**
"Kania gue cari di bagian sana ya." Kristi menunjuk ke arah rak buku paling ujung.
Aku mengangguk. "Oke."
Sementara itu, aku beralih ke rak buku di sebelahku.
Kami sedang mencari buku referensi untuk makalah. Tema kami beda-beda jadi kami harus menemukan buku referensi yang berbeda juga.
Aku sudah mendapat dua buku. Tinggal tiga buku lagi. Dosenku meminta lima buku referensi. Banyak sekali memang. Dosenku banyak maunya.
Beberapa rak buku saling terhubung dengan rak buku di belakangnya. Namun sebagian ada yang dibatasi kayu pembatas.
Selagi aku asik memilah buku-buku, aku bisa merasakan ada yang mengamatiku dari arah rak buku di belakangku.
Hal itu membuatku merinding, sungguh.
Aku ingin segera beranjak, namun di bagian sini banyak buku-buku yang sesuai dengan judul makalahku.
Demi nilai aku memberanikan diri.
Namun, makin lama rasanya semakin mencekam. Aku berusaha tetap fokus.
Hingga tiba-tiba, ada tangan yang memegang bahuku.
Aku terlonjak, berteriak tanpa suara dan sontak berbalik.
Gerakanku yang tiba-tiba ini membuat dahiku terantuk rak buku.
Untungnya rak itu hanya diam dan tak bergoyang. Rak yang sangat kokoh. Tapi nahas dahiku jadi berdenyut.
"Aduh pasti sakit, maaf sayang."
Aku kenal suara ini. siapa lagi yang akan memanggilku seperti itu kalau bukan Rasya.
Wajahnya tampak panik. Aku jadi ingin menangis.
"Sakit," cicitku pelan.
"Duh, astaga Kania," ia mengaduh. Tampak ragu hendak menyentuh dahiku. "Ayo kita duduk dulu."
Rasya lalu menuntunku duduk di bangku panjang rooftop perpus.
"Duduk di sini bentar ya."
Setelahnya ia berbalik pergi masuk ke dalam perpustakaan. Tak lama kemudian ia kembali dengan tisu dan sebotol air mineral dingin.
"Sini mana yang sakit biar bisa dikompres," ujarnya terburu-buru.
Dahiku yang tadinya berdenyut sudah tidak apa-apa. Meski jejak merah muncul, tapi yang sakit di sini adalah hatiku.
Sungguh, aku merindukan Rasya. Sangat merindukannya.
Aku diam saja saat ia sibuk menuangkan air ke tisu dan menekannya perlahan di dahiku yang memar.
"Maaf ya, aku gak ada niatan ngagetin kamu."
"..."
"Duh merah banget ini pasti sakit,"
"..."
"Tahan bentar ya sayang,"
Mataku jadi panas. Aku tak bisa lagi menahan tangis. Lantas, air mataku luruh begitu saja.
"Loh kok nangis?" Rasya yang sudah panik jadi semakin panik.
"Aku kangen,"
"Ssstt, aku di sini sayang. Aku di sini."
Aku menahan isakanku dengan menggigit bibir. Susah payah aku menarik napas yang malah semakin membuat sesak.
Sungguh aku merindukan Rasya. Teramat sangat.
Bagaimana bisa ini terjadi? Aku merindukan pacarku sendiri tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Tak bisa menemuinya sama sekali.
Dibalik rasa cemburuku yang semakin menggunung, aku tetaplah lemah karena rasa rindu yang mendera ini.
Sosok Rasya bukan Rasya lagi bagiku. Dia tampak asing. Dia terasa berbeda. Wujudnya memang ada di hadapanku sekarang. Tapi, aku jelas tahu hatinya tidak sedang bersamaku.
"Kamu udah kayak bukan pacar aku lagi." Aku mengalihkan tatap, air mataku kembali jatuh. "Masa aku harus nahan kangen di saat pacar aku bisa ketemu tiap saat sama cewek lain. Sekarang, pacar kamu dia kan bukan aku?"
Rasya tak membantah. Dia hanya diam.
Sialan!
"Kamu ngomong dong. Jangan diem gini. Aku masih pacar kamu kan Rasya?"
"..."
"Hm? Rasya please. I was your girlfriend right?"
"Maaf Kania."
"Kenapa malah minta maaf? Jawaban yang aku mau bukan kata maaf Rasya."
"Maaf aku udah bikin kamu sakit. Aku udah salah. Aku udah jauh banget salah Kania."
Aku menggeleng.
Entah kenapa kalimat Rasya terdengar seperti perpisahan.
Aku ingin Rasya membantah. Aku ingin Rasya tetap kukuh mengatakan kalau dia akan selalu ada untukku. Bukan seperti ini.
Ada yang salah di sini.
"Please, jangan ngomong kayak gitu. Kamu bikin aku takut Rasya."
"Kania, gimana kalau kamu pergi."
"Pergi? Pergi kemana?"
Mata Rasya memerah. Aku yang terlalu sibuk dengan perasaan sendiri tak menyadari kalau Rasya juga sama-sama merasakan sakit.
Genggaman tangan cowok itu mengerat. Matanya goyah. Telihat sayu dan kosong. Seperti kehidupan telah direnggut dari sana.
Sungguh, ada yang salah di sini.
"Maaf, aku rasa kita gak bisa sama-sama lagi."
**
Date : 9 Februari 2023
Revisi : 29 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Coz I'm Your Home (✔)
Romance[Completed/Tamat] [Fiction About S.Coups] Warn 18+ Area physical touch, kissing, bucin! Namanya Rasya. Ketua BEM yang dikenal supel dan berwibawa. Tapi, bagi Kania, Rasya hanya cowok jahat yang pernah Kania kenal. Kania tidak tahu kenapa R...