Third

7.7K 374 0
                                    

Camel merenung sendirian di balkon kamarnya, pikirannya sibuk memikirkan banyak hal yang menganggu pikiran. Pandangannya menatap lurus ke bawah, memang tidak ada yang menarik di bawah sana. Tangannya menyentuh bibir dan kembali mengingat ciuman yang Aulion berikan padanya.

Tidak, dia tidak terlena dengan ciuman tadi. Justru dia malah merasa bahwa dia ini kotor, karena tidak marah atas ciuman dari pria yang tidak begitu dikenalnya. Harusnya setelah Aulion mencium bibirnya dia menampar pipi pria sialan itu.

"Ngelamun, lagi?" Camel melirik Melo yang sudah berdiri di sampingnya. Sebenarnya Camel sudah menyadari kehadiran Melo sejak tadi.

Camel menghela nafas dan menghadap Melo, "Kenapa percintaan gue semengenaskan ini?" tatapannya benar-benar sendu. Sepertinya beban yang ia topang memang benar-benar memberatkannya.

"Jalan satu-satunya supaya lo gak merasa mengenaskan adalah, move on dari Mika."

Camel langsung memikirkan wajah manis Mika, halis tebalnya, hidung mancungnya, rambut ikalnya. Ah, dia merindukan pria itu. Tapi Camel tidak akan mungkin bertemu lagi dengan pria itu, dia sudah menjadi milik orang lain.

"Gue... Gue gak bisa," Camel menunduk menatap lantai, hatinya seperti teriris jika mengingat-ngingat masa lalunya itu. Kenapa melupakannya sulit sekali.

"Belum, lo cuma belum bisa."

"Jadi gue harus apa? Lo tau sendiri 'kan bertahun-tahun gue coba lupain Mika tapi selalu gagal!" Camel marah atas semua yang terjadi, terlebih kakaknya selalu menyuruhnya agar cepat melupakan Mika.

Kenapa Camelo tidak bisa memberikan dukungan yang tidak terlalu membebankannya?

"Itu karna lo gak bisa ikhlas buat lepasin dia! Come on Mel. Dia udah nyakitin lo banget,"

Camel mengusap wajahnya dan masuk ke dalam kamar. Meninggalkan Melo sendiri di balkon.

"Gue merasa dia terlalu special, Lo."

Melo ikut masuk ke dalam dan mengusap pundak adiknya sayang. Dia tidak tega melihat adiknya yang selalu murung itu. Itu hanya akan menyiksa diri Camel sendiri.

"Trust me, Aulion bisa bikin lo lupain Mika."

Camel menatap Melo nanar, dia tidak ada jalan lain dan mungkin memang benar apa kata Melo. Dengan pemikiran yang belum matang itu Camel mengangguk ragu.

---

Seperti pagi-pagi sebelumnya, Camel akan menghirup aroma khas rumah sakit terlebih dahulu sebelum melangkah masuk dengan anggun. Pria-pria yang sudah berada di dalam rumah sakit menatap keberadaan Camel dengan pandangan memuja.
Camel memang salah satu ciptaan Tuhan yang begitu menggoda, sebenarnya Camel bisa saja dengan mudah membuat para pria bertekuk lutut di bawahnya. Tapi maaf, dia tidak semurahan yang orang lihat.

Camel adalah wanita penganut 'jual mahal itu perlu'. Karena Camel tidak ingin terjerumus ke dalam hal-hal yang menurutnya tidak perlu.

"Selamat pagi, dokter Camela,"

Camel melirik ke sampingnya dan menatap Aulion malas. Bisa-bisanya makhluk aneh satu itu sudah merusak kembali pagi cerahnya! Selalu seperti itu dan seperti tidak memiliki kegiatan lain selain menganggunya!

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang