Enam Belas

371 24 1
                                    

Gilang menuruni tangga untuk sampai dimeja makan keluarganya. Jam menunjukkan pukul 20.00 malam, jam makan malam mereka sekeluarga.

Saat gilang sudah sampai dibawah, gilang menyeringitkan keningnya saat melihat meja makan hanya diisi oleh papa dan mamanya saja.

Dimana leiya adiknya?

"Ma," Panggil gilang, dan mira menoleh ke belakang.

Mira tersenyum, "Eh, sayang." Gilang membalas senyuman mama nya.

"Leiya mana, ma?" Tanya gilang saat lelaki itu baru saja mendudukan bokongnya.

"Ada dikamar," Jawab mira dan gilang menyeringitkan keningnya bingung. "Mau makan apa?" Tanya mira saat melihat anak laki-lakinya hanya diam.

"Gilang sayang, mau makan apa, nak?"

Gilang mengerjap, Buru-buru lelaki itu menggeleng. "Gilang ambil sendiri aja ma." Katanya dengan halus, dan mira mengangguk.

Mereka bertiga pun mulai melaksanakan acara makanya dengan sang mama yang bercerita dengan antusias. Hal itu membuat saputra dan gilang tersenyum. Mereka tertawa bahagia sampai tidak tau dengan keadaan leiya yang butuh pelukan dan sandaran saat ini.

° ° ° ° °

Sehabis acara makan malam, kini tinggalah gilang sendirian diruang tamu. Papa dan mama nya baru saja naik ke atas untuk menuju kamar mereka berdua.

Sedari tadi gilang hanya diam, bahkan tv yang menyala pun dia abaikan. Gilang duduk bersandar pada sandaran sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Lelaki itu memejamkan matanya sejenak guna menghilangkan pikiran-pikiran yang memenuhi kepalanya.

Gilang berdecak, lalu membuka matanya. Lelaki itu langsung duduk tegak tidak lagi menyender. Gilang bosen, dirinya ingin keluar tapi sudah malam, Karena sekarang sudah pukul 21.00 malam.

"Gabut banget gue," Katanya sambil menghela nafasnya. "Pingin keluar, tapi udah malam juga." Gilang memasang wajah nelangsanya.

"Ahh, tau ah! Mau tidur aja gue." karena saking bosanya, gilang pun berdiri hendak beranjak namun tertahan karena mendengar suara teriakan dari suara bariton yang gilang hafal betul suara siapa itu.

"GILANG, MAIN YUKK!!!"

"BABANG GILANG, MAIN YUKK!!!"

"HAYUU MAIN!!!"

"Indra?" Lirih gilang saat mengetahui siapa pemilik suara itu. "Ngapain tu bocah malem-malem kesini?" Monolognya heran. "Kurang kerjaan aja!" Lanjutnya seraya mendengus. Gilang yang tersadar belum mematikan tv nya, lantas langsung mematikanya.

Dengan ogah-ogahan, gilang mulai melangkahkan kakinya menuju pintu utama rumahnya yang letaknya tidak terlalu jauh dengan ruang tamu yang barusan dia tempati.

"GILANG WOII!! BUKA ELAH! SOMBONG BANGET LO GAK BUKAIN PINTU BUAT GUA!!!"

"BUKA COKK!!EH, BUKA GILANG!!!"

Dengan kesal, gilang langsung membuka pintu nya secara kasar karena indra diluar sana masih berteriak memanggil namanya. Heh! Apa lelaki itu tidak mikir? Jam segini, teriak-teriak, kasihan tetangganya!

Begitu pintu terbuka, gilang langsung menatap tajam indra yang tengah menyengir dengan raut tanpa dosanya.

"Ampun bos, ampun... " indra berucap takut, lelaki itu bergidig ngeri melihat tatapan tajam yang gilang layangkan untuknya.

"Makanya, udah malam juga kenapa teriak-teriak?" Indra menoleh ke arah irsyad yang baru saja bersuara.

Indra cemberut, "Mulut gua nih gak bisa dikontrol!" Katanya sambil menunjukkan bibirnya yang monyong.

Transmigrasi Salah Tubuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang