Nineteenth

6.3K 279 0
                                    

Dari hari ke hari bentuk tubuh Camel semakin membesar. Akibat dari porsi makannya dan juga usia kandungannya membuat tubuhnya itu terlihat besar.

Tak jarang juga Aulion menyebut Camel 'gendut' dengan sangat terang-terangan hingga membuat wanita yang sedang mengandung itu mengamuk pada Aulion.

Tapi tubuh Camel memang benar-benar besar, usia kandungan yang sudah menginjak 4 bulan itu membuat porsi makannya 3x lipat dari biasanya. Bisa dibayangkan bukan bentuk tubuhnya akan sebesar apa?

"Aku mau peuyeum Aulion!"

"Aku harus mencari kemana, sayang? Ini sudah jam 10 malam,"

"Terserah cari kemanapun! Pokoknya aku ingin itu, Aulion."

Aulion mengusap wajahnya gusar, istrinya itu memang paling jago soal membuatnya kelimpungan mencari apa yang diinginkannya.

Tapi harus kemana ia mencari makanan berbahan dasar singkong itu? Pedagangnya pun tak akan mungkin masih berkeliaran untuk menjajakan makanan peuyeum tersebut.

"Oke, aku carikan untukmu." Aulion bangkit dari ranjang dan berjalan menuju lemari untuk mencari jaket miliknya.

"Jangan lama ya, sayang." Camel menatap Aulion seraya mengusap-usap perutnya.

"Hm,"

"Jangan mengabaikanku!"

Aulion menghela napas dan berbalik menghadap Camel.

"Iya istriku, aku tidak akan lama." Aulion mengulas senyum.

Camel mengangguk dan kembali terfokus pada perutnya. Akhir-akhir ini dia memang sangat senang memperhatikan perutnya yang terus membesar, dia bahagia karena buah hatinya tumbuh di dalam rahimnya.

"Baiklah, aku pergi dulu. Tetap stay disini dan jangan pergi kemanapun," Aulion menghampiri Camel dan mengecup bibir istrinya itu sekilas. "Berjanjilah."

"Iya aku berjanji."

Dan setelah mendengar janji Camel itu ia segera pergi untuk mencari keinginan istrinya itu sebelum hari semakin malam.

---

Seperti hari-hari sebelumnya Aulion akan pergi bekerja dan menitipkan istrinya itu di rumah orang tua Camel lalu menjemputnya kembali setelah ia pulang bekerja.

Tapi untuk kali ini Camel rewel karena tidak ingin ke rumah orang tuanya dan lebih memilih untuk di rumah saja. Tentunya Aulion tidak ingin meninggalkan istrinya itu sendiri karena takut terjadi suatu hal buruk.

"Baiklah, aku tidak akan memaksa untuk membawamu ke rumah Ibu. Kamu mau aku panggilkan Zeze untuk menjagamu?"

Camel menatap Aulion dengan binar bahagia, setidaknya jika ia bersama dengan Zeze ia tidak akan merasa kolot.

"Oke, aku mau."

Akhirnya Aulion bisa menghela napas lega setelah membujuk istrinya yang rewel itu. Camel benar-benar membuatnya kelimpungan pada masa kehamilannya itu.

Aulion segera merogoh smartphone miliknya di kantung celana dan menghubungi adik bungsunya untuk menemani Camel di rumah.

"Ze, abang minta tolong padamu untuk datang ke rumah. Camel sedang rewel dan abang tidak bisa meninggalkannya sendiri di rumah. Oke abang tunggu,"

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang