, aku nggak terlalu menyukainya. Tapi, aku nggak peduli, Lazu, laki-laki yang baik. Akan sangat mudah jatuh cinta padanya. Ditambah lagi saat aku menyadari kalau Mawar begitu menyayanginya, begitupula sebaliknya" Lana melanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendar (Masa Lalu Berselimut Jelaga)
RomanceMenjadi orang tua tunggal karena mantan pacar yang tidak bertanggung jawab juga memiliki ibu tiri yang kejam, kehidupan Lana seperti ditakdirkan sial. Satu-satunya hal baik dalam kehidupannya adalah memiliki anak seperti Mawar. Ketika direkomendasi...