Samar-samar, suara langkah kaki seseorang masuk ke Indra pendengaran Kris
Matanya mulai terbuka perlahan, masih terasa sangat berat, jam masih menunjukan pukul 04.30, tapi sekarang dia kembali fokus mendengarkan suara langkah itu, kedengaran perlahan mendekat sampai akhirnya melewati kamarnya dan kembali menjauh.Pikirnya, mungkin papahnya atau mamah nya sudah pulang.
Kris mendekati pintu kamarnya, dan membukanya pelan-pelan, mencoba mengecek kalau kalau kemungkinan terburuknya ada maling atau apalah itu.
Tapi yang dia lihat sekarang mamah nya berjalan menuju dapur, menjauh dari kamarnya. Mengerjapkan matanya beberapa kali, Kris menghela nafas lega dan menarik lagi pintu kamar nya."Aku tu masi ngomong! Kamu tu yaa, gapernah mau dengerin omongan suami!."
Belum sempat menutup pintu nya rapat-rapat, Kris melihat laki-laki yang biasa dia panggil papah, melewati kamarnya sambil marah-marah.
"Aku tu capek loh! Kapan si aku ngga dengerin kamu..."
Kris menolak mendengarkan, dia menutup pintunya cukup keras untuk di dengar dua orang di luar kamar nya.
Masih terdengar samar-samar suara dua orang yang sepertinya tidak peduli dengan bantingan pintunya. Kris bersandar di pintunya beberapa detik sambil menghela nafas sebelum akhirnya memilih langsung ke kamar mandi dan siap-siap untuk berangkat ke sekolah.Sekitar satu setengah jam, Kriss baru selesai siap-siap, tapi jam masih menunjukan pukul 06.03
Jelas sekolahan masih kosong kalau dia berangkat sekarang, jadi Kriss melempar lagi tas nya dan kembali duduk di depan kaca, beberapa kali melihat ke sisi kanan kiri wajah nya.
Tangannya tidak bisa berhenti menyentuh semua bagian wajah yang menurutnya kurang cantik.Ponsel nya bergetar beberapa kali, tertera nama "Dean" di layar nya.
"Halo kriss.. "
"Halo Dean, kenapa?."
"Mau berangkat bareng ngga? Barusan ngambil motor nih.. kalo mau, aku jemput."
"Boleh boleh.. aku juga udah siap ni, tinggal berangkat doang."
"Okay, tunggu bentar ya.."
Beberapa kali Kris melihat ke layar handphonenya untuk melihat jam, di rasa masih sangat senggang, akhirnya Kriss mencoba membuka pintu dan berjalan ke dapur.
Di dapur ibunya kelihatan sibuk memotong ini itu, dan menyiapkan bumbu-bumbu, mereka hanya saling pandang beberapa detik sebelum akhirnya kembali pada aktivitas masing masing.
Kris memilih membuka kulkas, meraih roti dan segelas susu.
Membawa nya ke kamar sambil menunggu Dean,
Kakinya berjalan mendekati timbangan di kamar nya, naik ke timbangan sambil memakan roti di tangan nya, 55.10, untuk tingginya yang 170 cm, itu bukan angka yang buruk, dia tidak masalah, jadi dia turun tanpa banyak berpikir.
Kembali ke depan kaca rias, menatap bayangannya sendiri selama beberapa menit.Ponsel nya berdering sekali lagi.
Nama Dean lagi lagi muncul di sana, jadi Kris segera keluar dari rumahnya tanpa mengangkat panggilan Dean.
Dia luar, Dean masih duduk di motornya, tanpa banyak bicara dia naik ke motor Dean.Lagi lagi, awan terlihat mendung, jadi angin berhembus sedikit lebih kencang dari pada biasanya.
"Ahh rambut ku berantakan!!"
Protes Kris"Ya namanya naik motor, di iket aja.."
"Hahh??"
Suara Dean terasa terbang terbawa angin, tidak sampai ke telinga Kriss."Di ikett!! Di iket biar ngga berantakan."
"Ohh.."Entah dengar atau tidak, tapi Kris membiarkan rambut nya berterbangan saja walau dia sudah repot-repot mencatok sebelum berangkat, sedang Dean hanya melirik spion motornya yang terarah ke Kriss.
Tidak lama Dean merasa ada beban di pundak nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LACHESISM
Viễn tưởng"Dunia memperlakukanku seolah aku tidak pernah pantas untuk di pertahankan."