DINIKAHI DEMI MENUTUP AIB MEMPELAI PRIA
Part #3
"Kak Nadia ...," panggil Monica seraya duduk di sofa keluarga. Hari ini ia pulang lebih awal dari sekolah.
"Seret banget nih, tenggorokan!" Gadis dengan rambut sebahu yang diikat ke belakang itu mengusap kulit bagian tenggorokannya.
"Kak Nadia ...," panggilnya sekali lagi. Namun, orang yang dipanggil tak kunjung menampakan diri. Ketika ia membuka sepatunya, gadis remaja itu mendengar suara batuk parah dari bilik Ani. Detik itu jua ia bergegas menuju sumber suara.
Pintu kamar Ani tidak tertutup rapat, dari celahnya Moni mengintip. Saat ia mendapatkan Ani duduk tersungkur di lantai dengan bercak darah yang menetes ke lantai. Ia segera masuk dengan rasa terkejut bukan main.
"Astaga, Bi Ani! Kak Nadia kemana ini? Kak Nadia ...," teriaknya sambil mengusap punggung Ani.
"Sebentar ya, Bi. Moni cari dulu Kak Nadia." Ia melepas pegangannya dan kemudian segera mencari Nadia.
Monica mencari di halaman rumah, di belakang rumah dan di jalanan sekitar rumahnya. Pikirnya, Nadia tengah berada di luar rumah untuk bersih-bersih atau berbelanja. Namun, tak jua ia temui.
"Ini Kak Nadia kemana sih, tumben banget keluyuran. Biasanya ia paling gak betak di luaran rumah. Bang Bayu ada atau lagi ke luar juga ya? Kasian banget kalo yang sakit di tinggal sendirian." Monica kembali lagi ke dalam rumah untuk mencari pria yang ia sebut abang.
"Coba deh aku cek di lantai dua," desisnya seraya menaiki anak tangga.
***
"Den, tolong ibu saya lagi sakit parah. Tolong lepaskan saya kali ini aja. Antar ibu ke rumah sakit. Nanti saya mau turutin keinginan Aden apa pun itu!"
Masih di posisi kedua tangan di cengkeram Bayu. Ia terus membujuk pria yang mengenakan singlet berwarna hitam untuk tidak berlaku mesum terhadapnya. Sebenarnya Bayu hanya ingin menguji dan menakut-nakuti gadis berhijab itu. Terlebih ia sangat penasaran dengan wajah manis Nadia jika tak ada sehelai kain yang menutupi rambutnya.
"Kagak mau, gua mau nya sekarang. Gua pengen liat elu gak pake hijab sekarang juga!" bentaknya sangar.
Usai menjanjikan sesuatu yang salah, sudut maniknya berair lalu menetes hangat siap terjun ke telinga. Hatinya terluka saat lisannya tak kompak dengan hati yang bersi keras menjaga aurat. Lebih terluka lagi, saat pria itu malah menginginkannya detik itu juga.
"Perasaan nggak susah, cuma buka kerudung doang, lama amat sih?" Bayu geram, ia pun lelah menahan ke dua pergelangan tangan. Pria itu berniat membuka paksa jilbab Nadia dengan satu tangannya.
Saat itu, otomatis satu tangan Nadia terlepas dari cengkraman Bayu. Saat Bayu meremas kain di dada Nadia. Reflek sebelah tangan Nadia menampar keras wajah pria itu dengan gemetar. Sehingga, Bayu urung melancarkan niatnya. Karena perih di daerah pipi. Ia kembali memegang tangan berontak Nadia. Semakin Nadia melawan, semakin tinggi niat Bayu membuka jilbab wanita yang posisinya sekitar 25 cm saja.
Bruk.
Pintu ruang tersebut didobrak tangan Monica.
"Abang, Astaga! Ngapain lu? Lepasin Kak Nadia!" gertak Monica sambil memukul punggung saudara laki-laki yang terpaut 10 tahun di atasnya.
"Lepasin, nggak?" desak Monica sambil terus memukul.
"Heh, Moni. Berhenti nggak?"
"Lepasin dulu Kak Nadia," tawar Moni semakin mengencangkan pukulannya.
Ketika Bayu sedikit lengah, Nadia berhasil menyingkirkan tubuh maskulin yang sedari tadi menguasainya dengan menendang masa depan pria tersebut.
"Aww ..., gila ya kalian berdua! Rese, dasar bocah-bocah kurang ajar!" Bayu meringis kesakitan dengan sumpah serapah keluar dari mulutnya.
"Sini, Kak!" Gadis yang masih mengenakan seragam sekolah menengah atas itu memapah Nadia menjauh dari amukan Bayu.
