[Completed/Tamat]
[Fiction About S.Coups]
Warn 18+ Area physical touch, kissing, bucin!
Namanya Rasya. Ketua BEM yang dikenal supel dan berwibawa. Tapi, bagi Kania, Rasya hanya cowok jahat yang pernah Kania kenal.
Kania tidak tahu kenapa R...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
**
"Maaf, waktu itu aku gak bisa kendaliin perasaan aku."
Aku menatap mata Rasya lamat. Matanya yang bulat dengan retina coklat gelap yang membuat aku jadi candu.
Rasya mengerjap.
"Aku dapat kebebasan dan dunia baru dari Jean. Sampai aku lupa ada kamu dan pergi terlalu jauh."
"Jadi, kalian pacaran atau engga?"
Rasya menggeleng. "HTS? Kata Han begitu. Karena Jean suka sama Jo. Dan dia kasihan liat aku."
Aku meringis pelan.
Dulu, aku separah itu ya?
Aku menatap bulan yang terlihat amat besar di langit.
Bulan purnama.
"Maaf, aku setoxic itu dulu."
Rasya menghela napas pelan. Ia masuk ke dalam lalu mengambil kursi kecil dan duduk di sebelahku.
"Kamu selalu bikin aku khawatir. Tiap dapat telpon dari kamu bikin aku mikir kalau kamu selalu gak baik-baik aja."
"Maaf, dulu aku kacau banget."
"It's okey Kania. Tapi, aku selalu sayang kamu."
Aku menoleh, menatap Rasya lama.
"Setelah aku bikin kamu capek?"
"Kamu gak pernah bikin aku capek."
Aku berdecih. Memalingkan muka.
Sedikit kilas balik masa lalu.
Aku benar-benar separah itu. Aku tidak bisa mendefinisikan perasaan sendiri. Kak Han tidak bisa menjadi tameng bagiku waktu itu. Aku hanya bergantung pada Rasya.
Bagaimana tidak?
Aku bertemu Mommy (Ibu kandungku) secara tak sengaja, yang ternyata dia adalah wali murid salah satu teman sekelasku.
Dari yang aku dengar, teman sekelasku itu anak kandungnya. Jadi aku menyelidiki hal itu sendiri dan mengetahui fakta kalau Mommy meninggalkan aku, Kak Han dan Daddy karena selingkuhannya.
Aku menutup fakta tersebut dari Kak Han dan Daddy.
Meski akhirnya mereka tahu dan aku dibawa menemui psikiater.
Mentalku terganggu.
Namun, kini aku sudah baik-baik saja.
Selama masa-masa terparah dulu, Rasya selalu ada.
Itu makanya aku tak menerima fakta kalau Rasya bukan pacarku lagi alias aku tak bisa move on.
Bahkan aku menerima kutukan mimpi itu. sebagai bentuk pelajaran atas perbuatanku dulu.
