“Silahkan duduk, Camel.” Aulion melipat kedua lengannya dan memandang kursi dihadapannya memerintahkan Camel untuk duduk.
Camel menghela napas, rasanya ia ingin kabur saja dan tidak ingin melakukan interview ini. Dengan langkah berat ia mendekati kursi tersebut dan duduk di atasnya dengan gelisah.
“Jadi… Mari kita mulai interviewnya.” Aulion menyeringai melihat Camel yang merasakan gugup.
Aulion membuka map yang melampirkan data milik Camel dan membacanya dengan teliti. Tidak ada satu kalimatpun yang ia lewatkan. “Kenapa kamu resign dari tempat kerjamu dulu?”
Camel melirik Aulion, “Itu rahasia pribadi dan saya tidak ingin membeberkannya.”
Aulion menaikkan sebelah halisnya menatap Camel sangsi. “Problematika percintaan? Hm?” tebak Aulion.
Tubuh Camel menegang mendengar tebakan Aulion yang tepat sasaran. Aulion menyeringai penuh kemenangan memperhatikan wajah Camel yang terlihat pucat. Setelahnya ia terbahak menertawakan alasan yang menurutnya konyol.
“Jangan menertawakanku,” desis Camel.
Aulion masih mempertahankan tawanya dan membuat Camel mendengus malas. Interview macam apa ini? Baru kali ini ia diinterview seperti ini. Benar-benar dongkol!
“Dokter Aulion, bisakah kita melanjutkan interview ini?”
Aulion mulai meredakan tawanya dan berdeham untuk menetralkan suaranya seperti biasa—sok bijak.
“Ah, aku tidak ingin bertanya banyak sebenarnya. Berkas-berkas milikmu menjelaskan bahwa kamu benar-benar cocok untuk bekerja disini.”
“Jadi, apa interviewnya sudah selesai?” Camel bertanya antusias.
“Hm? Tidak juga,” Camel mengernyit. “Aku ingin bertanya satu hal lagi.”
“Cepatlah katakan saja.” Camel menggerak-gerakkan kakinya gelisah, berharap bisa pergi secepatnya dari sana.
“Kamu sudah menikah? Sepertinya aku ingin menikah denganmu.”
Dan sontak Camel membelalakkan kedua matanya. Pertanyaan macam apa itu? Dengan rasa dongkol Camel bangkit dari duduknya.
“Dokter Aulion terhormat, saya datang kemari untuk melakukan interview sesuai interupsi anda. Tapi sepertinya anda malah mempermainkan saya. Saya permisi.” Camel melangkah dengan kesal.
“Camel! Kamu diterima bekerja di rumah sakit ini.”
Camel tidak memberhentikan langkahnya. Namun hatinya mengucap syukur karena ia akan terbebas dari omelan ibunya.
---
Ibunya merasa sangat senang karena Camel cepat mendapatkan pekerjaan baru, tidak hentinya Ibunya memenuhi kebutuhan Camel sejak semalam hingga Camel akan berangkat pergi ke rumah sakit Cempaka. Entahlah, tapi menurut Camel Ibunya saat itu terlihat seperti seorang asisten rumah tangga yang akan melakukan apa saja demi sang majikan senang.
“Bu, Ibu itu sebenernya kenapa, sih? Camel gak perlu pelayanan dari Ibu, harusnya Ibu yang harus Camel layani.”
“Camel, kamu tidak peka sekali pada Ibumu sendiri. Ibu merasa sangat senang karena sekarang kamu benar-benar resmi menjadi seorang dokter,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You
Romance[Warning! Mature content] ✓Private Random ✓Finished Just a love story written based on the author's imagination. Gadis berumur 27 tahun itu bernama Camel Nautsuka. Dia adalah seorang dokter lulusan S2, Ibunya pada saat itu seperti memberikan pembala...