Kris menatap pada kakinya yang melangkah di sebelah kaki Dean, keheningan terasa memeluk mereka berdua.
Kris tidak mengucapkan sepatah katapun, berbeda dari biasanya, rasanya sangat aneh sekarang untuk berjalan di sebelah Dean."Tadi kenapa?."
Tanya Dean mencoba mencairkan suasana."Oh, gapapa, ada salah paham doang."
"Sama Ammy?."
"Iya, nanti juga reda sendiri."
Dean mengangguk dan suasana kembali hening, Kris menatap tangannya yang di raih oleh Dean. Pandangannya tidak mau lepas dari tangannya, jantungnya tidak berdetak dengan kencang seperti biasanya, tapi Kris tidak ingin melepaskannya.
Sekarang mereka sudah ada tepat di depan tempat parkir, Kris menarik tanganya dan berhenti.
"Emm.. mungkin lain waktu aja Dean, aku masih ada urusan, maaf ya..."
"Urusan apa?."
Kris menggaruk tengkuk nya sendiri mencoba mencari alasan karna sebenernya memang dia tidak memiliki urusan apa-apa sama sekali.
"Ada soal seni, kamu pulang aja duluan..."
Dengan helaan nafas Dean meng iyakan, di posisinya sendiri, dia mengerti kalau Kris tidak merasa nyaman dengannya sekarang.
Jadi dia memilih untuk memberi ruang untuk Kris bisa menerimanya lagi secara perlahan.Kris melambaikan tanganya saat sosok Dean melewatinya dengan tersenyum.
°
°
°
Esok harinya, Kris dan Ammy mengobrol seperti tidak terjadi apa-apa kemarin, tidak ada yang minta maaf, atau merasa bersalah, hanya di lupakan begitu saja.
Hari demi hari terasa normal seperti biasa bagi Kris, hanya hati nya masih terasa memar, walau perlahan sakitnya memudar.
"Ini udah lebih dua minggu kan ya sejak lo baikan sama Dean."
Kris mengangguk memberi jawaban."Terus gimana dia sekarang?."
"Sama aja, ngga ada yang beda.""Aku kemarin liat dia jalan ke kantin sama cewek tau."
Kris mengangguk meng iyakan."Yagapapa kali, siapa tau temenya, lagian aku sama dia kali ini bener-bener cuman temen."
"Ya tetep aja ngga etis rasanya kalo sekarang udah deket lagi sama cewe lain, tunggu kek berapa minggu dulu."
Kris tidak merespon, hanya menenggak es kopi nya sambil melihat keadaan kantin di sekitar, matanya fokus pada seseorang yang berjalan mendekat ke arah kantin.
Dean, bersama dengan Ashila, perempuan berambut sepundak, sekelas dengan Dean.
Mereka berjalan bersama sambil mengobrol, Kris hanya menatap tanpa ekspresi atau reaksi apapun, dia mulai mencari-cari rasa tidak nyaman yang dulu selalu mengusiknya setiap melihat Dean dekat dengan perempuan lain.Entahlah, semakin melihatnya, Kris semakin denial dengan perasaannya sendiri sekarang, sampai Dean tiba di depannya dan mengode Ashila untuk meninggalkannya.
Dean duduk tepat di depanya, Kris menatap wajah yang biasa dia kagumi itu dengan tatapan hampa, Dean mencoba menjelaskan kenapa dia berjalan ke sini bersama Ashila.
Tapi di sini Kris menyadari, semakin banyak yang dia dengar, semakin hilang rasa percayanya pada Dean, hatinya terasa nyeri bukan lagi karena cemburu atau kecewa, hanya dia merasa tidak lagi ada yang membuatnya merasakan sesuatu, semua terasa hampa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LACHESISM
Fantasy"Dunia memperlakukanku seolah aku tidak pernah pantas untuk di pertahankan."