Pagi itu Camel segera berlari menuju toilet yang terletak di dalam kamar, rasa mual yang menyerangnya membuatnya harus melupakan acara tidurnya. Camel memejamkan mata saat tidak terdapat cairan sedikitpun yang keluar dari mulutnya itu.
Camel merasa was-was akan hal itu... Bagaimana jika dia... Hamil?
Camel menatap pantulan dirinya di cermin, wajah berantakannya sebangun tidur itu membuatnya terlihat sangat kacau ditambah dengan warna kulitnya yang lebih pucat dari sebelumnya. Tatapannya beralih pada tubuhnya yang masih bertelanjang itu, semalam memang dia tidur bersama Aulion dan tidak pulang ke rumah orang tuanya.
Camel melirik seseorang yang berjalan gontai menghampirinya, Camel kembali mengalihkan tatapannya pada cermin di hadapannya.
"Kamu kenapa?" Aulion menatap Camel khawatir karena wanita yang sedang dipeluknya dengan hangat itu tiba-tiba berlarian menuju kamar mandi.
Camel tidak menjawab dan hanya bergeming menatap dirinya di cermin, Camel terus memikirkan apa Aulion akan senang jika ia benar-benar hamil? Ia takut jika Aulion tidak akan menerima anak mereka berdua.
Aulion yang tidak mendapatkan respon apapun segera melingkarkan lengannya itu pada perut polos Camel dan menciumi pelipis Camel dengan lembut.
"Kenapa diam? Apa kamu sakit? Hm?"
Camel memejamkan matanya merasakan kecupan-kecupan di pelipisnya. Apa dia harus menanyakan hal itu pada Aulion?
Camel melepaskan lengan kekar Aulion yang melingkar di perutnya itu dan memutar tubuhnya menghadap Aulion. Aulion menatap Camel dengan pandangan bertanya, dia tidak mengerti apa yang terjadi pada Camel.
"Aulion."
"Hm?"
"Apa pertanyaanmu beberapa hari yang lalu masih berlaku?" Camel menatap Aulion dalam, mencoba mencari jawaban pada mata Aulion.
Aulion mencoba mengingat terlebih dahulu dan kembali mengucapkan pertanyaan itu, "Can we get back together?"
"Apa... Jika aku hamil kamu akan menerima... anak kita?" Camel ragu akan pertanyaannya itu.
Aulion membulatkan matanya mendengar pertanyaan Camel, "Kamu hamil, sayang?"
Camel menggigit bibir bawahnya dan mendesah kasar, "Itu baru perkiraanku, Aulion. Aku... aku takut pertanyaanmu beberapa hari yang lalu terlupakan begitu saja dan... kamu tidak menerima anak kita." Camel menundukkan wajahnya.
Aulion menyentuh dagu Camel dan mengangkat wajah yang terlihat menyedihkan itu, "Hei, dengarkan aku. Aku memintamu untuk kembali bersamaku bukan tanpa alasan yang jelas. Aku benar-benar membutuhkanmu sebagai istriku, bukan hanya menginginkan tubuhmu itu," Aulion menghentikan ucapannya dan menarik napas. "Aku jelas tidak akan menolak jika kamu benar-benar hamil, karena janin yang tumbuh di rahimmu adalah anakku juga. Kita berdua pasti mengerti hal itu akan terjadi terlebih kita selalu melakukan hubungan intim. Begitu 'kan?"
Aulion menatap Camel dengan lembut, bukan hanya semata-mata merasa kasihan pada wanita di hadapannya itu. Tapi memang karena ia membutuhkan wanita itu untuk selalu di sampingnya. Aulion menyayangi Camel setulus hati.
Camel menatap Aulion dengan haru, tangannya yang terbebas segera ia lingkarkan pada leher pria di hadapannya itu. Tidak peduli akan rasa dingin yang menusuk kulitnya akibat belum memakai pakaian, dia merapatkan tubuhnya pada tubuh Aulion.
"I love you, Aulion." Dan Camel memeluk Aulion erat, tidak ingin kehilangan pria itu.
"I know. I love you more, Camela." Aulion membalas pelukan Camel dan menelusupkan wajahnya pada leher istrinya itu dan menghirup aroma mawar yang menguar dari tubuh Camel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You
Romance[Warning! Mature content] ✓Private Random ✓Finished Just a love story written based on the author's imagination. Gadis berumur 27 tahun itu bernama Camel Nautsuka. Dia adalah seorang dokter lulusan S2, Ibunya pada saat itu seperti memberikan pembala...