"Sialan kalian." Ia terus meringis kesakitan.
"Maaf Den, tadi saya terpaksa menghindar," ucap Nadia sambil menghapus air mata.
"Ya ampun, Kak Nadia. Nggak perlu juga minta maaf sama dia!"
Tatapan murka terpancar dari wajah Bayu. Pria itu mendekat dan hampir melayangkan tamparan ke arah pipi Nadia. Namun, lagi-lagi Monica mampu menghalanginya.
"Berani maju selangkah lagi? Nih, laporin mami baru tau rasa," cegah Monica sambil mengacungkan jari telunjuk di tangan kanannya. Sementara tangan kiri masih memegangi pinggang Nadia.
"Nggak apa-apa, Mon. Salah saya," celetuk Nadia membuat Monica kesal.
"Ya udah, mendingan tadi Moni nggak usah datang aja ke sini. Biar Bang Bayu mau ngapain juga, heran aku sama kamu, Kak."
Nadia menggigit bibir bawahnya sambil tertunduk dan merapikan pakaiannya.
"Ya udah, gini aja deh, Bang. Moni nggak bakalan ngadu ke mami. Asal Abang antar Bi Ani ke klinik sekarang juga!"
Wajah Nadia tampak sangat berharap kepada pria yang telah ia tendang. Harap-harap cemas dikhawatirkan Bayu menolak. Namun, ancaman Monica mampu membuat Bayu patuh tanpa banyak alasan. Karena bagi pria itu, kartu kredit adalah segalanya.
***
"Buruan lah," teriak Bayu dari kursi pengemudi.
"Bentar napa Bang, bukannya bantuin bibi. Malah teriak-teriak, kalo bantuin orang tuh yang ikhlas," sahut Monica dari luar jendela mobil.
Nadia masuk lebih dulu, disusul Ani duduk di tengah.
"Bentar dulu, Moni ganti baju bentaran aja."
Nadia mengangguk selepas Monica bergegas kembali ke rumah mewahnya.
Hening.
Bayu menyetel musik bergenre rock kegemarannya. Sambil manggut-manggut tanpa merasa bersalah. Sementara, Nadia terus melirik ke arah garasi rumah menunggu anak majikannya cepat kembali menemaninya.
'Astaghfirullah, nyaring sekali musiknya,' gumam Nadia dalam hati. Ia segera memeluk ibunya yang kian lemas kemudian meminta sang ibunda untuk bersandar ke bahunya. Satu telinga ibunda, ia tutup dengan tangan kanan supaya volume musiknya tidak terlalu mengganggu gendang telinga.
Sekian menit menunggu. Akhirnya Monica keluar dengan pakaian casual ala anak remaja dengan sepatu kets berwarna putih. Detik itu pula volume musik pun diputar rendah oleh Bayu karena bagaimana pun ia tengah berada dalam pengawasan adik satu-satunya.
"Ayok, laju!" Monica memegang perintah.
Satu per empat jarak ke klinik telah ditempuh. Keheningan di dalam mobil mewah milik Bayu kembali menyergap. Monica bersandar sembari memejamkan mata. Mendengarkan list lagu K-pop kesukaannya.
Dari cermin yang terpasang di atas pengemudi, Bayu memperhatikan wajah cantik Nadia dengan tatapan sinis. Bayu masih merasakan sakit di bagian yang terkena tendangan kaki gadis itu. Nadia tak berani membalas tatapan tajam Bayu karena takut dan rasa bersalah. Ia hanya menunduk sambil menepuk lengan ibunya.
Tiba-tiba dari sisi sebelah kiri jalanan terlihat ada satu sepeda motor menyalip tumpangan Nadia. Di kemudi oleh seorang pria stelan ketat didominasi warna hitam yang membonceng perempuan berambut panjang memakai dress dengan warna kombinasi atas abu dan bawah hitam menutupi lutut.
"Sial," keluh Bayu merasa terganggu dengan selipan motor yang hampir menyerempet sisi badan mobil mewahnya.
"Woy ...," teriak Bayu sambil memberi isyarat agar ia tidak terus mengikuti.
"Bang, siapa sih orang itu? Bikin tegang aja." Monica mencermati wanita yang duduk di belakang tanpa memakai helm.
"Ah, Moni tau siapa wanita itu."
Nadia melirik ke arah gadis yang masih mengenakan head set. Kemudian, Moni mendekat dan membisikan satu nama ke telinga Nadia.
***
Bersambung 🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
DINIKAHI DEMI MENUTUP AIB MEMPELAI PRIA
RomantizmNadia harus menerima tawaran menikah dengan anak majikannya demi kesehatan sang ibu. Ia pun dijadikan alat untuk menutup aib keluarga sang majikan.